Presiden Peru Menyerukan Dialog Multipartai untuk Mengakhiri Krisis
Presiden Peru Dina Boluarte pada hari Jumat (10/02/2023) menyerukan dialog multipartai untuk membantu menyelesaikan krisis politik negaranya, dan mengatakan dua bulan protes anti-pemerintah yang terkadang mematikan telah membuat negara itu menjadi "demokrasi yang rapuh".
Boluarte menjadi presiden pada 7 Desember, setelah pendahulunya Pedro Castillo dimakzulkan dan ditangkap setelah berusaha membubarkan Kongres dan memerintah dengan keputusan.
Namun sejak hari itu dia menghadapi seruan untuk mengundurkan diri dari pengunjuk rasa yang juga menuntut pemilu baru.
Demonstrasi terkadang berubah menjadi kekerasan dan para pejabat pada hari Jumat mengumumkan kematian baru, sehingga jumlah total orang yang tewas dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan pengunjuk rasa menjadi 49 orang.
"Kita hidup dalam demokrasi yang rapuh," kata Boluarte, yang menolak mengundurkan diri dan gagal meyakinkan Kongres untuk memajukan pemilu yang dijadwalkan pada 2026.
"Saya pikir itu yang paling rapuh di Amerika Latin, tetapi di Peru, di dalam kita, untuk memperkuat demokrasi," kata Boluarte kepada wartawan pada konferensi pers bersama para menteri kabinetnya.
Boluarte adalah presiden keenam Peru sejak Maret 2018 dan wanita pertama yang memegang peran tersebut.