Ini Syarat Yaman jika Saudi Ingin Perdamaian
(last modified Mon, 28 Mar 2022 10:12:08 GMT )
Mar 28, 2022 17:12 Asia/Jakarta
  • Juru bicara dan Kepala Tim Perunding Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman Mohammad Abdussalam.
    Juru bicara dan Kepala Tim Perunding Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman Mohammad Abdussalam.

Juru bicara dan Kepala Tim Perunding Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman Mohammad Abdussalam mengatakan, interaksi positif dengan inisiatif baru yang diusulkan oleh Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman Mahdi al-Mashat adalah pintu gerbang menuju perdamaian.

"Tanggapan positif terhadap usulan Mahdi al-Mashat untuk gencatan senjata, mencabut blokade dan penarikan pasukan asing dari Yaman dapat membuka jalan bagi perdamaian," kata Abdussalam seperti dikutip al-Akhbar, Senin (28/3/2022).

Dia menambahkan, kami akan berbicara tentang solusi politik dalam suasana yang tenang dan jauh dari tekanan militer atau kemanusiaan.

Sebelumnya, Ketua Dewan Tinggi Politik Yaman pada Sabtu malam mengatakan, Sanaa akan secara sepihak mendeklarasikan gencatan senjata dengan Arab Saudi selama tiga hari. Dia meminta pasukan koalisi agresor yang dipimpin Arab Saudi untuk menghentikan semua tindakan yang menghambat perdamaian.

Dalam konteks yang sama, Kepala Komite Tawanan Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman Abdul Qadir al-Murtadha pada Minggu malam mengumumkan bahwa dia telah mencapai kesepakatan dengan Arab Saudi untuk menukar 2.223 tahanan.

Arab Saudi, dengan dukungan Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan beberapa negara lain, telah melancarkan invasi militer ke Yaman sejak Maret 2015 dan memblokade negara ini dari darat, laut dan udara.

Agresi militer ini telah menyebabkan puluhan ribu warga Yaman tewas dan infrastruktur penting negara ini itu hancur.

Invasi militer Arab Saudi dan sekutunya juga telah menyebabkan jutaan warga Yaman mengungsi dan negara ini menghadapi krisis kemanusiaan terbesar dalam abad ini.

Lebih dari 85 persen infrastruktur Yaman hancur dan negara ini menghadapi kekurangan bahan makanan dan obat-obatan karena blokade pasukan koalisi.

Kapal-kapal pengangkut bahan bakar Yaman juga disita oleh pasukan koalisi, sehingga negara ini menghadapi kekurangan bahan bakar. Kondisi ini akan menyulut tragedi kemanusiaan yang lebih parah di negara Arab itu. (RA)