Suasana Konferensi Persatuan Islam Dunia ke-32 di Iran
-
Suasana Konferensi Persatuan Islam Dunia ke-32 di Iran.
Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32, dimulai hari ini Sabtu, 24 November 2018 dan akan berlangsung hingga hari Senin di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.
Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-32 di Iran yang mengusung tema "Al Quds, Poros Persatuan Umat Islam" diikuti oleh lebih dari 300 intelektual, politisi dan seniman dari 100 negara dunia.
Salah satu acara khusus dalam konferensi persatuan Islam kali ini adalah penjelasan tentang kemajuan yang dicapai Republik Islam Iran dalam 40 tahun terakhir.
Tahun ini tiga komisi dibentuk untuk membahas isu Palestina dengan tema, Palestina dan Kesepakatan Abad, Al Quds dan Palestina, serta Hak Kembali.
Beberapa komisi lain mencakup pertemuan persatuan perempuan Muslim, perhimpunan pendekatan antarorganisasi dan pelaksanaan strategi diplomasi persatuan dan pertemuan perhimpunan keturunan Nabi Muhammad Saw.
Presiden Iran Hasan Rouhani dalam pembukaan Konferensi tersebut mengatakan, konflik antara Dunia Islam dengan Amerika Serikat adalah konflik kebebasan versus perbudakan.
Presiden Iran dalam konferensi ini mengucapkan selamat atas hari kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Imam Jafar Shadiq as. Rouhani menuturkan, yang menjadi pondasi bukanlah penindasan dan kepentingan Amerika, tapi penghormatan atas hak dan kepentingan bangsa-bangsa dunia.
Dia menambahkan, kaum penindas sepanjang sejarah tidak bisa menentukan jalan hidup kita, mereka mengatakan siapapun yang memiliki senjata lebih unggul maka ia layak punya hak veto di PBB, Amerika dan Inggris sengaja menciptakan sendiri hak veto di PBB untuk mereka, kemudian melahirkan rezim Zionis Israel di kawasan Timur Tengah.
Presiden Iran menjelaskan, di hadapan konspirasi Barat ini terutama Amerika, kita umat Islam harus melawan penindasan dan tirani ini dengan segenap kemampuan.
Menurut Rouhani, situasi kawasan hari ini sulit dan tidak mengenaskan, situasi Palestina, Libya, Suriah, Yaman bahkan Afghanistan, Pakistan dan Irak bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh masyarakat Islam. (RA)