Mencermati Alasan di Balik Mengapa Netanyahu Menyetujui Pernyataan Tripartit
(last modified Sat, 10 Aug 2024 05:30:35 GMT )
Aug 10, 2024 12:30 Asia/Jakarta
  • Perdana Menteri Rezim Israel Benjamin Netanyahu
    Perdana Menteri Rezim Israel Benjamin Netanyahu

Tidak ada kepastian bahwa persetujuan Benjamin Netanyahu terhadap pernyataan tripartit menunjukkan keinginan seriusnya untuk memajukan negosiasi di masa depan guna mengakhiri perang Gaza.

Kantor Perdana Menteri Rezim Zionis mengumumkan sebagai tanggapan atas pernyataan Qatar, Mesir dan Amerika Serikat tentang Gaza, Rezim ini akan mengirimkan negosiator untuk berpartisipasi dalam pertemuan 15 Agustus.

Ketiga negara tersebut, Amerika Serikat, Qatar dan Mesir mengumumkan dalam pernyataan bersama pada Jumat (9/8) dini hari, Perjanjian untuk menghentikan konflik di Gaza dan membebaskan para tahanan telah selesai dan harus diselesaikan tanpa penundaan.

Ketiga negara ini mengatakan bahwa hanya rincian perjanjian yang tersisa dan harus dikerjakan.

Menurut pernyataan ini, Setelah bekerja selama berbulan-bulan, para mediator siap untuk menyampaikan proposal akhir kepada Hamas dan Israel.

Negara-negara ini meminta Hamas dan rezim Zionis untuk melanjutkan perundingan di Doha atau Kairo untuk menyelesaikan rincian akhir dalam waktu seminggu dan memulai implementasinya.

Perjanjian ini didasarkan pada prinsip-prinsip yang dikemukakan Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei 2024 dan disetujui oleh Resolusi 2735 Dewan Keamanan PBB.

Menurut situs Times of Israel, berdasarkan rincian yang telah dipublikasikan sejauh ini, para pihak bergerak menuju perjanjian tiga tahap, yang akan dimulai dengan pembebasan sejumlah tahanan Israel dari Gaza dan penarikan pasukan pendudukan dari beberapa wilayah Gaza.

Sebelumnya, sumber-sumber Mesir sempat mengumumkan bahwa perundingan yang terjadi di Kairo dengan kehadiran pimpinan Shabak dan Mossad menghasilkan kesimpulan bahwa kedua pejabat Zionis ini menyetujui tuntutan Mesir agar rezim Zionis mundur dari poros Philadelphia (Poros Salahaddin), pengelolaan sektor Palestina di Rafah oleh Palestina, penghentian perang dan selesainya pertukaran tawanan.

Doha dan Kairo menjadi tuan rumah pembicaraan antara Hamas dan rezim Zionis selama beberapa bulan.

Namun, tindakan berlebihan otoritas Tel Aviv pada akhirnya menghalangi para pihak untuk mencapai kesepakatan akhir.

Alasan mengapa Netanyahu menghalangi perundingan tripartit untuk menghentikan perang di Gaza adalah karena dengan berhentinya perang, kehidupan politik Netanyahu bukan hanya akan berakhir, tapi juga dapat menjadi dasar penuntutan terhadap dirinya baik secara internal, karena kegagalannya dalam membebaskan tahanan Israel dan membunuh mereka, sementara dari internasional, karena putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Kejahatan Internasional mengenai dilakukannya kejahatan perang di Gaza.

Dari sudut pandang ini, kemungkinan besar motif Netanyahu melunakkan kesan pernyataan trilateral AS, Mesir, dan Qatar adalah untuk mengulur waktu mengatasi tekanan domestik dan internasional akibat pembunuhan Ismail Haniyeh di Tehran dan untuk menghindari balasan Iran.

Yang memperkuat kemungkinan tersebut adalah pernyataan Netanyahu dalam wawancara dengan majalah Time, yang mengatakan, Saya tidak setuju dengan perjanjian apa pun yang menjamin kembalinya para sandera tapi tidak mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza.

Sementara itu, bukan hanya Hamas yang tidak menerima arogansi ini, tetapi rakyat Gaza juga tidak menerima pemerintahan tanpa Hamas.

Rakyat Gaza membuktikan kesetiaan mereka kepada Hamas dan kelompok perlawanan dalam 10 bulan terakhir dengan menanggung segala macam tekanan dan pantang menyerah.

Tekanan-tekanan tersebut menunjukkan bahwa Hamas sendiri akan mengikuti jalannya dengan tekad yang kuat dengan segera memilih Yahya Al-Sanwar sebagai orang yang dituduh Israel mengorganisir operasi Badai Al-Aqsa untuk menggantikan Ismail Haniyeh.

Berdasarkan hal tersebut, ada kemungkinan Netanyahu akan melakukan aksi teroris baru.

Di sisi lain, Netanyahu mendukung pencalonan Trump dan kemenangannya dalam pemilihan umum presiden AS, dan kelanjutan perang Gaza menguntungkan Trump dan sangat merugikan Harris dari Partai Demokrat yang berkuasa, dan teror baru-baru ini dilakukan segera setelah kembali dari Amerika dan bertemu dengan Trump.

Berdasarkan kasus-kasus tersebut, dalam situasi saat ini, belum ada kepastian mengenai kepatuhan Netanyahu terhadap perjanjian tripartit yang baru-baru ini dibuat dan keseriusannya dalam memajukan putaran perundingan berikutnya, serta ada kemungkinan bahwa perjanjian tripartit tersebut akan mengalami nasib yang sama seperti perjanjian-perjanjian sebelumnya.(sl)

Tags