Krisis Ekonomi dan Energi di Eropa Memburuk, Warga Protes
(last modified Sun, 23 Oct 2022 14:16:03 GMT )
Okt 23, 2022 21:16 Asia/Jakarta
  • Unjuk rasa di Prancis.
    Unjuk rasa di Prancis.

Negara-negara Eropa dilanda krisis ekonomi yang parah dan kondisinya kian hari memburuk. Banyak warga yang menggelar unjuk rasa, antara lain di Jerman, Prancis, Inggris Raya, dan Rumania.

Kenaikan biaya hidup, krisis energi dan kekhawatiran yang disebabkan oleh musim dingin yang akan datang, serta kenaikan pajak dan kurangnya layanan adalah di antara alasan terpenting untuk melakukan demonstrasi.

Kondisi ekonomi telah memburuk di sebagian besar negara Eropa selama beberapa bulan terakhir dan tren ini terus berlanjut. Bahkan, kebijakan intervensionis negara-negara Eropa dan kepatuhan mereka terhadap permintaan Washington untuk memasuki perang Ukraina membuat situasi semakin sulit bagi negara-negara Eropa.

Karena mengikuti kebijakan Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa mengalokasikan anggaran yang besar untuk memberikan bantuan militer dan mengirim senjata ke Ukraina. Namun bantuan yang bertujuan untuk melawan Rusia yang dilakukan selama delapan bulan perang di Ukraina ini tlah menambah krisis ekonomi di Eropa. Sanksi Eropa terhadap Rusia juga berakibat sebaliknya. Eropa kekurangan pasokan gas dan energi.

Pemberlakuan sanksi ekonomi terhadap Rusia, khususnya dalam masalah energi, telah menyebabkan terhentinya transfer gas dari pipa nasional Rusia ke Eropa. Penghentian pasokan gas ini telah sangat mempengaruhi perekonomian Jerman sebagai negara terkuat di Eropa di sektor ekonomi.

Jerman saat ini tidak hanya sedang bergulat dengan krisis energi, namun menurut statistik dan data Bank Sentral negara ini, krisis energi telah menempatkan ekonomi Jerman di ambang resesi ekonomi.

Kurangnya bahan bakar telah menyebabkan penutupan banyak industri Jerman, dan pemilik banyak industri besar juga telah memperingatkan tentang masa depan yang akan datang dan kerusakan yang disebabkan oleh krisis energi dan dampaknya, terutama pada industri seperti manufaktur mobil dan transportasi.

Dengan meningkatnya krisis energi di Jerman, Aldi Nord, salah satu pengecer terbesar di negara itu, mengumumkan di Twitter bahwa mulai November 2022, semua cabang akan tutup lebih awal pada malam hari. Toko-toko peralatan elektronik Saturn dan toko-toko Kelompok Galeria Jerman juga mengumumkan bahwa pihaknya menghadapi persoalan yang rumit.

Situasi yang sama terjadi di negara-negara Eropa lainnya. Di Prancis, banyak warga turun ke jalan untuk memprotes kenaikan biaya hidup dan kurangnya upah, sehingga pemogokan nasional telah membuat negara ini menghadapi krisis yang serius. Guru, pelatih, pegawai kota dan pengemudi angkutan umum termasuk di antara para pemogok yang menuntut kenaikan upah untuk mengimbangi inflasi.

Philip Skand, seorang analis di bidang ini, mengatakan, penduduk Eropa sekarang mengalami "kejutan energi", dan meningkatnya harga gas dan listrik telah sangat membahayakan kelangsungan kegiatan perusahaan kecil dan besar. Pembangunan ekonomi tidak mungkin terjadi tanpa energi yang terjangkau.

Negara-negara Eropa saat ini sedang mengalami masa-masa sulit. Sebelumnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz, menyinggng eskalasi konflik militer di Ukraina dengan mengatakan, negara-negara Eropa akan terlibat dalam konsekuensi perang di Ukraina selama bertahun-tahun. Dia memperingatkan tentang dampak perang di Ukraina terhadap energi dan ketahanan pangan di seluruh dunia. Namun, krisis saat ini lebih awal dari yang mereka prediksi.

Negara-negara Eropa juga sangat mengharapkan bantuan dan dukungan AS, tetapi Washington membiarkan Eropa sendirian dalam krisis ini. Kini para pejabat Eropa telah menyadari penyalahgunaan AS terhadap kondisi yang ada dan penjualan gas yang mahal ke Eropa. Hal inilah yang menyulut kekecewaan dan kemarahan terhadap kebijakan Washington.

Seperti yang dikatakan Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Kedaulatan Industri dan Digital Prancis Bruno Le Maire, konflik antara Rusia dan Ukraina dan krisis energi yang diakibatkannya telah berakhir untuk kepentingan AS, dan Gedung Putih berusaha untuk mengkonsolidasikan dominasinya atas ekonomi dunia dengan menyalahgunakan krisis ini.

Direktur Eksekutif Agen (Badan) Energi Internasional Fatih Birol baru-baru ini memperingatkan bahwa Eropa akan menghadapi krisis energi yang lebih parah tahun depan. Tampaknya jika krisis ini terus berlanjut dan krisis ekonomi semakin intensif, maka akan mengarah pada kelanjutan protes di Jerman, Prancis, dan negara-negara Eropa lainnya.

Kondisi tersebut tidak hanya menyebabkan krisis ekonomi Eropa makin parah tetapi juga integritas Eropa akan pecah. Jika hal ini terjadi, maka sekali lagi, akan menyebabkan perubahan pada geografi politik dunia. (RA)