Nov 17, 2022 11:49 Asia/Jakarta

KTT G20 di Bali, Indonesia, seperti pertemuan lainnya dalam beberapa tahun terakhir dan pertemuan internasional lainnya, memiliki dua ciri penting.

Pertama, pertemuan antara para pejabat yang berpartisipasi dalam KTT G20 Bali menjadi lebih penting dibandingkan dengan konferensi tingkat tinggi itu sendiri.

Kedua, perbedaan antaranggota membayangi pertemuan G20 maupun pertemuan bilateral.

G20 Bali, Indonesia

Kelompok G20 yang terdiri dari dua puluh negara ekonomi penting dunia dibentuk dengan tujuan koordinasi untuk membantu mengatasi krisis ekonomi global dan membantu menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi global.

Kelompok G20 memiliki dua pertiga populasi dunia dan delapan puluh lima persen ekonomi dunia, tetapi kelompok ini tidak pernah berhasil mencapai tujuannya, dan salah satu alasan terpenting untuk ini adalah upaya Amerika Serikat untuk mendorong kelompok tersebut menuju tujuan politik.

Oleh karena itu, tidak hanya dalam pertemuan G20 Bali, tetapi juga dalam pertemuan bilateral, diskusi yang diangkat sepenuhnya bersifat politis, termasuk peringatan Presiden Cina Xi Jinping saat bertemu dengan mitranya dari Amerika Serikat, Joe Biden terkait segala bentuk petualangan AS dalam urusan Taiwan dan selatnya, dan menganggapnya sebagai permainan api dan air.

Selain itu, pertemuan Joe Biden dengan Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki secara tertutup menunjukkan pengejaran masalah politik dan keamanan di kawasan oleh kedua belah pihak.

Pada saat yang sama, upaya Amerika untuk menghapus Rusia dari G20 dan mengeluarkannya dari beberapa lembaga internasional, yang ditentang oleh Cina, bersama dengan memberikan platform kepada presiden Ukraina untuk memberikan pidato virtual pada pertemuan G20, menunjukkan bahwa krisis di Ukraina juga membayangi pertemuan ini. Semua upaya AS dan sekutunya untuk memanfaatkan KTT G20 untuk menekan Rusia secara internasional.

Faraji Dana, seorang ahli masalah internasional, mengatakan tentang hal ini:

"Salah satu poin penting dalam pertemuan Bali Indonesia ini adalah pertemuan antara Perdana Menteri Australia dengan Presiden Republik Cina, dimana pihak Australia menuntut pencabutan sanksi Beijing terhadap negara tersebut. Artinya, sanksi Cina juga efektif terhadap sekutu negara-negara Barat dan dapat mengubah perimbangan internasional.

Pertemuan G20 di Bali, Indonesia, seperti pertemuan lainnya dalam beberapa tahun terakhir dan pertemuan internasional lainnya, memiliki dua ciri penting.

Selain pertemuan yang digelar di sela-sela KTT G20 di Bali, Indonesia, rakyat Indonesia memprotes Arab Saudi dan menentang kehadiran putra mahkota negara itu, Bin Salman, di KTT G20 Bali.

Dia berpikir bahwa dengan berlalunya waktu kejahatannya di Yaman serta tindakan terorisnya, termasuk di Turki dalam pembunuhan Khashoggi, akan terhapus dari pikiran publik.

Namun protes luas dari orang-orang India terhadap kemungkinan kunjungan Bin Salman ke negaranya, serta protes masyarakat Indonesia terhadap kehadiran Bin Salman di Bali menunjukkan bahwa opini publik dunia bukan hanya tidak melupakan kejahatan Bin Salman, tetapi juga mereka sangat keberatan menyambutnya, yang tangannya berlumuran darah rakyat Yaman.

Sharifipour, seorang pakar masalah internasional, mengatakan:

"Kelompok G20 terdiri dari negara-negara yang bukan hanya memiliki perbedaan politik dan keamanan yang serius satu sama lain, tetapi beberapa dari mereka tidak sependapat. Misalnya, Biden menolak untuk bertemu dengan Bin Salman dan pada saat yang sama, Presiden Cina juga berbicara kepada Biden dengan nada keras dan peringatan, yang menunjukkan perubahan serius di kancah internasional."

Bagaimanapun, melihat pertemuan G20 sebelumnya juga menunjukkan bahwa mereka tidak dapat mencapai konsensus apa pun tentang masalah internasional, contoh yang jelas adalah masalah iklim yang tidak dapat mereka sepakati pada pertemuan sebelumnya.

Presiden Xi Jinping berbincang dengan Perdana Menteri Narendra Modi di G20

Beberapa kalangan politik percaya bahwa semakin banyak perbedaan antara negara-negara penting di dunia, semakin besar keinginan untuk memperkuat dunia multipolar.

Pernyataan Menlu Cina terkait penguatan hubungan negara ini dengan Rusia dalam rangka memperkuat dunia multipolar patut diperhatikan dan menggugah pemikiran.(sl)

Tags