Perluasan Hubungan dengan Tetangga dan Diplomasi Aktif Iran di Wina
Pembicaraan Wina sedang dilakukan secara serius dengan fokus pada pencabutan sanksi yang menindas dan ilegal terhadap Iran, dan meskipun tekanan yang disebabkan oleh garis destruktif dari media musuh dan sabotase rezim Zionis, pembicaraan telah mengalami kemajuan yang nyata.
Sementara itu, di bidang hubungan luar negeri, pembicaraan juga dipercepat untuk mengembangkan hubungan Iran dengan tetangganya.
Berkenaan dengan itu, Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi, dan Presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdymukhamedov, dalam percakapan telepon, Senin (13/12/2021), menekankan penguatan kerja sama bersama, khususnya di bidang transportasi dan transit barang antara kedua negara.
Merujuk pada kesepakatan pertukaran gas antara Republik Azerbaijan dan Turkmenistan, Presiden Turkmenistan juga menyerukan pembentukan komisi bersama untuk kerja sama di bidang ini antara ketiga negara.
Dalam acara lain, Brigadir Jenderal Abdulaziz bin Abdullah Al-Mandhari, Wakil Kepala Staf Operasi dan Perencanaan Angkatan Bersenjata Oman, tiba di Tehran pada hari Senin (13/12) sebagai kepala delegasi.
Pertemuan, yang berlangsung beberapa hari setelah kunjungan Syeikh Tahnoon bin Zayed Al Nahyan, Penasihat Keamanan Nasional UEA ke Tehran, menunjukkan perubahan signifikan dalam hubungan antara Iran dan negara-negara tetangga.
Hubungan Iran dengan semua tetangganya memiliki kepentingan multifaset, yang selain aspek ekonomi di bidang masalah keamanan dan strategi bersama untuk menjaga keamanan kolektif, juga memiliki kepentingan strategis.
Pernyataan Syeikh Tahnoon bin Zayed, Penasihat Keamanan Nasional UEA dalam pertemuan dengan Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, merujuk pada poin ini.
Sebagai negara besar dan kuat di kawasan, Iran memiliki posisi geopolitik yang unik dan jalan raya yang menghubungkan timur dan barat dunia.
Pembicaraan Wina sedang dilakukan secara serius dengan fokus pada pencabutan sanksi yang menindas dan ilegal terhadap Iran, dan meskipun tekanan yang disebabkan oleh garis destruktif dari media musuh dan sabotase rezim Zionis, pembicaraan telah mengalami kemajuan yang nyata.
Tidak ada keraguan bahwa hubungan yang hangat dan bersahabat dengan tetangga dan pertukaran kapasitas ekonomi, perdagangan dan investasi adalah kepentingan semua negara di kawasan ini. Untuk alasan ini, elemen asing di kawasan itu menentang hubungan baik antara Iran dan negara-negara tetangga.
Strategi bersama Amerika Serikat dan Israel dalam menciptakan perselisihan, mempromosikan Iranofobia, dan memajukan kebijakan pandangan utilitarian negara-negara Arab di kawasan sebagai pasar yang menguntungkan untuk penjualan senjata.
Abdel Bari Atwan, Pemimpin Redaksi Surat Kabar Rai al-Youm, dalam analisis perkembangan terakhir di kawasan dan pendekatan negara-negara Teluk Arab untuk meningkatkan hubungan dengan Iran mengatakan, "Sampai beberapa bulan lalu, kita menyaksikan normalisasi hubungan dengan Israel, tetapi sekarang arusnya telah berbalik dan perhatian telah tertuju ke Iran. Arab Saudi telah berpartisipasi dalam empat putaran pembicaraan dengan Iran, dan Syeikh Tahnoon bin Zayed, Penasihat Keamanan Nasional UEA, telah melakukan perjalanan ke Tehran."
Kehebohan propaganda dan kunjungan pejabat AS dan Israel ke kawasan itu dalam beberapa pekan terakhir terjadi pada saat negosiasi antara Iran dan pihak-pihak yang ada di JCPOA di Wina untuk mencabut sanksi AS sedang berlangsung dan mencapai kesimpulan.
Unsur-unsur yang mengintervensi dan merusak di kawasan sangat menyadari bahwa hasil pasti dari peningkatan hubungan antara Iran dan negara-negara tetangga adalah memperkuat keamanan kawasan tanpa perlu pihak asing dan mengembangkan kerja sama bilateral dan multilateral di semua bidang.
Peristiwa tragis di kawasan itu serta penerapan krisis militer dan keamanan telah membuat negara-negara di kawasan itu dalam kondisi kehidupan yang sulit. Oleh karena itu, dialog dan negosiasi untuk menyelesaikan perselisihan harus menggantikan ketegangan dan pendekatan militer.
Dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah negara Teluk Persia telah mengirim berbagai pesan untuk mengurangi ketegangan, memperluas hubungan dan kerja sama ekonomi, serta bahkan berinvestasi langsung di Iran, terlepas dari hasil pembicaraan di Wina.
Seperti yang dinyatakan Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran, dalam pertemuan dengan Brigadir Jenderal Abdulaziz bin Abdullah Al-Mandhari, Wakil Kepala Staf Operasi dan Perencanaan Angkatan Bersenjata Oman, Iran telah melakukan pertemuan dengan berbagai pejabat UEA dan Arab Saudi tentang isu-isu regional dan beberapa kesalahpahaman telah diselesaikan. Sementara itu, Iran memiliki hubungan baik dengan Qatar dan Kuwait.
Republik Islam Iran memiliki pandangan positif terhadap tetangganya, dan hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam hubungan Iran dengan negara-negara tetangga, yang tentu saja akan menyebabkan kekhawatiran yang semakin besar dari rezim Zionis.