Protes Semakin Meningkat di Palestina Pendudukan untuk Menerima Perjanjian Gencatan Senjata
(last modified Mon, 23 Dec 2024 03:37:31 GMT )
Des 23, 2024 10:37 Asia/Jakarta
  • Demonstrasi melawan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Zionis Israel
    Demonstrasi melawan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Zionis Israel

Protes jalanan yang semakin intens di Tel Aviv membuat krisis internal di wilayah Palestina yang diduduki semakin meluas demi menerima gencatan senjata antara rezim Zionis dan Hamas.

Ribuan orang Zionis di Tel Aviv menuntut gencatan senjata dengan perlawanan.

Para pengunjuk rasa pada hari Sabtu (21/12), dalam sebuah demonstrasi di jalan -jalan Tel Aviv, meminta kabinet rezim Zionis untuk mengembalikan semua tawanan Zionis dari Gaza dengan perjanjian menyeluruh dan gencatan senjata.

Oposisi rezim Zionis (partai -partai oposisi) menuntut dan melanjutkan demonstrasi luas untuk menekan otoritas rezim agar setuju untuk membebaskan semua tawanan Zionis.

Pada saat yang sama dengan seruan Yair Lapid, pemimpin oposisi kabinet Zionis untuk berdemonstrasi di Tel Aviv, Asosiasi Keluarga Tawanan Zionis di Gaza juga mengumumkan, "Kita harus setuju untuk mengembalikan para tawanan di Gaza".

Demonstrasi menentang Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu diadakan sementara jajak pendapat terbaru surat kabar Maariv Zionis menunjukkan bahwa 5 % Zionis yang tinggal di daerah-daerah diduduki setuju untuk mencapai perjanjian pertukaran tawanan.

Menurut survei ini, penduduk daerah-daerah Palestina yang diduduki percaya bahwa rezim Zionis harus berusaha untuk membawa semua tawanannya dari Gaza dengan mencapai perjanjian yang komprehensif, bahkan jika biaya perjanjian adalah gencatan senjata dan akhir perang di Gaza.

Demonstrasi menentang Netanyahu

Jajak pendapat dilakukan dalam kondisi ketika media-media Zionis juga mengakui bahwa beberapa masalah utama yang dipaksakan oleh Netanyahu dan Zionis ekstremis untuk mengimplementasikannya telah membuat perjanjian itu tidak mungkin.

Tentara Zionis tetap berada di Gaza dan kelanjutan pendudukan telah menjadi salah satu hambatan utama perjanjian dengan Hamas.

Kelompok negosiasi Palestina selalu menekankan dalam negosiasi gencatan senjata bahwa mereka hanya akan dapat menerima gencatan senjata dengan pemenuhan tuntutan sah rakyat Palestina.

Kelompok-kelompok pejuang Palestina telah menetapkan kondisi dasar untuk gencatan senjata, dan yang paling penting adalah kepergian penjajah dari Gaza dan kembalinya tanpa syarat pengungsi Palestina.

Menurut berbagai laporan yang dirilis, tahap pertama dari kemungkinan gencatan senjata adalah 42 hari. Fase ini termasuk pembebasan tawanan Zionis dan sebagai imbalannya pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina dengan hukuman berat dan hukuman penjara seumur hidup.

Tahap kedua melibatkan penarikan mundur total tentara Pendudukan Zionis dari Gaza dan gencatan senjata.

Hamas, dan kelompok-kelompok pejuang Palestina, telah siap untuk setuju dengan dimulainya pembicaraan gencatan senjata dan kehadiran beberapa mediator, tetapi Netanyahu dan para pemimpin militan rezim Zionis melakukan sabotase dengan menyampaikan usulan baru yang hanya menjadi alasan setiap kali ada upaya perundingan.

Tindakan Zionis dengan tidak mau menerima gencatan senjata dan melanjutkan perang dengan dilakukan tentu saja dengan koordinasi penuh para pejabat AS.

Kelanjutan protes di Wilayah Pendudukan Palestina telah memperburuk kondisi kritis internal Tel Aviv, dan tindakan kabinet Netanyahu juga telah menghadapi reaksi negatif dari partai-partai oposisi rezim Zionis.

Krisis ekonomi telah memfasilitasi kondisi untuk keruntuhan politik, dan Netanyahu dan kabinet haus perang Zionis tidak dapat melanjutkan situasi saat ini.

Krisis politik internal Tel Aviv telah menjadi konsekuensi langsung dari perang yang digelar militer rezim Zionis dan kelanjutannya di Gaza dan Lebanon.

Para pemimpin rezim Zionis belum dapat membayangkan berada dalam situasi seperti itu sejak awal operasi Badai Al-Aqsa dan perlawanan kelompok-kelompok pejuang Palestina.

Gencatan senjata dan penerimaan syarat Hamas akan berarti bahwa Zionis telah menerima kekalahan dan kegagalan menghadapi kubu Perlawanan.

Netanyahu, dalam keadaan apa pun, juga akan dihadapkan dengan situasi kritis dan goyah dari kabinetnya, yang kemungkinan besar akan terpapar pemakzulan.(sl)