Dampak Pengunduran Diri Komandan Pasukan Angkatan Darat Rezim Zionis
Pengunduran diri komandan angkatan darat rezim Zionis merupakan konsekuensi dari semakin dalamnya perselisihan dan perpecahan internal antara militer dan Zionis ekstrem.
Militer Zionis mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa Tamir Yadai, komandan pasukan darat, telah mengundurkan diri dari jabatannya karena alasan pribadi.
Media-media Zionis sebelumnya mengumumkan Tamir Yadai sebagai calon pengganti Kepala Staf Gabungan Militer Israel.
Sementara kabar pengunduran diri komandan angkatan darat militer rezim Zionis ini dimuat dalam situasi di mana sumber-sumber berita di Wilayah Pendudukan melaporkan bahwa jumlah tentara Zionis yang terluka dalam perang Gaza telah mencapai lebih dari 10.000 orang.
Perbedaan pendapat antara para pejabat rezim Zionis semakin meningkat, dan mantan anggota kabinet Netanyahu menuduhnya tidak mampu mengendalikan perang Gaza.
Gadi Eizenkot dan Benny Gantz, mantan anggota kabinet Netanyahu memperingatkan dalam konferensi pers bersama, (rezim palsu) Israel berada dalam kondisi terburuk sejak pendiriannya, dan kami belum mencapai satu pun tujuan perang.
Menanggapi Gantz dan Eizenkot, Netanyahu mengatakan, Berhentilah mencampuri masalah perang Gaza.
Avigdor Lieberman, mantan Menteri Perang Rezim Zionis, juga mengkritik kebijakan Perdana Menteri rezim ini, Benjamin Netanyahu, dan menyebut perilakunya tidak bertanggung jawab.
Penolakan Netanyahu terhadap gencatan senjata di Gaza telah menyangkal kemungkinan mencapai kesepakatan untuk pembebasan tawanan Zionis, dan sejumlah tawanan juga tewas akibat pemboman brutal di berbagai wilayah Gaza, yang penyebab utamanya adalah serangan rezim Zionis itu sendiri.
Masalah ini telah menimbulkan protes luas dari keluarga tawanan Zionis di Wilayah Pendudukan.
Meskipun mereka menuntut kesepakatan dengan Hamas untuk pembebasan tawanan Zionis, Netanyahu, yang harus diadili atas berbagai kasus korupsi setelah perang, menghalangi kesepakatan apa pun terkait hal ini.
Seiring dengan protes dari keluarga para tawanan Zionis, pemogokan juga dilakukan secara luas di seluruh Wilayah Pendudukan.
Pemogokan nasional ini diadakan bersamaan dengan demonstrasi besar-besaran untuk bersimpati kepada keluarga para tawanan Zionis di Gaza dan untuk memprotes hambatan Benjamin Netanyahu terhadap perjanjian pertukaran tawanan di Wilayah Pendudukan.
Ada juga pemogokan di Bandara Ben Gurion, departemen transportasi umum, dan pusat-pusat ekonomi rezim Zionis.
Netanyahu telah menghadapi berbagai krisis internal dalam beberapa hari terakhir, dan ketika perang Gaza berlanjut, ia dan anggota kabinetnya hampir tidak berdaya untuk mengatasi ketidakpuasan.
Para pejabat Zionis dengan tepat mengakui bahwa situasi di wilayah-wilayah pendudukan tidak pernah separah ini, dan protes serta pemogokan tidak berhenti.
Partai-partai oposisi Israel juga menuduh Netanyahu terus berperang di Gaza untuk mencegah runtuhnya kabinet dan merusak perundingan gencatan senjata dengan Hamas.
Para pejabat Israel tidak menyangka akan terkejut dengan kesiapan dan kapasitas operasional kelompok pejuang Palestina dalam perang Gaza setelah dimulainya operasi pada tanggal 7 Oktober 2023, dan militer Israel, meskipun mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat dan Barat, tidak mencapai apa-apa selain kekalahan melawan perlawanan.
Situasi kritis saat ini di wilayah-wilayah pendudukan adalah akibat dari penghasutan perang terus-menerus oleh otoritas rezim Zionis di wilayah tersebut, tapi kali ini kesiapan dan pendirian kelompok perlawanan menetralisir konspirasi Zionis dan mengarah pada terbentuknya krisis yang mendalam dan berkelanjutan di wilayah-wilayah pendudukan.(sl)