Masjid Al-Aqsa, Identitas Sejarah dan Agama Palestina
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i119622-masjid_al_aqsa_identitas_sejarah_dan_agama_palestina
Sekitar 150.000 orang tiba di Masjid al-Aqsa untuk melaksanakan shalat Jumat (22/04/2022).
(last modified 2025-11-11T16:24:37+00:00 )
Apr 24, 2022 10:17 Asia/Jakarta

Sekitar 150.000 orang tiba di Masjid al-Aqsa untuk melaksanakan shalat Jumat (22/04/2022).

Kekerasan tentara Zionis Israel terhadap warga Palestina terus berlanjut dengan fokus di Masjid al-Aqsa. Masjid al-Aqsa adalah kiblat pertama umat Islam. Masjid al-Aqsa selalu menjadi faktor penting dalam konflik antara pemukim Zionis dan warga Palestina.

Rezim Zionis mencegah kehadiran orang Palestina di masjid suci ini dengan memberlakukan pembatasan yang sering dan banyak.

Tentara Zionis menyerang warga Palestina

Dalam beberapa hari terakhir, alasan pembatasan itu adalah Hari Paskah Yahudi. Bagi orang Yahudi, Paskah memperingati pembebasan orang-orang Yahudi dari penawanan dan perbudakan di Mesir.

Faktanya, rezim Zionis dan kaum ekstremis Yahudi percaya bahwa Masjid al-Aqsa adalah milik mereka, dan dalam keadaan apa pun, orang-orang Yahudi mendapat prioritas untuk memasuki masjid suci ini.

Sekaitan dengan hal ini, mereka menempuh kebijakan Yahudisasi Masjid al-Aqsa dengan mendistorsi sejarah dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.

Kebijakan dan klaim ini terus dipertahankan ketika lembaga UNESCO pada tahun 2016 mengeluarkan resolusi yang menolak setiap hubungan sejarah, agama atau budaya orang Yahudi dengan tempat-tempat suci di Quds, khususnya Masjid al-Aqsa, dan menganggapnya sebagai tempat suci bagi umat Islam.

Pada November 2020, Komite Keempat Majelis Umum PBB, dalam resolusi dengan suara positif dari 139 negara, menyatakan Masjid al-Aqsa memiliki identitas Islam sepenuhnya dan menolak koneksi Yahudi apa pun.

Namun, rezim Zionis tidak mempedulikan dokumen sejarah bahwa Masjid al-Aqsa milik umat Islam dan resolusi PBB, dan terus menggunakan kekerasan yang meluas terhadap orang-orang Palestina untuk mencegah mereka memasuki Masjid Suci yang namanya adalah "Haram Syarif".

Sekitar 150.000 orang tiba di Masjid al-Aqsa untuk melaksanakan shalat Jumat (22/04/2022).

Meski Yahudisasi Masjid al-Aqsa dimulai dan diupayakan puluhan tahun lalu, namun aksi Donald Trump, Presiden AS waktu itu pada 2017 dan penunjukan Quds sebagai ibu kota rezim Zionis, telah membuka jalan bagi meningkatnya kekerasan Zionis terhadap warga Palestina di Haram Syarif ini.

Terlepas dari kekerasan yang meluas, orang-orang Palestina bersikeras memasuki Masjid al-Aqsa dan menolak perubahan identitas tempat suci ini.

Pada Jumat ketiga bulan suci Ramadhan, sekitar 150.000 warga Palestina dari berbagai bagian Tepi Barat dan Wilayah Pendudukan 1948 tiba di Masjid al-Aqsa.

Usai salat Jumat, warga Palestina, yang telah berulang kali menjadi sasaran kekerasan Zionis di Masjid al-Aqsa dalam beberapa hari terakhir, meneriakkan slogan-slogan untuk mendukung tempat suci umat Islam dan melawan Zionis.

Perbuatan warga Palestina ini mengandung beberapa pesan penting.

Pesan pertama adalah bahwa mereka tidak akan membiarkan rezim Zionis melaksanakan Yahudisasi Masjid al-Aqsa. Karena tempat suci ini adalah identitas agama dan sejarah mereka.

Pesan kedua adalah bahwa mereka tidak menerima pembatasan apapun terhadap Palestina dan prioritas yang diberikan kepada orang-orang Yahudi di Masjid al-Aqsa.

Kelompok-kelompok Perlawanan siap membalas kejahatan Zionis

Pesan ketiga adalah bahwa al-Quds tidak akan pernah menjadi ibu kota rezim Zionis.

Pesan keempat adalah peringatan kepada rezim Zionis bahwa sama seperti intifada kedua dimulai pada tahun 2000 dengan fokus pada Masjid al-Aqsa, hari ini pembelaan warga Palestina terhadap Masjid al-Aqsa dapat membuka jalan bagi konflik atau intifada baru.(sl)