Integrasi Lebanon ke Suriah, Rencana Berbahaya Washington dan Tel Aviv
-
Abdel Bari Atwan
Pars Today - Seorang analis dunia Arab mengatakan, "Integrasi Lebanon ke Suriah adalah rencana Amerika-Israel yang menguntungkan pemerintahan yang berbasis klan dan dipimpin oleh Ahmed Al-Sharaa, Kepala Pemerintahan Sementara Suriah dan dijalankan di bawah payung Washington dan Tel Aviv.
Menurut laporan IRNA pada hari Selasa mengutip Rai Al-Youm, Abdel Bari Atwan, seorang analis dunia Arab menulis, "Integrasi Lebanon ke Suriah adalah rencana Amerika-Israel yang peletakan batu pertamanya di Doha, Qatar dilakukan oleh Thomas Barak, Utusan Khusus AS untuk Suriah dan Lebanon. Normalisasi hubungan yang cepat dengan Lebanon sebagai langkah pertama menuju Perjanjian Abraham sedang dikonsolidasikan.
Atwan menambahkan, "Saya rasa Thomas Barak tidak memutuskan untuk bergabung dengan Partai Sosial Nasional Suriah, yang didirikan oleh mendiang Antoun Saadeh. Sebuah partai yang slogan terpentingnya adalah pembentukan Suriah Raya yang mencakup Lebanon, Suriah, Palestina, dan Yordania sebagai satu kesatuan.
"Yang lebih penting dari ini adalah antusiasme Barak yang nyata terhadap langkah pertama ke arah ini, integrasi Lebanon ke Suriah, yaitu Ahmed Al-Sharaa, Presiden Sementara Suriah. Barak, yang berasal dari Lebanon, melontarkan pernyataan mengejutkan ini dalam pidatonya di konferensi Doha, dan ini bukan pertama kalinya ia berbicara tentang langkah ini. Kata-kata ini bukanlah sebuah keceplosan atau kebetulan, melainkan sebuah rencana strategis yang telah direncanakan dengan matang oleh pemerintah AS yang dipimpin oleh Donald Trump. Sebuah pemerintahan yang sepenuhnya berkomitmen pada teori perdamaian yang dipaksakan melalui kekerasan," imbuhnya.
Analis berbahasa Arab ini menyatakan, "Rezim Zionis, khususnya Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel dan Partai Likud, sedang berusaha memperkuat Perjanjian Abraham dan membuka jalan bagi terwujudnya Israel Raya, dan desakan Barak dan presidennya untuk melucuti senjata Hizbullah dan gerakan Hamas di Jalur Gaza mengarah ke arah ini, yaitu integrasi Lebanon ke dalam Suriah yang baru. Senjata perlawanan di Palestina, Lebanon, dan Yaman merupakan hambatan utama yang harus disingkirkan sesegera mungkin melalui negosiasi atau kekuatan dan serangan udara."
Atwan menjelaskan, Integrasi Lebanon ke dalam Suriah adalah kerangka kerja proyek masa depan untuk mengubah Lebanon, pembubaran komposisi dan identitas saat ini, peleburan struktur politik, sektarian, dan sosialnya demi pemerintahan yang diperintah secara sektarian di bawah kepemimpinan Ahmed Al-Sharaa dan di bawah payung Amerika dan Israel, dan dalam kerangka tatanan keamanan Timur Tengah yang luas yang benderanya adalah Perjanjian Abraham dan Bintang Daud di tengah-tengahnya.
Menurutnya, Kegagalan Israel untuk mematuhi gencatan senjata dan lebih dari 7.000 pelanggarannya, kelanjutan serangan terhadap Lebanon dan basis Syiah Hizbullah di Lebanon selatan, Hermel, Bekaa dan pinggiran selatan Beirut, serta ancaman perang habis-habisan terhadap negara ini, merupakan tekanan bagi otoritas Lebanon untuk menyerah pada dikte Amerika dan Israel. Israel menerima dan tidak memberi. Israel menandatangani perjanjian yang dilanggarnya dan menduduki wilayah. Mengapa lima wilayah di Lebanon selatan berada di bawah pendudukan? Apakah Lebanon telah mengekstraksi minyak dan gas sejak perjanjian perbatasan laut? Apakah Israel tidak menduduki sebagian besar Suriah selatan dan tidak berusaha menduduki lebih banyak wilayah di Suriah?"
Atwan menyatakan, "Sangat menyakitkan bahwa badan penguasa Lebanon menyerah pada tekanan ini dan alasan yang diumumkan untuk serangan Israel yang baru dan meluas terhadap Lebanon."
Mengacu pada pertemuan komite pemantau gencatan senjata yang baru-baru ini diadakan dengan partisipasi Wakil Utusan Khusus AS untuk Urusan Timur Tengah dan delegasi Israel serta delegasi Lebanon yang dipimpin oleh mantan duta besar dan pengacara Lebanon Simon Karam, Atwan menambahkan, "Ini adalah awal dari normalisasi hubungan, langkah pertama menuju Lebanon dan kemudian Suriah bergabung dengan Perjanjian Perdamaian Abraham, sedemikian rupa sehingga rezim pendudukan dikelilingi oleh lingkaran negara-negara pendukungnya, negara-negara yang sama yang pernah menentang normalisasi hubungan."
Abdel Bari Atwan mengatakan, "Dengan demikian, jalan telah dipersiapkan untuk langkah selanjutnya Washington dan Tel Aviv, yaitu pembentukan Israel Raya di wilayah Suriah, Lebanon, Palestina, sebagian besar Irak dan Arab Saudi utara, termasuk Mekah dan Madinah, serta Mesir utara dan sebagian besar Sinai. Rencana Israel-Amerika ini berlangsung di bawah bayang-bayang keruntuhan dan penyerahan diri tentara-tentara Arab secara berturut-turut serta ketakutan terhadap rezim pendudukan beserta jet-jet tempur dan rudal-rudalnya.
"Kami memuji perlawanan di Gaza, yang tidak mengikuti aturan ini dan telah menjaga sebagian martabat bangsa dan tidak akan pernah menyerah," pungkasnya.(sl)