Pembalasan di Tel Aviv, Kejutan Bagi Aparat Intelijen dan Keamanan Zionis
Operasi mati syahid pemuda Palestina di pusat Tel Aviv telah mengejutkan aparat keamanan rezim ini.
Kamel Abu Bakr, seorang pemuda berusia 27 tahun dari desa Rummanah di Jenin, yang terletak di Tepi Barat, sekali lagi mengejutkan aparat keamanan rezim pendudukan Quds dengan operasi mati syahidnya.
Pada Sabtu (05/08/2023) malam, Kamel Abu Bakr menembaki tentara rezim Zionis di daerah Nahalat Binyamin di tengah Tel Aviv, yang mengakibatkan seorang perwira polisi rezim ini tewas dan 2 lainnya luka-luka.
Operasi ini merupakan respon cepat pemuda Palestina atas kejahatan rezim pendudukan Al-Quds pada Jumat (4/8) malam.
Pada Jumat malam, Qusai Maatan, pemuda Palestina berusia 19 tahun gugur syahid dalam serangan kelompok pemukim Zionis di desa Burqa di tenggara Ramallah.
Surat kabar Zionis Yedioth Aharanoth mengumumkan bahwa operator operasi berusia 27 tahun itu membawa surat wasiatnya di tasnya dan menyatakan di dalamnya bahwa dia berusaha untuk membalas darah syahid Qusai Maatan yang dibunuh oleh para pemukim Zionis di timur Ramallah.
Oleh karena itu, masalah pertama adalah bahwa operasi di pusat Tel Aviv merupakan reaksi tegas dan langsung dari pemuda Palestina terhadap kejahatan pendudukan Zionis.
Dalam hal ini, Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) dalam sebuah pernyataan menyambut baik operasi ini dan menggambarkannya sebagai reaksi alami atas kejahatan para pemukim terhadap bangsa Palestina dan Masjid Al-Aqsa.
Isu penting lainnya adalah operasi di pusat Tel Aviv menunjukkan poin penting bahwa perlawanan di Tepi Barat masih dinamis dan hidup, dan pemuda Tepi Barat, khususnya kota Jenin, bukan hanya tidak takut akan kejahatan rezim pendudukan, tetapi kejahatan ini justru memperkuat kehendak mereka untuk melakukan perlawanan.
Pernyataan Hamas mengatakan bahwa operasi di jantung Tel Aviv membuktikan bahwa semua upaya untuk memadamkan api perlawanan di Tepi Barat dan Al-Quds telah gagal.
Operasi mati syahid pemuda Palestina di pusat Tel Aviv telah mengejutkan aparat keamanan rezim ini.
Gerakan Jihad Islam Palestina, yang dituduh oleh Zionis di balik operasi ini karena pelakunya anggota Brigade Jenin dari kelompok pejuang ini, dalam sebuah pernyataan menggambarkan operasi Tel Aviv sebagai penekanan koneksi dan kelanjutan serta dinamika front perlawanan dalam menghadapi agresi Zionis.
Isu penting lainnya adalah bahwa operasi Sabtu malam di pusat Tel Aviv sekali lagi membuktikan tingginya kerentanan keamanan rezim Zionis dan menunjukkan bahwa Palestina memiliki kemampuan untuk menyerang rezim ini di jantung Tel Aviv.
Dalam kaitan ini, pernyataan Hamas menyatakan bahwa kelanjutan operasi perlawanan di jantung rezim Zionis merupakan penekanan pada kemampuan bangsa Palestina untuk menyerang rezim Zionis.
Poin penting lainnya telah dinyatakan oleh media Zionis. Media-media tersebut menggambarkan operasi di pusat Tel Aviv sebagai kejutan besar bagi aparat keamanan dan intelijen Israel.
Televisi rezim Zionis Kanal 13 mengumumkan, Operasi di pusat Tel Aviv merupakan kejutan bagi polisi dan Shabak karena terjadi pada hari Sabtu dan dalam situasi di mana jalan ini sangat ramai.
Sementara televisi Kanal 14 juga mengumumkan bahwa operator operasi Tel Aviv adalah salah satu orang yang namanya masuk dalam daftar buronan tentara Zionis Israel selama serangan baru-baru ini di kamp Jenin, dan bahwa pasukan keamanan sedang mengejarnya selama lebih dari sebulan.
Yoni Ben-Menachem, analis Zionis dari televisi Kan juga menulis tentang hal ini di laman pribadinya, Ini adalah kegagalan keamanan yang besar, bagaimana mungkin seseorang yang dicari di Jenin karena afiliasinya dengan gerakan Jihad Islam datang ke pusat Tel Aviv dan memulai operasinya?(sl)