Uni Eropa: Al-Fashir Berubah Menjadi Kuburan bagi Kemanusiaan
-
Kondisi mengenaskan di Sudan
Pars Today - Juru bicara Komisi Eropa pada Jumat (07/11/2025) memperingatkan bahwa kota Al-Fashir yang sedang dikepung kini tidak lagi dapat dijangkau oleh para pekerja kemanusiaan, dan kota tersebut telah berubah menjadi “kuburan bagi kemanusiaan”.
Menurut laporan Kantor Berita IRIB yang mengutip Anadolu, Eva Hrncirova, Juru Bicara Komisi Eropa, dalam konferensi pers pada hari Jumat (07/11/2025) menggambarkan Sudan sebagai “salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia”, dan menegaskan bahwa warga sipil masih terjebak dalam pengepungan, sementara rumah sakit dibombardir, jalur bantuan kemanusiaan diblokir, dan warga sipil menjadi sasaran kekerasan.
Jubir Komisi Eropa menyatakan, “Para pekerja kemanusiaan tidak dapat mengakses kota Al-Fashir. Saya bahkan dapat mengatakan bahwa Al-Fashir telah berubah menjadi kuburan bagi kemanusiaan.”
Hrncirova mengecam keras kejahatan yang terjadi di Sudan dan menekankan bahwa kelaparan serta pembunuhan massal tidak boleh digunakan sebagai senjata perang, karena tindakan itu merupakan pelanggaran terhadap hukum humaniter internasional.
Ia menyerukan kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk kembali ke meja perundingan dan “segera mencapai gencatan senjata permanen”, seraya menambahkan bahwa Uni Eropa siap mendukung proses negosiasi dan pelaksanaan setiap kesepakatan yang mungkin tercapai.
Juru bicara Komisi Eropa itu juga menuntut “akses segera, aman, dan tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan” ke semua wilayah yang terdampak konflik.
Dalam beberapa hari terakhir, setelah pasukan Dukungan Cepat (RSF) merebut kota Al-Fashir di wilayah barat Sudan, pemerintah Khartoum, Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta berbagai lembaga dan organisasi internasional menuduh pasukan RSF melakukan “pembantaian dan pelanggaran luas terhadap hak asasi manusia terhadap warga sipil” di kota tersebut.
Tuduhan itu mencakup eksekusi di lapangan, penangkapan sewenang-wenang, dan pengusiran paksa warga. Pasukan milisi ini, yang selama lebih dari satu tahun telah mengepung kota Al-Fashir, merebut kota itu pada hari Minggu pekan lalu (27 Oktober), dan menurut laporan, melakukan kejahatan besar-besaran terhadap warga sipil setelah pengambilalihan tersebut.(sl)