Kerja Sama Iran-IAEA Harus Lepas dari Pendekatan dan Perilaku AS
(last modified Wed, 08 May 2024 03:43:36 GMT )
May 08, 2024 10:43 Asia/Jakarta
  • Dirjen IAEA Rafael Grossi dan Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian
    Dirjen IAEA Rafael Grossi dan Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian

Hossein Amir-Abdollahian, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran dalam pertemuan dengan Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), menekankan sejarah itikad buruk Amerika Serikat dalam perjanjian masa lalu mengenai program nuklir damai Iran. Menlu Iran menekankan bahwa kerja sama antara Iran dan IAEA tidak boleh dirusak dan dipengaruhi oleh pendekatan dan perilaku Amerika Serikat yang tidak stabil dan kontradiktif.

Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang telah melakukan perjalanan ke Tehran atas undangan Mohammad Eslami, Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI), untuk berpartisipasi dalam Konferensi Nasional Nuklir ke-30 dan Konferensi Internasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir Iran Ke-1, melakukan pertemuan dan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pada Senin (6/5).

Dalam pertemuan tersebut, Amir-Abdollahian menekankan pentingnya posisi dan peran IAEA dan menyebut beberapa ancaman yang dilakukan otoritas Zionis untuk menggunakan bom atom, sebagai ancaman nyata terhadap perdamaian dan keamanan regional dan internasional, dan menekankan secara khusus peran yang sangat penting dari IAEA dalam menanggapi pernyataan berbahaya dari pihak berwenang dari rezim yang memiliki gudang senjata nuklir.

Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional juga mengatakan dalam pertemuan ini, Penguatan proses kerja sama antara Iran dan IAEA akan menyebabkan kegagalan pihak-pihak yang berupaya mengintensifkan konflik, ketegangan dan konfrontasi di kawasan dengan alasan apa pun.

Menteri Luar Negeri Iran dalam pertemuan dengan Direktur Jenderal IAEA menekankan dua isu mendasar mengenai hubungan Iran dengan IAEA.

Isu pertama adalah pendekatan konstruktif Tehran dan kesiapannya untuk bekerja sama dengan organisasi internasional ini sedemikian rupa sehingga perilaku destruktif pemerintah Amerika tidak berdampak pada organisasi ini.

Menlu Iran juga menilai kondisi persenjataan nuklir rezim Zionis sebagai isu yang patut menjadi perhatian masyarakat internasional. Karena rezim ini memiliki catatan hitam dalam membunuh orang-orang yang tidak berdaya dan program nuklirnya merupakan ancaman bagi perdamaian dan keamanan regional dan global.

Rezim Zionis juga menjadi penyebab utama pembunuhan ilmuwan nuklir Iran dalam beberapa tahun terakhir dan harus bertanggung jawab atas hal ini.

Dirjen IAEA Rafael Gorssi dan Menlu Iran Hossein Amir-Abdollahian                         

Dalam beberapa tahun terakhir, Republik Islam Iran terus melanjutkan proses kerja samanya dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dan meskipun ada gangguan terus-menerus dari Amerika Serikat dan sekutu Gedung Putih di Eropa, Iran telah berkomitmen terhadap Safeguard IAEA dan telah sepenuhnya memenuhi kewajibannya, sehingga para pejabat IAEA dan Barat mengakui hal ini.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat telah menggunakan setiap kesempatan untuk mengganggu proses program nuklir damai Iran, dan hal ini bertentangan dengan kewajiban dan tugas mereka dalam negosiasi nuklir dengan Iran dan JCPOA (Rencana Aksi Bersama Komprehensif).

JCPOA merupakan perjanjian internasional mengenai program nuklir Iran antara negara-negara kelompok 5+1 (Amerika, Rusia, Cina, Prancis, Inggris dan Jerman) dan Iran pada tanggal 14 Juli 2015 di Wina, Austria.

Namun pemerintahan Presiden AS Joe Biden terus mengikuti kebijakan yang sama terhadap Iran seperti pemerintahan sebelumnya.

Sementara itu, Tehran telah berulang kali menegaskan bahwa AS harus membatalkan semua sanksi terhadap Iran sebelum kembali ke JCPOA.

Pada tanggal 8 Mei 2018, Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir dan melancarkan kampanye tekanan maksimum terhadap Iran.

Pembatasan terhadap program nuklir damai Iran berada dalam situasi dimana Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang hadir dalam JCPOA harus memenuhi kewajibannya berdasarkan perundingan nuklir.

Menurut ketentuan JCPOA, sanksi terhadap Iran harus dibatalkan sejak hari perjanjian itu mulai berlaku, mengingat dalam beberapa tahun terakhir, berbagai pemerintah Amerika telah menerapkan sanksi sepihak terhadap Iran dengan sikap menentang dan mengabaikan masalah ini.

Terlepas dari semua gangguan dan penerapan sanksi, para spesialis dan ilmuwan nuklir muda Iran telah mampu mencapai keberhasilan yang signifikan dalam produksi berbagai produk, termasuk di sektor kedokteran nuklir, dalam beberapa tahun terakhir, dan perkembangan ini telah dikagumi oleh masyarakat internasional.(sl)