Konsekuensi Agresi Militer Turki di Suriah dan Irak
Pemerintah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyatakan perang terhadap beberapa provinsi di selatan dan tenggara negara itu dengan dalih menekan militan Partai Pekerja Kurdistan Turki (PKK).
Tak lama setelah itu, dengan izin parlemen Turki, militer Turki menyerbu wilayah dua negara tetangga, Suriah dan Irak, yang telah sangat lemah oleh perang dan intervensi negara-negara Barat. Invasi militer Turki ke Suriah dan Irak terjadi pada saat pemerintah Erdogan merebut kekuasaan dengan slogan “zero enemy” dengan tetangganya.
Sekalipun demikian, agresi terhadap dua negara tetangga dan petualangan pemerintahan Recep Tayyip Erdogan di kawasan menyebabkan lebih dari 80 juta orang menghadapi krisis mata pencaharian yang parah. Pada saat yang sama, karena devaluasi tajam mata uang nasional (lira), terjadi kenaikan inflasi dan harga, penurunan lapangan kerja dan peningkatan tajam pengangguran.
Ketika devaluasi mata uang nasional berlanjut, pendapatan rakyat turun menjadi seperempat dari angka sebenarnya. Faktanya, seseorang yang berpenghasilan 1.000 lira Turki sebulan nilai uangnya turun menjadi 250 lira. Dengan naiknya harga, masyarakat Turki bahkan kehilangan kemampuan untuk membeli roti.
Baca juga: Lira Terpuruk, Bank Sentral Turki Lancarkan Intervensi Pasar
Dalam hal ini, Jahan Kolivar, Ketua Asosiasi Pembuat dan Produsen Roti Turki, memperingatkan kenaikan berlipat ganda dalam harga roti di negara itu. Menurutnya, "Jika tren saat ini diabaikan dan tindakan yang diperlukan tidak diambil, harga roti di Turki akan naik menjadi 5 hingga 6 lira setelah sebulan."
Saat ini, karena masalah mata pencaharian, banyak warga Turki yang menunggu dalam antrean panjang untuk menerima roti murah setiap hari di beberapa bagian kota yang berbeda, di mana roti murah ditawarkan oleh pemerintah kota dan beberapa institusi.
Pejabat senior Turki lainnya telah bereaksi tajam terhadap kenaikan tarif listrik dan gas. Sebagai contoh, Bandavi Palandoken, Ketua Konfederasi Pedagang dan Pengrajin Turki (TESK), dalam menanggapi kenaikan dramatis pada harga listrik dan gas dalam beberapa bulan terakhir mengatakan:
Pemerintah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menyatakan perang terhadap beberapa provinsi di selatan dan tenggara negara itu dengan dalih menekan militan Partai Pekerja Kurdistan Turki (PKK).
"Dengan dimulainya tahun baru, melonjaknya harga listrik dan gas bumi tercermin dalam tagihan. Akibatnya, semua warga, terutama pebisnis, berada di bawah beban ekonomi yang berat."
"Penjaga toko takut menaikkan daun jendela. Tukang daging, penjahit dan lainnya takut menggunakan peralatan listrik. Banyak pemilik toko bahkan takut untuk membuka jendela tokonya. Mereka khawatir mungkin tidak dapat membayar listrik, air, gas dan telepon," kata ekonom Turki itu.
Banyak pemimpin partai Turki menyalahkan militer Turki karena menginvasi Suriah dan Irak sebagai salah satu alasan utama masalah ekonomi internal negara itu. Karena kekuatan keuangan dan ekonomi pemerintah Turki telah sangat terpengaruh oleh pengeluaran militer yang parah dari negara ini.
Meskipun masalah internal yang sedang berlangsung, pejabat Ankara, dipengaruhi oleh pemerintah Baghcheli, pemimpin Partai Gerakan Nasional, tampaknya baru-baru ini berusaha untuk mengurangi tekanan dari rakyat dan partai oposisi terhadap pemerintah Ankara dengan beralih ke nasionalisme lagi.
Meskipun masalah internal yang sedang berlangsung, pejabat Ankara, dipengaruhi oleh pemerintah Bahceli, pemimpin Partai Gerakan Nasional, tampaknya baru-baru ini berusaha untuk mengurangi tekanan dari rakyat dan partai oposisi terhadap pemerintah Ankara dengan beralih ke nasionalisme lagi.
Dalam hal ini, tentara Turki mempresentasikan statistik yang digambarkannya sebagai catatan tindakan intervensionis dan ilegal di Suriah dan Irak. Mereka menargetkan 172 anggota Partai Pekerja Kurdistan. Militer Turki juga menargetkan 147 anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Suriah utara sejak awal tahun ini.
Selama waktu ini, 25 anggota PKK lainnya dibunuh oleh pasukan Turki di Irak utara. Publikasi data itu dilakukan ketika militer Turki belum merilis angka tentang jumlah warga sipil Suriah dan Irak yang tewas dalam serangan udara. Pada saat yang sama, tentara Turki juga belum merilis statistik tentang kerusakan yang ditimbulkannya di kota-kota perbatasan Suriah-Irak. Untuk itu, publikasi angka-angka tersebut patut dicermati dan dipertanyakan.