Iran Aktualita, 30 Oktober 2021
https://parstoday.ir/id/news/iran-i107904-iran_aktualita_30_oktober_2021
Perkembangan di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti pertemuan Rahbar dengan tamu Konferensi Persatuan Internasional serta penekanan Rahbar akan persatuan Islam.
(last modified 2025-12-01T14:46:07+00:00 )
Okt 30, 2021 16:25 Asia/Jakarta
  • Rahbar dan Tamu Undangan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-35
    Rahbar dan Tamu Undangan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-35

Perkembangan di Republik Islam Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti pertemuan Rahbar dengan tamu Konferensi Persatuan Internasional serta penekanan Rahbar akan persatuan Islam.

Selain itu, ada berbagai peristiwa penting lain seperti Iran gelar pertemuan negara tetangga Afghanistan, Abdollahian: Iran Berikan Sejumlah Saran pada Taliban untuk Cegah Aksi Teror, Ketua Parlemen Iran: Prioritas Pertama Kami Perang Media, Shamkhani: Israel Lebih Baik Pikirkan Rekonstruksi Akibat Balasan Iran, Bagheri: Kami Capai Kesepakatan, Perundingan Nuklir November 2021.

Rahbar: Persatuan Umat Islam Kewajiban, Bukan Taktik

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan pidato di hadapan para tamu undangan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-35 dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw dan Imam Ja'far Shadiq as.

"Kelahiran Nabi Agung Muhammad Saw adalah awal dari periode baru dalam kehidupan manusia. Ini adalah kabar baik bahwa era baru dari kehendak ilahi dan rahmat ilahi telah dimulai bagi umat manusia," kata Rahbar di awal pidatonya di Huseiniyah Imam Khomeini ra di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran pada hari Minggu (24/10/2021).

Pertemuan tamu undangan Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-35 dengan Rahbar

Rahbar menambahkan, Allah Swt menurunkan kitab rahasia ke hati suci Nabi Muhammad Saw, mempercayakan rencana untuk kebahagiaan manusia kepada beliau secara penuh, meletakkannya di pundak beliau dan menugaskan beliau untuk melaksanakan rencana itu, menyampaikannya, dan menuntut dari para pengikutnya.

Ayatullah Khamenei menuturkan, keagungan peristiwa kelahiran Nabi Muhammad Saw sama besarnya dengan keagungan beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam lebih lanjut menganggap persatuan umat Islam sebagai masalah prinsip, dan mengatakan, persatuan umat Islam bukanlah taktik, yang menurut sebagian orang, kita harus bersatu sekarang karena keadaan tertentu, dan menurut mereka, persatuan bukan masalah prinsip.

"Sinergi umat Islam itu perlu. Jika umat Islam bersatu dan mereka bersinergi, maka mereka semua akan menjadi kuat. Persatuan umat Islam adalah kewajiban al-Qur'an yang pasti," tegasnya.

Rahbar menganggap Palestina sebagai indikator utama persatuan, dan mengatakan, pemerintah-pemerintah yang melakukan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel harus menebus kesalahan mereka.

Menurut Ayatullah Khamenei, dua tugas penting bagi umat Islam adalah menjelaskan dan mempromosikan kelengkapan Islam dalam semua aspek kehidupan manusia dan memperkuat persatuan umat Islam.

Rahbar menilai bahwa pencapaian tujuan penting untuk menciptakan peradaban baru Islam tidak mungkin kecuali dengan persatuan Syiah dan Sunni.

"Indikator utama untuk persatuan umat Islam adalah masalah Palestina. Jika upaya untuk menghidupkan dan memulihkan hak-hak rakyat Palestina semakin serius dilakukan, maka persatuan umat Islam akan semakin kuat," ujarnya.

Rahbar menyebut upaya beberapa pemerintah di kawasan untuk menormalkan hubungan mereka dengan rezim penjajah, Zionis sebagai dosa dan kesalahan besar.

"Pemerintah-pemerintah ini harus kembali dari langkah dan jalan yang berlawanan dengan persatuan Islam dan menebus kesalahan besar mereka," tegasnya.

Di bagian lain pidatonya, Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa penyebab penekanan berulang pada masalah persatuan dikarenakan adanya jarak yang jauh antara mazhab-mazhab dan upaya serius musuh untuk memperluas jarak tersebut.

"Saat ini, kata Syi'ah dan Sunni telah memasuki literatur politik para pejabat Amerika Serikat, sementara mereka menentang dan memusuhi prinsip Islam," tuturnya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran juga menyinggung upaya AS dan orang-orang didikannya untuk menciptakan hasutan dan fitnah di berbagai tempat di dunia Islam.

"Serangan-serangan bom menyedihkan dan menimbulkan tangisan baru-baru ini di masjid-masjid Afghanistan yang menarget umat Islam dan jemaah shalat Jumat adalah di antara insiden yang sama, yang dilakukan oleh Daesh (ISIS), dan para pejabat AS secara eksplisit telah menyatakan bahwa mereka yang menciptakan Daesh," terangnya.

Ayatullah Khamenei menganggap pertemuan tahunan tentang persatuan Islam belum cukup. Rahbar menuturkan, dalam hal ini harus dilakukan  diskusi, penjelasan, dorongan, perencanaan dan pembagian kerja secara permanen, dan sebagai contoh dalam kasus Afghanistan ini, salah satu cara untuk mencegah insiden tersebut adalah kehadiran pejabat yang terhormat di negara itu di pusat-pusat dan masjid dan atau mendorong saudara-saudara Ahlu Sunnah untuk menghadiri pertemuan-pertemuan bersama.

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-35 mengusung tema "Persatuan Islam, Perdamaian dan Menghindari Perpecahan dan Konflik di Dunia Islam."

Konferensi ini dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi pada hari Selasa (19/10/2021) di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.

Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina Ziad Al Nakhala, mantan Perdana Menteri Irak Adil Abdul Mahdi, Mufti Agung Kroasia Aziz Hasanovic, Deputi urusan Internasional Hamas Khalil Al Hayya, Ketua Dewan Tinggi Islam Aljazair Bouabdallah Ghlamallah dan sejumlah cendekiawan Dunia Islam lain menyampaikan pidatonya.

Konferensi yang dihadiri oleh para ulama dan intelektual Muslim dari 39 negara dunia ini berakhir pada hari Minggu (24/10/2021).

Hari Ini, Pertemuan Afghanistan Digelar di Tehran

Pertemuan tingkat menteri luar negeri tetangga Afghanistan plus Rusia diadakan di Tehran hari ini.

Saeed Khatibazadeh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran hari Rabu (27/10/2021) mengatakan, "Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi, akan membuka secara resmi pertemuan hari ini dan akan menyampaikan pidato,".

Khatibzadeh

"Pertemuan para menteri luar negeri negara-negara tetangga Afghanistan akan diadakan secara langsung dengan kehadiran enam negara tetangga Afghanistan plus Rusia," ujar Khatibzadeh.

"Menteri luar negeri Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Pakistan akan menghadiri pertemuan tersebut secara fisik, sedangkan menteri luar negeri Cina dan Rusia akan menghadiri pertemuan secara online," tegasnya.

Selain itu, para duta besar negara-negara tetangga Afghanistan juga akan hadir pada pertemuan tersebut.

Pesan Pertemuan Tetangga Afghanistan di Iran, Kerja Sama Bukan Rivalitas

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menilai atmosfer pertemuan Menteri Luar Negeri negara-negara tetangga Afghanistan yang digelar di Tehran hari ini, positif dan konstruktif.

Saeed Khatibzadeh, Rabu (27/10/2021) seputar pertemuan Menlu negara-negara tetangga Afghanistan plus Rusia di Tehran menuturkan, "Pembicaraan masih berlangsung, dan kami berupaya untuk mencapai sebuah kesepakatan terkait pernyataan bersama seluruh Menlu, dan atmosfer perundingan ini positif serta konstruktif."

Menurut Khatibzadeh, Iran berusaha menjadi titik temu seluruh pandangan, dan kerja sama regional. Pesan pertemuan Tehran adalah partisipasi, dan kerja sama semua negara kawasan, bukan menciptakan jarak serta rivaltias, dan sampai sekarang tujuan tersebut sudah terwujud.

Jubir Kemenlu Iran menjelaskan, "Apa yang sekarang sedang dilakukan adalah upaya memperjelas garis yang bisa digunakan oleh negara-negara tetangga Afghanistan untuk membantu negara itu meraih masa depan yang lebih baik berdasarkan keingingan, dan tekad rakyatnya."

"Masalah yang penting adalah pembentukan sebuah pemerintahan inklusif yang menjadi cerminan keragaman kaum dan etnis Afghanistan, dan bersihnya wilayah geografis ini dari kekerasan, dan mencegah masuknya negara-negara asing ke Afghanistan, dan negara ini bisa menjadi anggota efektif dalam kerja sama-kerja sama regional," imbuhnya.

Khatibzadeh melanjutkan, seluruh perhatian dalam pertemuan Tehran dipusatkan pada sejumlah prinsip dasar, di antaranya bantuan terhadap rakyat Afghanistan, serta bantuan untuk mengeluarkan Afghanistan dari kondisi sulit dari masalah ekonomi.

"Mungkin setengah jam ke depan pernyataan bersama akan selesai disusun, dan kami akan mempublikasikannya," pungkasnya.

Abdollahian: Iran Berikan Sejumlah Saran pada Taliban untuk Cegah Aksi Teror

Menteri Luar Negeri Iran mengabarkan pembicaraan dengan pihak berkuasa sementara di Afghanistan, dan Tehran menyampaikan sejumlah usulan terkait upaya menjaga keselamatan seluruh warga Afghanistan termasuk warga Syiah, dan upaya mencegah terulangnya aksi teror.

Menlu Iran, Amir Abdollahian

Hossein Amir Abdollahian, Rabu (27/10/2021) seusai pertemuan negara-negara tetangga Afghanistan plus Rusia yang kedua di Tehran, menggelar konferensi pers dengan media dalam dan luar negeri.

Dalam konferensi pers tersebut, Abdollahian ditanya tentang perundingan Iran dan Taliban, jaminan keamanan perbatasan, dan apakah Tehran akan memutuskan untuk mengakui Taliban secara resmi atau tidak.

Ia menjawab, "Kami menjalin kontak dengan seluruh kelompok di Afghanistan, dan di level keamanan kami terus melakukan kontak, dan dialog dengan pihak berkuasa sementara di negara itu."

Abdollahian menambahkan, "Duta Besar Iran di Kabul sudah menyampaikan kekhawatiran Tehran terkait perlunya mengambil langkah untuk mengendalikan gelombang masuknya imigran ke Iran di musim dingin, kekhawatiran tentang keamanan perbatasan, dan kemungkinan meningkatnya penyelundupan narkotika."

Menlu Iran menegaskan, "Pada saat yang sama kami juga sudah mengingatkan pihak berkuasa sementara Afghanistan bahwa aksi teror di negara ini tidak boleh membahayakan keamanan negara-negara tetangga."

Ketua Parlemen Iran: Prioritas Pertama Kami Perang Media

Ketua Parlemen Iran mengatakan, hari ini prioritas Republik Islam Iran adalah perang media, dan perang kognitif, dan prioritas kedua, perang ekonomi.

Mohammad Bagher Ghalibaf, Senin (25/10/2021) di Mashhad menuturkan, "Musuh di era Perang Pertahanan Suci menyadari bahwa dirinya tidak mampu berperang dengan kami secara militer, dan meraih kemenangan. Oleh karena itu mereka menggunakan cara penyimpangan informasi dan sanksi, dengan kata lain mereka mengorganisir serta menjalankan perang media, dan ekonomi. Mereka sedang berusaha mengubah kepercayaan kaum muda, dan membesar-besarkan kelemahan kami dengan cepat, di sinilah perjuangan untuk memberikan pencerahan menjadi pekerjaan yang sangat penting."

Ketua Parlemen Iran, Ghalibaf

Ia menambahkan, "Hari ini di tengah fitnah media, jika kita berperang dengan penuh konsentrasi, cerdas, dan dengan rasionalitas revolusi serta moral, maka pahalanya tidak akan kurang dari perang di masa Pertahanan Suci. Di masa itu, perang dan tugas kita jelas, tapi hari ini musuh memerangi kita dengan metode lain."

Menurut Ghalibaf, Amerika Serikat dan negara lain menciptakan kelompok teroris ISIS untuk menghancurkan Islam politik, dan Islam asli, tapi sekarang revolusi dan Republik Islam Iran, lebih kuat dari sebelumnya karena partisipasi luas rakyat.

Shamkhani: Israel Lebih Baik Pikirkan Rekonstruksi Akibat Balasan Iran

Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran mengatakan, daripada mengeluarkan dana 1,5 miliar dolar untuk melancarkan kejahatan terhadap Iran, rezim Zionis Israel lebih baik memikirkan puluhan ribu miliar dolar anggaran untuk merekonstruksi kerusakan akibat balasan mematikan Iran.

Ali Shamkhani, Minggu (24/10/2021) di akun Twitternya menulis, Israel lebih baik berpikir soal penyediaan anggaran rekonstruksi kerusakan akibat serangan balasan Iran, daripada menganggarkan dana untuk melancarkan kejahatan terhadap Tehran.

Sebelumnya Kanal 12 televisi Israel mengabarkan rencana Tel Aviv untuk menganggarkan dana 1,5 miliar dolar dalam rangka memperkuat kemampuan serangan ke fasilitas nuklir Iran.

Menurut TV Israel, dana ini akan digunakan untuk melancarkan serangan potensial ke fasilitas nuklir Iran, termasuk fasilitas bawah tanah.

Menanggapi hal ini, Wakil tetap Iran di PBB, Majid Takht Ravanchi beberapa waktu lalu dalam suratnya untuk Ketua Periodik Dewan Keamanan PBB memperingatkan segala bentuk kalkulasi keliru, dan petualangan militer Israel.

Iran Kecam Sanksi Baru Amerika

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengecam sanksi baru Amerika Serikat terhadap individu dan lembaga-lembaga Iran.

"Sanksi baru ini menunjukkan perilaku Gedung Putih yang benar-benar bertolak belakang," kata Saeed Khatibzadeh pada Jumat (29/10/2021) malam, menanggapi sanksi Departemen Keuangan AS terhadap Iran.

"Pemerintah yang berbicara akan kembali ke perjanjian nuklir JCPOA dan tetap mengikuti cara-cara Trump dalam menjatuhkan sanksi, telah mengirimkan pesan bahwa mereka tidak dapat dipercaya," tambahnya seperti dilaporkan Iran Press.

Khatibzadeh menyatakan pemerintah-pemerintah yang berkuasa di AS telah menunjukkan betapa tidak mampunya mereka untuk memahami realitas Republik Islam Iran.

"Tindakan AS semacam itu merupakan kelanjutan dari kebijakan tekanan maksimum Trump yang gagal dan sanksi-sanksi ilegalnya. Hal ini tidak menghasilkan apapun kecuali kegagalan baru untuk Gedung Putih," tuturnya.

Dia menegaskan tekanan dan sanksi tidak akan merusak tekad pemerintah Iran untuk mempertahankan keamanan dan perdamaian rakyatnya. Iran akan meneruskan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi baru terhadap Iran menjelang dimulainya kembali pembicaraan untuk menghidupkan JCPOA di Wina.

Pada hari Jumat, empat individu dan dua perusahaan Iran dimasukkan dalam daftar sanksi AS. Mereka dituduh mendukung program pesawat tanpa awak Iran dan merupakan ancaman terhadap kepentingan AS.

Bagheri: Kami Capai Kesepakatan, Perundingan Nuklir November 2021

Deputi Politik Menteri Luar Negeri Iran menilai pembicaraannya dengan Deputi Politik Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa serius, dan konstruktif.

Ali Bagheri

Ali Bagheri, Deputi Politik Menlu Iran, Rabu (27/10/2021) di akun Twitternya menulis, "Kami mencapai kesepakatan untuk memulai kembali perundingan nuklir sebelum akhir bulan November 2021, dan tanggal pastinya akan diumumkan minggu depan."

Ali Bagheri yang bertemu dengan Enrique Mora, Deputi Politik Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa di Brussells hari Rabu mengatakan, "Saya melakukan pembicaraan serius, dan konstruktif dengan Enrique Mora, dan kami mencapai kesepakatan seputar unsur-unsur urgen perundingan."

Ia menambahkan, "Kami sepakat untuk memulai kembali perundingan nuklir sebelum akhir bulan November mendatang. Tanggal pastinya akan diumumkan kemudian."