Khatib Jumat Tehran: Eropa Ikuti Jejak AS dalam JCPOA
Khatib Shalat Jumat Tehran Hujjatul Islam wal Muslimin Kazem Seddiqi mengatakan, sejak keluarnya Amerika Serikat dari perjanjinan nuklir, JCPOA, negara-negara Eropa yang terlibat dalam perjanjian ini bukan saja tidak memenuhi kewajiban mereka, namun secara praktis juga mengikuti Amerika.
Hal itu disampaikan Seddiqi dalam khutbah Jumat kedua di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran, Jumat (12/7/2019).
Dia menyebut keluarnya AS secara sepihak dari JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama) dan penerapan sanksi terhadap Iran sebagai skandal kemanusiaan bagi Washington.
"Sejak awal, AS telah melanggar JCPOA. Negara ini meningkatkan sanksi dan tidak menjalankan kewajibannya dalam perjanjian tersebut," kata Seddiqi.
Khatib Shalat Jumat Tehran menambahkan, kesempatan selama dua bulan yang diberikan Iran kepada Eropa untuk melaksanakan kewajiban mereka dalam JCPOA juga telah habis dan tidak akan ada peluang lain lagi.
"Berdasarkan bagian ke-26 dan 36 JCPOA, jika satu pihak melanggar komitmennya, maka pihak lain bisa mengurangi kewajibannya. Langkah pertama dan kedua Iran untuk meningkatkan pengayaan uranium adalah dalam kerangka mengurangi kewajiban Tehran dalam JCPOA," jelasnya.
Seddiqi juga menegaskan bahwa pasca inkonsistensi AS dan Eropa, Iran akan meningkatkan pengayaan uraniumnya hingga 20 persen dan bahkan lebih.
"Iran dalam pengayaan uranium tidak akan mempertimbangkan siapa pun," tegasnya.
Di akhir khutbahnya, ulama senior Iran itu menyinggung kekuatan Republik Islam dalam memberantas kelompok-kelompok teroris di kawasan dan kekuatan rudal negara ini untuk membalas kejahatan para teroris.
Hujjatul Islam wal Muslimin Seddiqi juga menyinggung penyitaan kapal tanker Iran oleh Angkatan Laut Inggris di Selat Jabal Tariq (Gibraltar) pada 4 Juli lalu.
"Kelancangan Inggris untuk menyita tanker minyak Iran di Jabal Tariq mengabaikan kekuatan Iran, dan secepatnya, respon Tehran akan membuat London menyesal," pungkasnya.
Pasukan AL Inggris pada tanggal 5 Juli 2019 mengklaim bahwa sebuah kapal tanker Iran telah disita di lepas pantai Gibraltar karena melanggar sanksi Uni Eropa terhadap Suriah.
Kapal tanker pembawa minyak Iran bernama Grace 1 disita oleh AL Kerajaan Inggris di lepas pantai Gibraltar pada 4 Juli 2019. Kapal ini memiliki panjang 330 meter dan mampu membawa dua juta barel minyak. (RA)