Indonesia Mencatat Inflasi Bulan Mei 0,32%
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat besaran inflasi Mei sebesar 0,32%. Inflasi didorong kuatnya permintaan pada sektor bahan makanan saat Ramadhan dan Idul Fitri.
"Inflasi Mei 2021 ini inflasi 0,32% permintaan terasa sekali pada Mei ini terutama permintaan komoditas terkait bahan makanan kebutuhan puasa dan hari raya," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers virtual, sebagaimana dikutip Parstodayid dari Detik, Rabu (02/06/2021).
Inflasi dipengaruhi oleh bahan makanan seperti daging ayam ras dengan andil 0,04% dan tarif pesawat.
Sebelumnya, Ekonom Permata Bank Josua Pardede memprediksi inflasi Mei 2021 sebesar 0,31% month on month atau 1,67% year on year.
"Peningkatan ini berkaitan dengan perkiraan peningkatan inflasi di semua komponen, mulai dari inflasi inti, inflasi dari sisi barang bergejolak, hingga barang yang diatur pemerintah," kata dia dalam keterangannya, Rabu (2/6/2021).
Dengan demikian, inflasi tahun kalender sebesar 0,90% dan tahun ke tahun 1,68%.
"Dari 90 kota IHK yang kami amati sebagian besar berikan gambaran kenaikan harga terjadi inflasi 78 kota dari 90 kota dan 12 kota mengalami deflasi," tutur Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto.
Kota yang mengalami inflasi tertinggi adalah Manokwari 1,82%. Kemudian inflasi terendah terjadi di Tembilahan 0,01%.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Timika 0,83% dan terendah di Palembang 0,02%.
Rupiah Menguat, Ditopang Membaiknya "Risk Appetite" Investor
Sementara itu, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu berpotensi menguat seiring membaiknya risk appetite investor.
Pada pukul 10.32 WIB, rupiah menguat 13 poin atau 0,09 persen ke posisi Rp14.267 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.280 per dolar AS.
Analis Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto Di Jakarta, Rabu, mengatakan, rupiah masih mengikuti perkembangan pergerakan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
"Kecenderungan melemahnya dolar AS karena sentimen risk investor yang membaik, didukung oleh pemulihan ekonomi yang lebih cepat di negara-negara besar," ujar Rully sebagaimana dikutip Parstodayid dari Antaranews, Rabu (02/06/2021).
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 89,873, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 89,831.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,613 persen, turun dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,615 persen.
Dari domestik, pada hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Mei 2021. Bank Indonesia memprediksi inflasi pada Mei 2021 sebesar 0,28 persen (mtm).
"Dari dalam negeri, sentimen inflasi akan berpengaruh terhadap rupiah," kata Rully.
Menurut Rully, rupiah hari ini berpotensi bergerak di kisaran Rp14.260 per dolar AS hingga Rp14.325 per dolar AS.
Pada Senin (31/5) lalu rupiah ditutup menguat 5 poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.280 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.285 per dolar AS.