Amerika di Asia Barat
Upaya untuk Memaksa Lebanon Bernegosiasi Langsung dengan Rezim Zionis
-
Tentara Hizbullah Vs Tentara Zionis
Pars Today - Sumber-sumber diplomatik melaporkan meningkatnya tekanan AS yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Lebanon dengan dua tujuan utama, yaitu "negosiasi langsung dengan Rezim Zionis" dan "sanksi komprehensif terhadap Hizbullah".
Kawasan Asia Barat berada di ambang babak baru yang sensitif dalam perkembangan politik dan keamanan. Sementara itu, Lebanon, sebagai salah satu pusat perkembangan penting, menjadi sasaran tekanan AS yang semakin meningkat dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Menurut prediksi sumber-sumber diplomatik, Washington bermaksud untuk mendefinisikan ulang persamaan internal dan regional Lebanon demi kepentingan Rezim Zionis dengan menggunakan semua kekuatan ekonomi, keuangan, dan diplomatiknya. Laporan ini mengkaji berbagai dimensi tekanan ini dan kaitannya dengan perkembangan lain yang terjadi bersamaan di Suriah, Palestina, dan Irak.
Serangan Besar-besaran AS terhadap Lebanon
Menurut laporan surat kabar Mesir Al-Jumhuriya, Lebanon akan menghadapi gelombang tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam waktu dekat, terutama dari Amerika Serikat. Dua tujuan utama tekanan ini adalah, pertama, memaksa pemerintah Beirut untuk bersedia hadir di meja perundingan langsung dengan rezim Zionis, dan kedua, memberlakukan blokade ekonomi, keuangan, dan diplomatik yang luas terhadap Hizbullah dan sekutunya.
Pemerintah AS dikabarkan akan segera menerbitkan daftar sanksi komprehensif terhadap individu dan institusi Lebanon, yang telah disusun bersamaan dengan langkah-langkah diplomatik utusan Amerika di kawasan tersebut. Dalam konteks ini, delegasi dari Departemen Keuangan AS telah berkunjung ke Beirut dan bertemu dengan Presiden Joseph Aoun.
Permainan Regional Washington; Penangguhan Embargo Suriah
Tekanan terhadap Lebanon sedang diterapkan sementara Washington juga secara aktif melakukan intervensi di berbagai front lain di kawasan tersebut. Departemen Keuangan AS baru-baru ini mengumumkan akan menangguhkan sisa sanksi yang dijatuhkan kepada Suriah berdasarkan Undang-Undang Caesar selama 180 hari, tetapi menekankan bahwa negara tersebut akan tetap berada dalam daftar "negara sponsor terorisme".
Langkah ini, yang mencerminkan upaya AS untuk mendefinisikan ulang hubungannya dengan Damaskus, bertepatan dengan kunjungan kepala pemerintahan sementara Suriah, Abu Muhammad Al-Julani, ke Gedung Putih dan pertemuan tertutupnya dengan Donald Trump.
Di sisi Palestina, Steve Witkoff, perwakilan khusus AS untuk Timur Tengah, mengklaim bahwa para pejabat Hamas telah sepakat untuk melucuti senjata kelompoknya dalam perundingan gencatan senjata pada bulan Oktober. Klaim ini muncul di saat para pejabat senior Hamas telah berulang kali menolak pelucutan senjata sepenuhnya hingga akhir pendudukan Palestina sebagai "mustahil". Witkoff juga mengklaim bahwa AS menekan rezim Israel untuk mengizinkan pasukan Hamas di terowongan Rafah menyerahkan senjata dengan imbalan amnesti umum.
Irak; Mendefinisikan Ulang Kehadiran untuk Keberlangsungan Strategis
Sejalan dengan perkembangan ini, pendekatan Washington terhadap Irak juga mengalami perubahan mendasar. Departemen Luar Negeri AS telah dengan tegas menyatakan bahwa negaranya tidak akan menarik diri dari Irak secara militer, melainkan berniat untuk bergerak menuju "hubungan bilateral yang lebih tradisional di bidang keamanan dan diplomasi" dengan Baghdad.
Posisi ini menandakan pergeseran pendekatan AS dari kehadiran dalam kerangka koalisi anti-ISIS internasional menjadi "kemitraan keamanan jangka panjang". Strategi baru AS di Irak ini bertujuan untuk mempertahankan pengaruh Washington di kawasandengan berbagai cara dan dengan biaya politik yang lebih rendah.
Apa yang terjadi secara simultan dalam kasus Lebanon, Suriah, Palestina, dan Irak menunjukkan peta jalan yang sama dan saling terkait dari Washington. Inti dari strategi ini adalah menata ulang persamaan regional yang menguntungkan rezim Zionis dan melemahkan Poros Perlawanan dengan latar belakang perkembangan pascaperang Gaza.
Dalam konteks ini, tekanan terhadap Lebanon untuk memaksanya menormalisasi hubungan, penangguhan sanksi terhadap Suriah agar Lebanon berada di bawah kendali kebijakan AS, klaim pelucutan senjata Hamas untuk melucuti gerakan ini secara politis, dan akhirnya pendefinisian ulang kehadiran AS di Irak menjadi permanen, semuanya merupakan bagian dari teka-teki yang lebih besar.
Tujuan akhirnya adalah menciptakan arsitektur keamanan baru di kawasan di mana Washington dan sekutunya memainkan peran sentral dan Front Perlawanan terpinggirkan.(sl)