Iran Aktualita, 6 Juni 2022
Perkembangan di Iran selama sepekan lalu diwarnai isu penting seperti Haul ke-33 Imam Khomeini dan pidato Rahbar, Ayatullah Khamenei.
Selain itu, masih ada isu lain seperti Raisi: Melawan Arogansi dan Kezaliman Isu Utama Maktab Imam Khomeini, Iran Respon Tegas Draf Usulan AS ke Dewan Gubernur IAEA, Menteri Iran: Sanksi akan Berbalik Memukul Negara-Negara Penyanksi, Ini Reaksi Iran terhadap Statemen Baru P-GCC, Iran Usulkan SCO Buat Mata Uang Bersama, Diminta Bebaskan Tanker Yunani oleh Prancis dan Jerman, Ini Respon Iran, Panglima Militer Iran: Peningkatan Kemampuan Drone Iran tidak Terhenti, Temui Pemimpin Katolik Dunia, Kepala Hauzah Iran Sampaikan Pesan Rahbar.
Hari Ini, Iran Peringati Haul Imam Khomeini ra
Hari ini, Sabtu, 14 Khordad 1401 HS yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni 2022 M adalah peringatan wafatnya Imam Khomeini ra, Pendiri Republik Islam Iran.
Imam Khomeini ra meninggal dunia pada tanggal 14 Khordad 1368 yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni 1989. Pendiri Republik Islam ini wafat setelah menjalani kehidupan yang penuh perjuangan dan tak kenal lelah selama 87 tahun.
Sayid Ayatullah Ruhollah Khomeini ra memulai perjuangannya pada tahun 1963 melawan rezim despotik Shah dan intervensi Amerika Serikat di Iran. Akhirnya ia diasingkan ke Turki dan kemudian ke Irak oleh rezim Shah.
Imam Khomeini hidup di pengasingan di Irak selama 13 tahun. Setelah ditekan oleh rezim Baath Irak, Imam Khomeini terpaksa meninggalkan negara itu pada 6 Oktober 1978 dan hijrah ke Prancis.
Imam Khomeini ra kembali ke Iran pada 1 Februari 1979 setelah 15 tahun hidup di pengasingan, dan disambut meriah oleh rakyat negara ini. Setelah 10 hari berada di Iran, Revolusi Islam meraih kemenangan pada 11 Februari 1979.
Imam Khomeini memberikan pengaruh mendalam dan menentukan bagi sejarah Iran dan memanifestasikan kehendak rakyat dan agama mereka ,yaitu Islam dalam kerangka Republik Islam Iran.
Setelah kemenangan Revolusi Islam, terlepas dari konspirasi kekuatan dan musuh internal dan eksternal revolusi, termasuk perang yang dipaksakan oleh rezim Ba'ath Irak terhadap Iran, dalam kondisi sulit pada periode itu, Imam Khomeini ra memimpin rakyat Iran dengan kebijaksanaan dan keberanian.
Peringatan tiga puluh tiga tahun wafatnya Pemimpin Agung Revolusi Islam setelah dua tahun vakum (karena wabah virus Corona) akan diadakan tahun ini di makam sucinya sesuai dengan protokol kesehatan.
Acara haul ini akan dimulai pada pukul 09:00 pagi waktu Tehran.
Pemimpin besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei akan menyampaikan pidato di acara haul Imam Khomeini ra.
Rahbar: Imam Khomeini ra Spirit Republik Islam Iran
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran di acara haul ke-33 Imam Khomeini ra, Pendiri Revolusi Islam Iran mengatakan, "Imam Khomeini ra spirit Republik Islam."
Menurut laporan FNA, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyebut Imam Khomeini ra sebagai spirit Republik Islam Iran dan menambahkan, "Imam Khomeini ra adalah sosok yang luar biasa dalam arti kata yang sebenarnya, dan Imam Khomeini bukan hanya Imam kemarin, tetapi juga Imam hari ini dan besok."
Ayatullah Khamenei dalam pidatonya membandingkan Revolusi Islam Iran dengan Revolusi Prancis tahun 1789 dan Revolusi Soviet tahun 1917.
Rahbar menyebutkan bahwa dua revolusi Prancis dan Uni Soviet dimenangkan oleh rakyat, tetapi setelah itu rakyat tidak berperan apapun dan disingkirkan. Mereka tidak mampu berpartisipasi dalam revolusi yang mereka ciptakan dengan tubuh dan jiwanya serta dengan kehadiran mereka di jalan-jalan. Akibatnya, kedua revolusi ini dengan cepat menyimpang dari jalur rakyat pertama.
"Namun, Revolusi Islam Iran menang dengan kehadiran dan jiwa rakyat, tapi rakyat tidak disingkirkan," kata Rahbar.
Bahkan Rahbar menambahkan, "Kurang dari dua bulan pasca kemenangan revolusi, dilakukan referendum di seluruh negeri dan rakyat memilih sistem pemerintahan."
Menurut Rahbar, sekitar setahun setelah kemenangan Revolusi Islam, presiden pertama dipilih oleh rakyat, dan beberapa bulan kemudian, Majelis Syura Islam (parlemen) pertama dibentuk lewat pemilihan umum, dan hingga saat ini, hampir 50 pemilu telah diadakan, sementara rakyat hadir dalam pemilu dengan kemauannya sendiri.
Raisi: Melawan Arogansi dan Kezaliman Isu Utama Maktab Imam Khomeini
Presiden Republik Islam Iran pada Jumat (03/06/2022) malam dalam rangka memperingati 33 tahun wafatnya Imam Khomeini ra, Pendiri Republik Islam Iran yang diselenggarakan di makam sucinya, mengatakan bahwa melawan arogansi dan penindasan adalah salah satu isu utama maktab Imam Khomeini.
Menurutnya, "Setelah Revolusi Islam, Iran telah menjadi tempat perlindungan dan tempat aman bagi kaum tertindas dunia."
Hari ini, Sabtu, 14 Khordad 1401 HS yang bertepatan dengan tanggal 4 Juni 2022 M adalah peringatan wafatnya Imam Khomeini ra, Pendiri Republik Islam Iran.
Menurut laporan Iranpress, Presiden Republik Islam Iran, Sayid Ebrahim Raisi di acara haul tersebut mengatakan bahwa keselamatan kaum tertindas dan lemah di dunia adalah salah satu aspek terpenting dalam maktab politik Imam Khomeini ra.
"Semua kaum tertindas menganggap Imam Khomeini ra sebagai sebagai pemimpin mereka," kata Raisi.
Mengacu pada pernyataan Imam Khomeini ra bahwa "Amerika tidak bisa berbuat apapun" Presiden Raisi lebih lanjut mengatakan, "Hari ini kita melihat bahwa juru bicara Gedung Putih secara eksplisit menyatakan bahwa tekanan maksimum terhadap Iran telah gagal."
Menurut Presiden Iran, politisi berlimpah di dunia, tetapi politik tanpa spiritualitas telah menyebabkan banyak penderitaan bagi umat manusia.
"Hasil dari politik tanpa spiritualitas adalah 70 tahun penindasan terhadap rakyat Palestina dan perlombaan senjata nuklir global," ujarnya.
"Semua ini dapat diperoleh dari pedoman dan bimbingan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam dan Imam Khomeini," pungkas Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi sembari menekankan bahwa masa depan Iran akan cerah.
Iran Respon Tegas Draf Usulan AS ke Dewan Gubernur IAEA
Draf resolusi usulan Amerika Serikat dan tiga negara Eropa anggota JCPOA ke Dewan Gubernur IAEA, mendapat reaksi tegas dari Iran.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, Kamis (2/6/2022) memperingatkan setiap langkah tidak konstruktif, pada saat yang sama Menlu Iran, Hossein Amir Abdollahian menyebut campur tangan politik dalam urusan teknis IAEA, tidak konstruktif.
Dewan Gubernur IAEA, hari Selasa depan rencananya akan menggelar pertemuan, dan menjelang pertemuan ini, Rezim Zionis berusaha menciptakan kegaduhan dengan menyampaikan dokumen yang diklaimnya berkaitan dengan program nuklir Iran.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan tiga negara Eropa yaitu Jerman, Prancis dan Inggris menyerahkan draf resolusi usulan kepada Dewan Gubernur IAEA.
Dalam draf itu, AS dan tiga negara Eropa mengaku sangat mengkhawatirkan tidak terselesaikannya masalah-masalah terkait uranium yang ditemukan di situs-situs yang tidak diumumkan.
Keempat negara itu mengatakan karena kerja sama minim Iran, friksi dan masalah-masalah IAEA Safeguards tidak terselesaikan, dan mereka meminta Iran segera menerima permintaan IAEA untuk berinteraksi lebih besar guna menyelesaikan seluruh masalah IAEA Safeguards yang tersisa.
Kepala Perwakilan Tetap Iran di IAEA, Mohammad Reza Ghaebi mengatakan, "Republik Islam Iran meski sejak awal percaya bahwa klaim ini berdasarkan informasi-informasi fiktif buatan Rezim Zionis, dan negara-negara musuh, lalu diserahkan kepada IAEA, namun untuk menunjukan niat baik, dan membantah klaim tersebut, Tehran mengumumkan kesiapan berinteraksi secara argumentatif dan profesional dengan IAEA."
Menteri Iran: Sanksi akan Berbalik Memukul Negara-Negara Penyanksi
Menteri Perminyakan Iran mengatakan, negara-negara penyanksi mengira bisa menjegal kemajuan Iran, dengan menggunakan senjata teroris sanksi, tapi sanksi-sanksi ini adalah pedang bermata dua yang akan berbalik memukul mereka sendiri.
Javad Owji, Kamis (2/6/2022) dalam seminar internasional seputar energi yang diselenggarakan di Baku, Azerbaijan di hadapan menteri dan perwakilan sekitar 30 negara dunia, menjelaskan prestasi Iran dalam produksi energi dan minyak.
Ia menuturkan, "Di tengah sanksi yang sudah diberlakukan selama beberapa tahun, dan menindas terhadap rakyat Iran, pengembangan sektor minyak dan gas Iran, tak terhenti."
Menurut Owji, Iran memiliki kapasitas gas terbesar di dunia, dan saat ini kapasitas gas Iran, mencapai 33,8 triliun meter kubik, dan cadangan gas Iran, mampu memenuhi kebutuhan dunia secara signifikan.
"Saat ini Iran bisa memproduksi satu miliar meter kubik gas per hari, kapasitas produksi minyak Iran juga mendekati empat juta barel, dan Iran mampu memproduksi 92 juta ton produk petrokimia dalam setahun," imbuhnya.
Menteri Perminyakan Iran menegaskan, "Republik Islam Iran ingin semua masyarakat dunia bisa menikmati nikmat Tuhan ini, dan dengan infrastruktur yang baik dan kuat, Iran siap berkerja sama di sektor pengembangan, perdagangan dan transfer migas ke negara-negara dunia dan kawasan."
Ini Reaksi Iran terhadap Statemen Baru P-GCC
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran membantah tuduhan tak berdasar yang dibuat dalam pernyataan akhir pertemuan ke-152 Dewan Kerja Sama Teluk Persia (P-GCC), dengan mengatakan bahwa pernyataan berulang dan destruktif ini menunjukkan pendekatan yang salah dan kebingungan strategis beberapa negara anggota P-GCC terhadap Republik Islam.
Saeed Khatibzadeh, Jubir Kemenlu Iran hari Kamis (2/6/2022) mengatakan bahwa perilisan pernyataan klise seperti itu bertentangan dengan prinsip-prinsip bertetangga yang baik, dan tidak memiliki tujuan khusus, selain menciptakan krisis regional.
Menanggapi pernyataan bersama P-GCC tentang masalah nuklir Iran, Khatibzadeh mengungkapkan, "JCPOA dan negara-negara yang berkomitmen di dalamnya sudah dinyatakan dengan jelas dalam teks JCPOA dan Resolusi PBB 2231. Atas dasar ini, isu pembicaraan Wina baru-baru ini jelas bagi siapa pun yang mengetahui dasar-dasar masalah internasional. Oleh karena itu, membuat permintaan seperti itu, yang pembuatnya sangat menyadari ketidakberdayaan dan ketidakrelevannya, hanya akan menunjukkan kedalaman ketidakpedulian P-GCC terhadap masalah yang jelas, dan tidak memiliki konsekuensi apapun selain meningkatkan inkredibilitas mereka,".
"Dewan Kerja Sama Teluk Persia yang saat ini justru menjadi gudang senjata terbesar Amerika dan Barat di dunia, tidak dalam posisi untuk mengomentari program rudal dan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan militer dan pertahanan Iran," ujar Khatibzadeh.
Menyikapi klaim klise P-GCC dalam masalah kepemilikan tiga pulau Iran, Juru Bicara Kemenlu Iran menegaskan kembali tiga pulau yaitu: Abu Mousa, Tunb Kecil dan Tunb Besar sebagai bagian integral dan abadi dari wilayah Republik Islam Iran.
"Pengulangan posisi intervensionis dalam bentuk apapun sepenuhnya ditolak, dan tidak akan berpengaruh pada fakta hukum dan sejarah yang ada," papar Khatibzadeh.
Juru bicara kebijakan luar negeri Iran menekankan, "Pemerintah Republik Islam Iran, berdasarkan visi strategis dan kebijakan berprinsipnya, senantiasa mempertimbangkan solusi untuk masalah kawasan berdasarkan interaksi dan kerja sama dengan tetangga, dan menyambut setiap inisiatif positif dalam mengembangkan hubungan berdasarkan prinsip dan aturan internasional.
Iran Usulkan SCO Buat Mata Uang Bersama
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Diplomasi Ekonomi mengumumkan proposal Iran kepada Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) untuk menetapkan mata uang bersama guna memfasilitasi perdagangan antaranggotanya.
Mehdi Safari pada Rabu (1/6/2022) malam mengatakan, "Satu setengah bulan yang lalu, sebagai anggota pengamat, kami mengusulkan dalam sebuah surat kepada Organisasi Kerja Sama Shanghai untuk mendefinisikan satu mata uang bersama untuk para anggota,".
"Jika ide ini menjadi langkah operasional, maka hal itu bisa menyelesaikan masalah perdagangan antara selama anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai, terutama dengan negara-negara kuat seperti Cina, India, Pakistan dan Rusia," ujar Safari.
Mengenai penguatan kerja sama Iran dengan anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi Laut Hitam, dia menekankan, "Kita harus dapat mendiversifikasi saluran komunikasi dengan negara-negara anggota organisasi ini,".
Menyinggung finalisasi dokumen perjanjian koridor Utara-Selatan dan koneksi Laut Hitam ke Teluk Persia, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Urusan Diplomasi Ekonomi menekankan peningkatan kapasitas transfer barang melalui koridor tersebut.
"Volume transfer barang di rute ini di tiga bidang akan mencapai 30 juta ton, dan untuk mencapai angka itu, infrastruktur perkeretaapian di jalur ini harus diselesaikan," paparnya.
“Kami sedang mempersiapkan dokumen yang relevan dan penandatanganan 450 dokumen terkait untuk mempersingkat proses ini, sehingga kami dapat menjadi anggota penuh di Organisasi Kerja Sama Shanghai. Mari kita mulai dengan anggota organisasi ini di berbagai bidang, terutama di bidang ekonomi," pungkasnya.
Diminta Bebaskan Tanker Yunani oleh Prancis dan Jerman, Ini Respon Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran menilai sikap saling menjiplak yang dilakukan Prancis dan Jerman terkait desakan pembebasan kapal tanker Yunani, tertolak.
Saeed Khatibzadeh, Rabu (1/6/2022) menyarankan agar Jubir Kemenlu Prancis dan Jerman mendukung proses hukum yang berdasarkan aturan internasional, daripada memberi dukungan tidak pada tempatnya atas pelanggaran hukum.
Sebelumnya Jubir Kemenlu Prancis mengatakan, "Kami meminta Iran segera menghentikan langkah-langkahnya yang bertentangan dengan hukum."
Di sisi lain, Jubir Kemenlu Jerman menuturkan, "Kami meminta Iran untuk membebaskan kapal Yunani dan awaknya sesegera mungkin, dan menghormati hukum pelayaran bebas serta keamanan maritim."
Menanggapi hal ini, Khatibzadeh menegaskan, "Kami menilai pernyataan-pernyataan sepihak, dan tidak bisa dibenarkan ini, serta nampaknya sudah menjadi kebiasaan orang-orang yang merilisnya, sebagai hal yang tertolak."
"Sungguh disesalkan, negara-negara ini memprotes Iran dengan tuduhan telah melanggar hukum, namun diam menyaksikan penyitaan ilegal kapal berbendera Iran, oleh pemerintah Yunani, dan pemindahan muatannya dalam kerangka pelaksanaan aturan lintas-batas, dan hukum internal negara lain," pungkasnya.
Panglima Militer Iran: Peningkatan Kemampuan Drone Iran tidak Terhenti
Panglima militer Republik Islam Iran, Mayjen. Abdolrahim Mousavi menekankan, peningkatan kemampuan tempur termasuk peningkatan kemampuan drone tidak akan terhenti.
Kepala staf umum militer Iran dan panglima militer negara ini meninjau salah satu pangkalan rahasia drone strategis militer Republik Islam Iran.
Menurut laporan Humas militer, Mayjen. Abdolrahim Mousavi Sabtu (28/5/2022) di pangkalan drone strategis 313 mengatakan, prestasi terbesar angkatan bersenjata adalah kita tidak tergantung kepada siapa pun, dan kami menyediakan semua yang kami butuhkan untuk membela negara dan menjalankan misi kami, dan tidak ada cara untuk menghentikan kemampuan tempur, termasuk peningkatan kemampuan drone.
"Kita harus mampu melakukan tugas dan misi utama kami dalam melawan serangan potensial, membela independensi, Republik Islam Iran dan perbatasan negara serta pembentukan keamanan negara besar Iran," ungkap Mousavi.
Lebih lanjut ia menambahkan, militer Republik Islam Iran berusaha untuk meningkatkan kemampuan tempur mereka sebanyak yang diperlukan, dan untuk mencapai tujuan ini, di semua bidang, terutama di bidang kemampuan drone, sampai hari ini telah membuat kemajuan besar dengan mengandalkan kemampuan pribumi dan pemuda, di mana sebagain dari mereka telah dilengkapi dengan berbagai senjata dan peralatan dalam negeri.
"Berbagai drone di angkatan bersenjata termasuk militer, aktif menjalankan misi; Mulai dri drone kecil hingga yang terbesar Kaman-22, di mana setiap dari mereka memiliki berbagai misi," papar panglima militer.
Menurut Mayjen Mousavi, "Kita membutuhkan berbagai jenis drone pengintai, tempur, dan destruktif yang mampu menjalankan misi lokal, taktik dan strategis."
"Kebutuhan untuk memperkuat drone jarak jauh dengan kontinuitas penerbangan tinggi dan daya dukung amunisi yang tinggi untuk mencapai sasaran strategis, mendorong kami untuk meningkatkan kemampuan drone yang ada dan melengkapinya dengan berbagai rudal dan bom dengan jangkauan berbeda dalam agenda kami dan kami akan melanjutkan jalur swasembada dengan bantuan pemuda yang bermotivasi, berkomitmen dan ahli, dengan desain dan produksi massal pesawat nirawak," papar Mayjen Mousavi.
Temui Pemimpin Katolik Dunia, Kepala Hauzah Iran Sampaikan Pesan Rahbar
Kepala Hauzah Ilmiah Iran dalam pertemuan dengan pemimpin umat Kristen Katolik dunia di Vatikan menyampaikan pesan lisan Pemimpin Tertinggi Revolusi kepada Paus.
Kepala Hauzah Ilmiah Iran, Ayatullah Alireza Arafi dalam pertemuan dengan pemimpin Katolik Dunia, Paus Fransiskus hari Selasa (31/5/2022) mengatakan, "Setelah mengetahui kunjungan saya ke sini, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyampaikan salam hormat kepada Anda dan memuji latar belakang Anda, terutama hubungan yang baik dengan Amerika Latin, dan memuji berbagai kiprah Anda dalam menjaga hubungan baik antara Islam dan Kristen, serta membela kaum tertindas. Kami mengharapkan Anda untuk terus bekerja membela kaum tertindas di dunia, terutama Palestina dan Yaman, dan mengambil posisi yang jelas dan transparan,".
"Pemimpin Besar Revolusi Islam mengharapkan adanya tindakan yang diambil untuk membela rakyat Palestina dan solusi yang didasarkan pada suara rakyat, dan penyelenggaraan referendum yang diikuti semua orang asli Palestina, dari semua pemeluk agama."
Sementara itu, Paus Fransiskus dalam pertemuan ini mengungkapkan, "Salam hangat kepada Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran dan otoritas agama dan tokoh masyarakat Iran. Kami setuju dengan apa yang dikatakan pemimpin Revolusi Islam,".
Paus Fransiskus lahir di Argentina dan untuk beberapa waktu menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, ibu kota Argentina.
Ayatullah A'rafi, kepala hauzah ilmiah Iran, melakukan perjalanan ke Italia dan Vatikan atas undangan pusat ilmiah dan tokoh agama kedua negara ini.