Jan 25, 2024 12:17 Asia/Jakarta

Amerika Serikat dan Inggris menyerang Yaman untuk kelima kalinya dalam dua pekan terakhir, yang merupakan serangan terparah selama periode ini.

Situs Ansarullah Rabu (24/01/2024) mengumumkan bahwa pasukan Amerika dan Inggris telah melakukan serangan udara di Sana'a, ibu kota rezimYaman, dan beberapa provinsi.

Serangan AS dan Inggris ke Yaman

Abdullah Bin Amer, Dirjen Bimbingan Kementerian Pertahanan Yaman mengumumkan di jejaring sosial X, Serangan yang dilakukan ke Sana'a mungkin merupakan serangan paling parah yang pernah dilakukan terhadap Yaman sejauh ini.

Seorang pejabat militer Yaman juga mengatakan kepada Al-Jazeera, Serangan Rabu malam dapat dianggap sebagai serangan paling parah di Sana'a sejak awal invasi Barat ke negara kami.

Pertanyaan pentingnya adalah mengapa serangan Amerika dan sekutunya terhadap Yaman semakin intensif?

Alasan pertama dalam hal ini adalah berlanjutnya dukungan terhadap rezim Zionis dalam perang Gaza. 111 hari telah berlalu sejak perang terhadap Gaza dan rezim Zionis terus melanjutkan serangannya.

Meski sejumlah pemberitaan menunjukkan adanya perbedaan pendapat antara Amerika Serikat dan rezim Zionis mengenai kelanjutan perang, tapi Washington tetap mendukungnya.

Dalam hal ini, Mohammed Ali Al-Houthi, anggota Dewan Tinggi Politik Yaman menekankan bahwa serangan baru ini adalah upaya baru untuk mencegah Yaman mendukung Gaza, tapi para agresor harus memahami bahwa kita berada dalam masa membalas dan rakyat kami tidak akan menyerah.

Alasan kedua terjadinya serangan baru terhadap Yaman adalah karena klaim mengenai kekhawatiran ekonomi akibat tindakan Yaman yang menyerang kapal-kapal yang menuju Wilayah Pendudukan.

Dalam hal ini, Menteri Luar Negeri Italia mengatakan bahwa negaranya menerima lebih dari 40% PDB melalui ekspor, dan mengatakan bahwa mereka tidak dapat membiarkan perekonomiannya terancam oleh ketidakamanan Laut Merah.

Amerika Serikat dan Inggris menyerang Yaman untuk kelima kalinya dalam dua pekan terakhir, yang merupakan serangan terparah selama periode ini.

Klaim ekonomi dibuat dalam situasi di mana Yaman belum mengambil tindakan apa pun terhadap kapal-kapal yang tidak menuju Wilayah Pendudukan.

Oleh karena itu, kekhawatiran ekonomi nampaknya menjadi alasan untuk terus mendukung rezim Zionis dalam perang terhadap Gaza.

Alasan ketiga adalah keinginan Amerika Serikat untuk menunjukkan kekuatannya guna mempersatukan berbagai negara.

Dalam hal ini, surat kabar Washington Post menulis dalam sebuah laporan yang mengutip sumber-sumber di pemerintahan AS, Ideologi dan bukan ekonomi adalah kekuatan pendorong utama di balik keputusan Presiden AS Joe Biden untuk memulai putaran operasi militer terhadap Yaman. Biden percaya bahwa Amerika Serikat harus bertindak sebagai negara yang dibutuhkan negara lain, dengan militer yang kuat yang mampu menyatukan berbagai negara untuk mencapai tujuan bersama.

Serangan AS dan sekutunya terhadap Yaman dilakukan dalam situasi di mana tidak ada upaya yang dilakukan untuk menghentikan mesin-mesin perang rezim penjajah Quds.

Tentara Zionis

Oleh karena itu, beberapa analis percaya bahwa Amerika Serikat dan Inggris, alih-alih menyerang Yaman sebagai negara yang dilanda perang dan memperluas cakupan perang, yang dapat menyebar ke wilayah lain di kawasan Asia Barat kapan saja, lebih baik menggunakan pengaruhnya untuk meyakinkan Israel agar menghentikan serangan dan pemboman di Gaza.(sl)

Tags