Baku Hantam di Knesset, Puncak Krisis dan Keretakan di Wilayah Pendudukan
Knesset atau Parlemen rezim Zionis Israel menyaksikan baku hantam antara anggota pro dan anti-kabinet rezim Zionis hari Selasa (07/06/2022) pagi, sekaligus menunjukkan semakin rapuhnya kabinet Naftali Bennett.
Kabinet Bennett memperkenalkan rencana untuk memperluas hukum Zionis Israel kepada pemukim Zionis di Zona C Tepi Barat. Langkah itu bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari para pemukim zionis bagi kabinet Bennett dan konfrontasi lebih lanjut dengan warga Palestina, tetapi rencana kabinet ini mendapat kekalahan yang cukup besar di Knesset.
Di satu sisi, penentang kabinet Bennett yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu masih melihat diri mereka terluka oleh konspirasi yang dilakukan kelompok sayap kanan dalam aliansi dengan kelompok kiri, Arab, dan sekularis.
Selama setahun terakhir, Netanyahu telah berulang kali mencoba menggulingkan kabinet Bennett, dan pada dasarnya telah menetapkan tujuan terpentingnya ke arah itu.
Netanyahu dan sekutunya menentang rencana untuk mendukung para pemukim pada intinya tidak untuk menolak rencana itu, tapi hanya untuk menciptakan krisis terhadap kabinet Bennett.
Di sisi lain, orang-orang Arab yang tergabung dalam kabinet Bennett juga menentang rencana kabinet untuk mendukung para pemukim dan berpihak pada lawan kabinet.
Orang-orang Arab di kabinet Bennett telah menyatakan ketidakpuasannya dengan kebijakan kabinet anti-Arab dan memperingatkan bahwa mereka akan meninggalkan kabinet serta membuka jalan bagi keruntuhan kabinet.
Knesset atau Parlemen rezim Zionis Israel menyaksikan baku hantam antara anggota pro dan anti-kabinet rezim Zionis hari Selasa (07/06/2022) pagi, sekaligus menunjukkan semakin rapuhnya kabinet Naftali Bennett.
Tindakan kelompok Arab di kabinet membuktikan bahwa kabinet Bennett jelas rapuh, dan bahwa apa yang menyebabkan pembentukannya hanyalah menentang Benjamin Netanyahu, dan sekarang faktor ini kehilangan fungsinya.
Poin penting dari perkembangan Knesset Israel pada Selasa pagi adalah menunjukkan bahwa perpecahan politik mencapai level tertinggi.
Sebelumnya, keretakan ini telah menyebabkan diselenggarakannya empat pemilihan umum legislatif dalam dua tahun, tetapi sekarang telah mencapai tahap kegagalan kabinet, terlepas dari kerentanan keamanan rezim Zionis saat ini dan yang terutama adalah ketidakpuasan rakyat.
Oleh karenanya, Tamir Pardo, mantan Direktur Mossad, baru-baru ini menilai bahwa rezim Zionis telah memasuki tahap penghancuran diri di bawah bayang-bayang keretakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Poin penting lainnya adalah bahwa perkembangan pada Selasa pagi merupakan pukulan serius bagi prestise politik rezim Zionis dan kabinetnya.
Runtuhnya kabinet lebih dekat dari sebelumnya.
Kekacauan di Knesset terjadi pada ulang tahun pertama pembentukan kabinet bergilir Naftali Bennett-Yair Lapid dan ini menunjukkan bahwa kemungkinan runtuhnya kabinet telah meningkat dan rezim Zionis kembali masuk periode kebuntuan politik serta akan memiliki kembali kabinet sementara.
"Bennett, pulanglah. Petualangan sudah berakhir. Waktunya bagi Zionis Israel kembali ke sayap kanan," ujar Benjamin Netanyahu, pemimpin partai Likud dan pemimpin partai oposisi di Knesset.
Hal itu disampaikannya dalam sebuah pernyataan singkat yang mendesak Bennett untuk mengundurkan diri.
Media-media rezim Zionis juga menggambarkan kegagalan koalisi kabinet dalam memperpanjang penegakan hukum bagi pemukiman di Tepi Barat oleh rezim Israel sebagai pukulan telak bagi kabinet Bennett, yang dapat mengakhiri kehadirannya sebagai perdana menteri.(sl)