Amerika Tinjauan dari Dalam, 19 Februari 2023
Perkembangan di AS selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Kinerja Biden terkait Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan Diselidiki
Selain itu, masih ada isu lain seperti;
- Sistem Komputerisasi FBI Diserang Hacker
- Lagi, Menhan AS Sampaikan Klaim Baru terhadap Rusia
- Begini Reaksi AS atas Kunjungan Presiden Iran ke Cina
- Provokasi Beijing, AS Gelar Latihan Perang di Laut Cina Selatan
- Defisit Anggaran AS 2023 Membengkak
Kinerja Biden terkait Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan Diselidiki
Kongres Amerika Serikat mulai melakukan penyidikan terkait kinerja pemerintah Joe Biden terkait keluarnya militer negara ini dari Afghanistan.
Presiden Joe Biden Agustus 2021 menginstruksikan penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan. Meski dengan instruksi ini, pendudukan Amerika selama 20 tahun di Afghanistan berakhir, tapi langkah tak bertanggung jawab tersebut memiliki dampak negatif, di mana banyak yang menilainya sebagai rapor terburuk pemerintah Biden.
Menurut laporan ISNA, komisi penyidik Kongres AS dilaporkan memulai penyidikannya terkait kinerja pemerintah Joe Biden mengenai penarikan pasukan negara ini dari Afghanistan, proses penarikannnya dan menindaklanjuti isu relokasi warga Afghanistan ke Amerika.
Masih menurut sumber ini, kubu Republik di Kongres AS seraya mengirim surat terpisah ke Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri, Departemen Pertahanan (Pentagon), Staf Gabungan Militer, Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika (USAID) meminta data mengenai masalah ini.
Kubu Republik di Amerika menyakini bahwa dengan keluarnya Amerika dari Afghanistan, milisi Taliban menguasai peralatan militer Amerika yang tertinggal di negara ini, dan hal ini dapat membantu terbentuknya sebuah tragedi kemanusiaan serta menyebabkan ancaman bagi keamanan nasional Amerika.
Sistem Komputerisasi FBI Diserang Hacker
Media Amerika melaporkan terjadinya serangan siber pada sistem komputerisasi Polisi Federal Amerika Serikat (FBI).
Saluran berita CNN, hari Jumat (17/2/2023) waktu setempat melaporkan bahwa FBI sedang menyelidiki serangan siber yang memengaruhi beberapa sistem komputernya.
FBI mengetahui insiden itu dan bekerja untuk mendapatkan lebih banyak informasi.
Hingga kini, FBI menolak berkomentar lebih lanjut, karena penyelidikan yang sedang berlangsung.
Dua sumber Amerika kepada CNN mengatakan, "Komputer yang digunakan untuk menyelidiki kasus pedofilia telah diretas di kantor FBI di New York,".
Tahun lalu, masalah keamanan dunia maya kembali menjadi perhatian pejabat dan legislator Amerika.
Mereka mencari cara untuk melindungi bagian-bagian penting negara dari meningkatnya ancaman serangan siber.
Tampaknya, keamanan siber akan terus menjadi fokus perhatian khusus di tahun ini, dan mendatang.
Pada tahun 2021, pemerintahan Joe Biden dan beberapa negara lainnya meluncurkan rencana tahunan pertama mereka untuk memerangi malware di dunia.
Lagi, Menhan AS Sampaikan Klaim Baru terhadap Rusia
Menteri Pertahanan AS membuat klaim baru tentang Rusia dengan menuding Moskow sedang mempersiapkan serangan baru Ukraina.
Negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat mengintensifkan tekanan sanksi terhadap Federasi Rusia dan pasokan senjata ringan dan berat ke Kyiv yang menyebabkan perang terus berkobar di Ukraina.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, yang melakukan perjalanan ke Belgia untuk menghadiri pertemuan para menteri pertahanan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) hari Selasa (14/2/2023) mengklaim bahwa Rusia sedang mempertimbangkan serangan terhadap Ukraina pada musim semi.
Menanggapi pertanyaan reporter Ukraina tentang pengiriman jet tempur kepada Kyiv dengan dalih perang di Ukraina, ia mengklaim bahwa dirinya tidak memiliki informasi baru mengenai masalah tersebut.
Klaim Lloyd Austin mengemuka di saat negara-negara barat baru-baru ini meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina dengan dalih perang di negara itu.
Perang Ukraina, dengan semua konsekuensi politik, militer, ekonomi, sosial, bahkan budaya yang meluas memasuki bulan kedua belas, dan pengiriman senjata Barat ke Ukraina berlanjut.
Pejabat Rusia dan beberapa media Barat telah menggambarkan perang Ukraina sebagai perang proksi antara Barat dan Rusia.
Rusia telah berulang kali mengatakan bahwa pengiriman senjata Barat ke Ukraina hanya memperpanjang konflik di negara itu dan memiliki konsekuensi yang tidak dapat diprediksi.
Begini Reaksi AS atas Kunjungan Presiden Iran ke Cina
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, dalam jumpa persnya menanggapi lawatan Presiden Iran ke Cina.
Ned Price, Senin (13/2/2023) dalam jumpa pers tersebut ditanya wartawan tentang Iran, dan Cina yang dianggap sedang membentuk sebuah kubu bersama untuk melawan AS.
Ia menjawab, "Setiap negara harus menentukan substansi hubungannya dengan Cina, akan tetapi ketika berbicara soal Iran, maka kami kira penting bagi belahan dunia lain untuk benar-benar memperjelas masalah kemajuan nuklir Iran, upaya Tehran mengekspor terorisme, dan pengaruh buruknya di seluruh kawasan, dan lebih jauh dari itu, bahwa hal ini bukan sesuatu yang bisa ditolerir oleh semua negara, dan mereka pasti tidak akan mendukungnya."
Terkait dengan hubungan Iran dan Rusia, Ned Price mengaku khawatir. Ia menuturkan, "Kami sedang melakukan sejumlah langkah untuk melawan hubungan dua negara ini, dan menghadapi proses alih teknologi."
Price menegaskan, "AS sebagai salah satu negara yang bertanggung jawab di dunia ini akan melakukan apa pun untuk melawan ancaman besar terhadap rakyat Ukraina, begitu juga akan menghadapi sebuah hubungan keamanan potensial yang merupakan ancaman lebih besar bagi Ukraina."
Provokasi Beijing, AS Gelar Latihan Perang di Laut Cina Selatan
Amerika Serikat kembali melancarkan aksi provokasi terhadap Beijing dengan menggelar manuver militer di Laut China Selatan di tengah eskalasi ketegangan antara Washington dan Beijing setelah balon Cina ditembak jatuh.
Pekan lalu, militer AS menargetkan dua balon Cina di lepas pantai Alaska dan Carolina, yang meningkatkan ketegangan antara Washington dan Beijing.
Armada ketujuh AS yang berbasis di Jepang hari Minggu (12/2/2023) mengumumkan bahwa kapal induk USS Nimitz dan Pasukan Ekspedisi Marinir ke-13 sedang melakukan manuver militer di Laut Cina Selatan.
Cina sangat menentang aktivitas militer negara-negara lain di kawasan Laut Cina Selatan, di mana lima triliun dolar barang diangkut setiap tahun.
AS tidak mengambil posisi resmi apa pun tentang kedaulatan di Laut Cina Selatan, tetapi percaya bahwa kebebasan navigasi dan ruang udara bebas harus dipertahankan di kawasan perairan strategis ini.
Selama beberapa bulan terakhir, Washington telah menandatangani beberapa perjanjian militer dengan negara-negara Asia Tenggara.
Defisit Anggaran AS 2023 Membengkak
Departemen Keuangan AS mengumumkan pembengkakan defisit anggaran pemerintah AS yang mencapai lima miliar dolar dalam catur wullan pertama tahun fiskal 2023.
Pemerintah AS memiliki pendapatan pajak 1,5 triliun dolar antara Oktober dan Januari, yang lebih rendah tiga persen dari pendapatan pajak pada periode yang sama tahun lalu.
Kementerian keuangan AS hari Sabtu (11/2/2023) menyatakan pengeluaran pemerintah dalam empat bulan pertama tahun ini mencapai 1,9 triliun dolar, yang naik 9 persen lebih dari empat bulan pertama tahun fiskal 2022.
Laporan ini muncul di saat AS meningkatkan sanksi terhadap Rusia dan mengirimkan puluhan miliar dolar bantuan keuangan dan militer ke Ukraina demi mendukung Kyiv menghadapi Rusia, tetapi langkah ini mengintensifkan inflasi dan resesi ekonomi di AS.
Dukungan keuangan dan militer Amerika Serikat terhadap Ukraina telah menimbulkan protes domestik.
Kementerian Keuangan AS memberikan bantuan baru kepada Kyiv dalam beberapa bulan mendatang, di saat orang-orang di negaranya berjuang menghadapi krisis ekonomi.