Mencermati Tujuan Ganda Kunjungan Mahmoud Abbas ke Mesir
Ketua Otorita Palestina bertolak ke Mesir untuk berpartisipasi dalam pertemuan para sekjen kelompok Palestina.
Setibanya di Mesir, Mahmoud Abbas melakukan pertemuan dengan kepala dinas intelijen negara ini, dan juga ia dijadwalkan bertemu dengan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi.
Kunjungan Abbas ke Mesir penting dicermati dari dua sisi.
Pertama, berkaitan pertemuan Abbas dengan pejabat Mesir. Mahmoud Abbas kemarin bertemu dengan Kepala Dinas Intelijen Mesir, Abbas Kamel, dan rencananya hari Senin (31/7/2023) ia akan bertemu dengan Presiden el-Sisi. Pertemuan ini penting mengingat peran Mesir di transformasi dalam negeri Palestina dan juga konflik antara Palestina dan rezim Zionis Israel.
Mesir sampai saat ini selain menjadi tempat pertemuan berbagai pejabat Palestina, dan juga memainkan peran mediasi di antara mereka, juga Kairo berulang kali menjadi mediator antara Israel dan Palestina. Mengingat eskalasi tensi dan konflik antara Palestina dan Zionis, pertemuan Abbas dengan pejabat Mesir kembali dapat membuka peran mediasi Kairo di konflik ini.
Dimensi kedua dari urgensi kunjungan Mahmoud Abbas ke Kairo berkaitan dengan pertemuan para sekjen kelompok Palestina yang digelar mulai kemarin di bawah pengawasan Abbas. Mahmoud Abbas 10 Juli lalu mengundang para sekjen kelompok Palestina untuk berpartisipasi dalam pertemuanyang akan digelar di Mesir. Meski demikian, pertemuan sekjen berbagai faksi Palestina digelar di bawah bayang-bayang boikot oleh tiga kelompok termasuk Jihad Islam Palestina di kota El Alamein Mesir.
Jihad Islam Palestina, Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina dan Gerakan Al-Ṣāʿiqah. Alasan utama absennya kelompok-kelompok ini terkait dengan penolakan Otoritas Palestina untuk membebaskan tahanan politik. Baru-baru ini, alih-alih memuji kelompok perlawanan Palestina atas perlawanan mereka terhadap kejahatan rezim pendudukan Quds, pemerintahan Otorita malah menangkap sejumlah besar anggota kelompok ini, yang telah banyak dikritik oleh kelompok perlawanan Palestina.
Dalam hal ini, Khidr Habib, salah satu pemimpin gerakan Jihad Islam, mengatakan, Gerakan Jihad Islam menganggap Otoritas Palestina bertanggung jawab atas kegagalan pertemuan ini, yang sejak awal telah dicap gagal. Karena sebelum pertemuan dimulai, Otoritas Palestina bersikeras melanjutkan penangkapan politik, penangkapan pejuang perlawanan dan mujahidin di antara rakyat Palestina, dan melanjutkan penganiayaan terhadap rakyat. Kelompok ini tidak berpartisipasi dalam pertemuan sekretaris jenderal kelompok perlawanan di Mesir karena penentangan Otoritas Palestina terhadap pembebasan tahanan politik.
Louay al-Qaryuti, anggota Biro Politik Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina juga menekankan bahwa kelompok menuntut pembebasan tahanan politik dan pejuang bagi kesuksesan pertemuan Kairo, di mana para pejuang ini ditahan di penjara-penjara Otorita Ramallah di Tepi Barat. Ia menambahkan, mengingat bahwa Otorita Ramallah menentang permintaan ini, Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina juga memutuskan untuk absen di pertemuan Kairo.
Absennya sejumlah faksi Palestina di pertemuan Kairo dan kritik atas pendekatan Otorita Ramallah terhadap Jihad Islam, mengindikasikan bahwa pertemuan Mesir tidak mampu mengangkat posisi rentan dan genting Mahmoud Abbas di Palestina, termasuk di Tepi Barat Sungai Jordan. (MF)