Rusia Mengritik Barat yang Masih ingin Mempertahankan Tatanan Dunia Lama
(last modified 2024-07-21T04:44:02+00:00 )
Jul 21, 2024 11:44 Asia/Jakarta
  • Bendera Amerika Serikat, Cina dan Rusia
    Bendera Amerika Serikat, Cina dan Rusia

Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Anatoly Antonov mengatakan negara-negara Barat menolak upaya menciptakan tatanan dunia multipolar yang lebih adil dan stabil.

Dalam sebuah artikel untuk Institut Schiller Jerman, Antonov menulis, Rusia mendukung terciptanya tatanan multipolar yang lebih adil dan stabil berdasarkan Piagam PBB dan prinsip kesetaraan kedaulatan negara.

Dia menambahkan, Pendekatan ini terus mendapat lebih banyak pendukung di komunitas internasional dan negara-negara ingin menghilangkan sisa-sisa kolonialisme.

Antonov menekankan, Kelompok Barat masih menolak upaya-upaya ini dan berusaha mempertahankan "kendali kekuasaan" di tangannya dan mempertahankan statusnya sebagai "penguasa takdir" pihak lain.

Kritik Rusia terhadap pendekatan negatif Barat yang dipimpin Amerika terhadap penciptaan tatanan dunia baru berdasarkan multilateralisme masuk akal mengingat posisi dan tindakan Barat yang terus berusaha mencegah pembentukan tatanan dunia baru.

Amerika Serikat Vs Rusia dan Cina

Warga Amerika telah berulang kali menyatakan keprihatinan mendalam mereka mengenai perubahan tatanan dunia liberal berdasarkan nilai-nilai Barat.

Antara lain, pada bulan Maret 2023, direktur Komunitas Intelijen Amerika menyatakan keprihatinannya mengenai upaya negara-negara baru, terutama Cina, untuk mengubah tatanan dunia dalam laporan tahunan ancaman global, yang mencerminkan ringkasan badan intelijen negara tersebut tentang risiko keamanan yang dihadapi Washington.

Laporan tersebut menyatakan, Negara-negara besar, negara-negara berkembang di kawasan, dan aktor-aktor non-negara akan berusaha mendominasi tatanan global, sementara mereka akan bersaing untuk menciptakan syarat dan aturan yang akan membentuk tatanan tersebut selama beberapa dekade mendatang.

Laporan tersebut menyatakan bahwa persaingan strategis antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan Cina dan Rusia terkait dunia seperti apa yang akan terbentuk merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan siapa dan apa yang akan membentuk narasi di tengah tindakan Rusia di Ukraina.

Dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich pada Februari 2022, Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengambil sikap tegas terhadap Rusia dan Cina, serta menuntut untuk menghadapi dua kekuatan internasional ini dan melindungi “model demokrasi” Barat.

Pejabat Kebijakan Luar Negeri UE menekankan bahwa Barat harus memperjuangkan “model demokrasi” di Afrika, Amerika Latin, Asia Tenggara, dan wilayah lain, dengan menyatakan, Rusia dan Cina yang ingin kembali ke abad ke-19 dengan pertempuran antarimperium.

Merujuk pada posisi dan tindakan Rusia terhadap Ukraina dan Cina terhadap Taiwan, Borrell mengklaim kedua negara tersebut menentang tatanan internasional dan melemahkan model demokrasi liberal di dunia.

Mengungkapkan keprihatinan nyata pihak Barat, khususnya Amerika Serikat, terhadap perubahan mendasar tatanan dunia akibat perkembangan kancah internasional pasca Perang Dingin, munculnya kekuatan internasional baru, khususnya Cina, serta kebangkitan Rusia sebagai kekuatan internasional seiring dengan munculnya aktor-aktor regional yang berpengaruh dan perubahan perekonomian dunia membuat hal ini menjadi masuk akal.

Simbol dari perubahan ini adalah penggantian bertahap Kelompok 20 yang terdiri dari kekuatan ekonomi global dan kekuatan baru ekonomi dunia di samping kekuatan ekonomi regional, yang berarti berakhirnya dominasi ekonomi Barat dan munculnya kekuatan ekonomi baru di tingkat global dan regional.

Selain itu, negara-negara yang bersaing dengan Barat, yaitu Cina dan Rusia, serta negara-negara berkembang seperti India, Brasil, dan Afrika Selatan, yang semuanya merupakan anggota kelompok BRICS, secara khusus ingin menciptakan sistem multipolar dan bukan sistem unipolar, dan ini berarti tatanan internasional bersifat liberal sudah berakhir.

Pada tanggal 11 Juli 2024, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Forum Parlemen BRICS ke-10 di St. Petersburg dengan kehadiran para ketua parlemen negara-negara anggota, Kami memahami betul bahwa pembentukan tatanan dunia yang mencakup keseimbangan nyata kekuatan, realitas geopolitik baru, ekonomi, dan populasi adalah proses yang rumit dan sulit dalam banyak hal.

Putin menekankan, Upaya anggota BRICS dan negara-negara berkembang lainnya mendapat perlawanan kuat dari elit penguasa yang disebut Golden Billion.

Dia melanjutkan, Golden Billion, bertentangan dengan logika sejarah dan mayoritas, seringkali bahkan merugikan kepentingan jangka panjang rakyatnya. Saat ini mereka berupaya menciptakan tatanan khusus sesuai dengan apa yang disebut aturan mereka, yang belum pernah dilihat oleh siapa pun, belum ada yang berdiskusi, dan belum ada yang menerimanya.

Presiden Rusia mengatakan, Bahkan undang-undang tersebut setiap kali ditulis dan disesuaikan setiap saat untuk setiap situasi demi kepentingan mereka yang menganggap diri mereka dikecualikan dan memiliki hak untuk mendiktekan keinginan mereka kepada orang lain.

Dia menyebut pendekatan ini sebagai kolonialisme klasik dan menganggapnya sebagai upaya destruktif untuk menggantikan hukum internasional yang sah dengan monopoli.

Putin mengatakan, Bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional, mereka menggunakan kekerasan, sanksi sepihak, penerapan undang-undang perdagangan secara selektif, dan pemerasan terhadap negara-negara di arena internasional.

Negara-negara yang saat ini disebut negara-negara kekuatan ekonomi baru  seperti Cina, India, Brasil, Afrika Selatan, dan Rusia, serta negara-negara seperti Iran dan Venezuela, percaya bahwa perkembangan internasional dan realitas sistem dunia berdampak positif terhadap multipolar.

Sementara Barat yang dipimpin oleh Amerikaara Barat masih mengejar tujuan dan tuntutannya melalui unilateralisme dengan bersikeras mempertahankan sistem unipolar serta berusaha memainkan peran sebagai polisi global.

Meningkatnya kerja sama dan partisipasi negara-negara berkembang selalu menghadapi reaksi negatif dari blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat.

Amerika Serikat, yang khawatir dengan terus meningkatnya pengaruh dan kekuatan regional dan internasional negara-negara tersebut, terutama Cina dan Rusia, telah melakukan segala upaya untuk menampilkan gambaran yang mengancam dari kedua kekuatan Timur dan Eurasia tersebut, yang dapat diringkas sebagai Chinaphobia dan Russiaphobia.

Bendera Rusia dan Amerika Serikat

Pejabat senior militer dan keamanan pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan Cina sebagai tantangan geopolitik paling penting bagi Amerika Serikat dan mengklaim niat Beijing dan Moskow untuk mengubah sistem internasional yang berdasarkan tatanan liberal dan menganggap Rusia sebagai ancaman utama Amerika Serikat dan sekutunya di Eropa dan menekankan tekad mereka untuk mencegah Rusia memenangkan perang di Ukraina.

Pada saat yang sama, tampaknya kekhawatiran Amerika yang paling penting adalah meningkatnya persaingan Cina dengan Amerika Serikat dan upaya Beijing untuk menjadi kekuatan ekonomi pertama di dunia dan pemain internasional yang menentukan.(sl)

Tags