Rezim Zionis: Penyelidikan atas Kejahatan Tentara Adalah Kejahatan
-
Tahanan Palestina di penjara Israel
Pars Today - Dalam sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang memperlihatkan kedalaman krisis yudisial dan militer dalam rezim Zionis, lima prajurit yang dituduh menyiksa tahanan Palestina dibebaskan tanpa diadili. Langkah ini menjadi pesan jelas bagi setiap pejabat yang berani mengusut kejahatan perang tentara Israel.
Menurut laporan ISNA, kasus Yifat Tomer-Yerushalmi, Jaksa Agung Militer Rezim Zionis baru-baru ini menjadi pusat kontroversi setelah ia mengungkap rekaman video dari kamera pengawas penjara Sde Teiman.
Video tersebut memperlihatkan penyiksaan brutal terhadap seorang tahanan Palestina dari Gaza oleh lima prajurit cadangan dari Unit “Force 100” pada Juli tahun lalu. Polisi militer sempat membuka penyelidikan dan pada Februari tahun ini, surat dakwaan diajukan terhadap para prajurit atas tuduhan perlakuan buruk dan menyebabkan luka serius.
Namun, proses tersebut dihentikan secara tiba-tiba setelah campur tangan langsung kelompok sayap kanan, termasuk beberapa menteri, yang bahkan menyerbu penjara Sde Teiman untuk memprotes penahanan prajurit. Gelombang dukungan terhadap para pelaku segera berubah menjadi kampanye politik terhadap Jaksa Agung Militer, yang dituduh membocorkan rekaman video itu kepada stasiun TV Channel 12.
Akhirnya, Yerushalmi mengundurkan diri, dan dalam pernyataannya mengaku bahwa ia memang memerintahkan publikasi rekaman tersebut untuk “melawan propaganda palsu terhadap penegak hukum di tubuh militer”.
Dalam surat pengunduran dirinya, ia menulis, “Saya bertanggung jawab penuh atas segala materi yang bocor ke media dari unit ini, dan berdasarkan tanggung jawab itu saya memutuskan untuk mengakhiri tugas saya sebagai Jaksa Agung Militer.”
Nasib tragis yang menimpa Yerushalmi ini menjadi peringatan tegas bagi siapa pun di dalam sistem hukum militer Israel yang mencoba menuntut kejahatan perang.
Pesan itu diperkuat oleh pernyataan Israel Katz, Menteri Pertahanan rezim Zionis, saat menunjuk Itai Ovir sebagai Jaksa Agung Militer baru.
Katz menegaskan bahwa tugas Ovir adalah “membela para prajurit Israel dan mencegah pengadilan berdarah yang dapat mencoreng reputasi mereka”.
Sementara itu, kelima prajurit yang dituduh akhirnya dibebaskan tanpa syarat apa pun.
Peristiwa ini sekali lagi menunjukkan bahwa dalam sistem hukum rezim Zionis, siapa pun yang berusaha menegakkan keadilan terhadap pelaku kejahatan perang justru dihukum, sementara para pelaku sesungguhnya dibiarkan bebas.(sl)