Dari Krisis Tahanan Palestina hingga Ketegangan Hukum dan Diplomatik Rezim Zionis
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i182358-dari_krisis_tahanan_palestina_hingga_ketegangan_hukum_dan_diplomatik_rezim_zionis
Pars Today - Perkembangan berlapis-lapis di Asia Barat dalam beberapa hari terakhir, mulai dari situasi kritis para tahanan Palestina dan keputusan peradilan internasional terhadap otoritas Israel hingga ketegangan baru dalam hubungan antara Yordania dan Tel Aviv, menghadirkan gambaran kompleks tentang kawasan yang terus dilanda ketidakstabilan dan persaingan yang meningkat.
(last modified 2025-12-16T08:08:02+00:00 )
Des 16, 2025 15:05 Asia/Jakarta
  • Benjamin Netanyahu dan Yoav Galant
    Benjamin Netanyahu dan Yoav Galant

Pars Today - Perkembangan berlapis-lapis di Asia Barat dalam beberapa hari terakhir, mulai dari situasi kritis para tahanan Palestina dan keputusan peradilan internasional terhadap otoritas Israel hingga ketegangan baru dalam hubungan antara Yordania dan Tel Aviv, menghadirkan gambaran kompleks tentang kawasan yang terus dilanda ketidakstabilan dan persaingan yang meningkat.

Asia Barat sekali lagi menyaksikan serangkaian peristiwa penting. Peristiwa yang masing-masing dapat memengaruhi keamanan dan perimbangan politik kawasan ini. Mulai dari peringatan lembaga-lembaga Palestina tentang situasi para tahanan hingga keputusan Mahkamah Internasional untuk menolak keberatan Israel, dari upaya Irak untuk menjaga perdamaian regional hingga krisis baru antara Yordania dan Israel terkait masalah air. Semuanya menunjukkan bahwa kawasan ini berada pada tahap perkembangan yang sensitif.

Paket berita dari Pars Today ini mengkaji perkembangan terkini di Asia Barat, yang dapat Anda baca:

Peringatan akan Situasi 250 Tahanan Palestina

Riyadh al-Ashqar, Direktur Pusat Studi Tahanan Palestina mengumumkan bahwa 250 warga Palestina telah berada di penjara Israel selama lebih dari dua dekade dan masih dirampas kebebasannya.

Merujuk pada kondisi sulit para tahanan ini, Al-Ashqar mengatakan bahwa banyak dari mereka telah kehilangan orang yang mereka cintai selama masa penahanan mereka dan menghadapi penderitaan ganda tanpa dapat menghadiri pemakaman.

Direktur Pusat Studi Tahanan Palestina menekankan bahwa komunitas internasional "tidak peduli" terhadap situasi mengerikan para tahanan Palestina dan bahwa organisasi hak asasi manusia telah gagal menjamin bahkan kebutuhan medis dan kemanusiaan minimum para tahanan ini.

Menurut al-Ashqar, banyak tahanan berusia di atas 70 tahun dan menderita penyakit kronis, sementara mereka dirampas fasilitas medis paling dasar.

Al-Ashqar juga menyinggung peningkatan tekanan dan penyiksaan selama dua tahun terakhir dan menyebutkan tiga tahanan lama, Ibrahim Abu Makh, Ibrahim Bayadseh, dan Ibrahim Abu Jaber, yang telah dipenjara selama hampir 40 tahun.

Direktur Pusat Studi Tahanan Palestina menyerukan kepada mediator gencatan senjata Gaza untuk mengupayakan pembebasan para tahanan ini sebagai isyarat niat baik.

Mahkamah Internasional Menolak Keberatan Israel

Mahkamah Internasional sekali lagi menolak keberatan Israel terhadap surat perintah penangkapan yang dikeluarkan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Perang Yoav Galant.

Hakim banding mengumumkan bahwa penyelidikan terhadap jalannya perang Gaza akan berlanjut dan surat perintah penangkapan tetap berlaku.

Rezim Zionis Israel mengklaim bahwa Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 menciptakan kondisi baru dan bahwa proses penyelidikan harus ditinjau kembali, tetapi pengadilan menolak argumen ini. Ini adalah kali kedua dalam beberapa bulan terakhir permintaan rezim Israel ditolak.

Krisis Air Antara Yordania dan Israel

Surat kabar Israel Maariv yang diterbitkan di Wilayah Pendudukan melaporkan bahwa rezim Zionis Israel tidak berniat untuk menyediakan 50 juta meter kubik air Yordania yang seharusnya dikirimkan tahun ini, sesuai dengan perjanjian perdamaian. Langkah ini menuai reaksi luas dan menghasilkan protes resmi dari Yordania.

Para analis melihat keputusan ini sebagai tanda rezim Zionis tidak dapat dipercaya bahkan terhadap sekutunya. Yordania telah memiliki kerja sama keamanan yang luas dengan Israel dalam beberapa tahun terakhir, tetapi sekarang menghadapi krisis yang dapat membawa hubungan antara kedua pihak ke tingkat yang baru.

Menurut para ahli internasional, langkah ini mengirimkan pesan yang jelas kepada pemerintah Arab yang berupaya menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel. Sebuah pesan bahwa Tel Aviv tidak memiliki perilaku yang stabil dan dapat diprediksi bahkan terhadap sekutunya.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa Asia Barat adalah arena konflik dari beberapa arus paralel. Perjuangan hukum internasional yang secara bertahap memberikan tekanan pada posisi rezim Zionis, tragedi kemanusiaan yang terus berlanjut terhadap tahanan Palestina yang menantang hati nurani global, dan munculnya keretakan dalam persamaan keamanan lama yang menambah ketidakstabilan kawasan ini.

Konvergensi perkembangan ini, meskipun mungkin tidak mengarah pada kesimpulan yang cepat, menunjukkan meningkatnya biaya untuk mempertahankan status quo bagi rezim pendudukan dan kebutuhan mendesak akan intervensi yang serius dan adil oleh lembaga-lembaga internasional.(sl)