Mencermati Sikap Rusia-UE terkait JCPOA di Sidang Dewan Gubernur IAEA
Dalam sidang triwulanan Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rusia dan Uni Eropa telah mengambil sikap sejalan dengan kembalinya pembicaraan tentang pencabutan sanksi dan revitalisasi JCPOA.
Pada sidang Dewan Gubernur IAEA, Rusia meminta negara-negara Barat untuk kembali ke pembicaraan tentang pencabutan sanksi di Wina.
Mikhail Ulyanov, perwakilan Rusia di organisasi internasional yang berbasis di Wina menanggapi klaim negara-negara Barat tentang program nuklir Iran pada sidang Dewan Gubernur IAEA dan menganggap kekhawatiran mereka dapat diselesaikan.
"Agar hal ini terjadi, para peserta pembicaraan Wina harus kembali ke Wina dan menyelesaikan draf keputusan untuk menghidupkan kembali JCPOA dalam beberapa hari," kata Ulyanov dalam sebuah pernyataan.
Di sisi lain, Uni Eropa mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada sidang Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional bahwa Brussel akan berinvestasi secara politis dan diplomatis untuk mengimplementasikan JCPOA.
"Sebagai prioritas keamanan, UE akan terus berinvestasi secara diplomatis dan politis untuk memulihkan implementasi pembatasan yang diperlukan pada program nuklir Iran demi memastikan bahwa Iran tidak memperoleh senjata nuklir," ujar pernyataan itu.
Dalam pernyataannya, Brussel mengklaim bahwa akibat eskalasi aktivitas nuklir Iran, risiko krisis proliferasi nuklir di kawasan meningkat.
Tampaknya sikap positif Rusia dan Uni Eropa terkait perjanjian nuklir JCPOA dan kebutuhan untuk kembali ke sana dapat dianalisis berdasarkan beberapa peristiwa.
Pertama, kunjungan Rafael Grossi, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional baru-baru ini ke Tehran dan kesepakatan bilateral dengan Iran di bidang peningkatan kerja sama dan interaksi antara badan dan Iran menurut para pengamat adalah pesan positif yang dikirim mengenai niat baik Iran dalam menyelesaikan masalah yang diklaim oleh IAEA dan peningkatan transparansi di bidang kegiatan nuklir damai, dan ini menyebabkan tidak ada resolusi terhadap Iran dalam pertemuan Dewan Gubernur IAEA saat ini.
Kedua, yang tentunya berlaku bagi troika Eropa yang terdiri dari Jerman, Prancis, dan Inggris sebagai anggota kelompok 4 + 1 dan Uni Eropa, adalah mereka sudah putus asa untuk melemahkan Republik Islam Iran akibat dari gangguan dan kerusuhan baru-baru ini di Iran. Kerusuhan yang tentu saja dibarengi dengan dukungan penuh Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Dalam sidang triwulanan Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rusia dan Uni Eropa telah mengambil sikap sejalan dengan kembalinya pembicaraan tentang pencabutan sanksi dan revitalisasi JCPOA.
Barat berpendapat bahwa kerusuhan baru-baru ini memberikan kesempatan terbaik untuk menekan Iran, dan dalam hal ini, para pejabat Barat, terutama Amerika, telah berulang kali mengumumkan bahwa negosiasi JCPOA tidak lagi menjadi prioritas mereka dan keluar dari agenda.
Namun sekarang proyek menciptakan kekacauan di Iran telah gagal, dan Eropa, yang melihat kepentingan politik, keamanan, dan bahkan ekonomi mereka dalam revitalisasi JCPOA, sekali lagi dalam pernyataan pejabat senior Uni Eropa dan juga di pernyataan tentang prioritas kebangkitan JCPOA dan dukungan terhadap hal ini ditekankan secara politis dan diplomatis.
Dalam hal ini, pertemuan Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell baru-baru ini dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian di Yordania dan permintaannya untuk menghidupkan kembali negosiasi JCPOA menunjukkan kekecewaan Eropa terhadap efektivitas pendekatan negatif dan sia-sia mereka terhadap Iran dan sebagai hasilnya adalah untuk kembali ke jalur interaksi dan negosiasi dengan Tehran.
Borrell menulis dalam tweetnya, Kami sepakat bahwa kami harus tetap membuka komunikasi dan menghidupkan kembali JCPOA berdasarkan negosiasi Wina.
Poin penting dalam pernyataan Uni Eropa adalah proyeksi ulang Eropa dan upaya untuk menunjukkan Iran bersalah.
Pernyataan Uni Eropa menyatakan, "Uni Eropa tetap berkomitmen pada JCPOA. Kami menyesal bahwa terlepas dari dukungan politik negara-negara Uni Eropa dan upaya diplomatik intensif di tingkat internasional untuk menghidupkan kembali implementasi penuh JCPOA ... Iran belum membuat keputusan yang diperlukan dan belum mengambil langkah yang diperlukan."
Nyatanya, pernyataan tersebut tidak menyebutkan adanya pelanggaran komitmen Uni Eropa dan Troika Eropa.
Setelah penarikan Amerika Serikat dari JCPOA, Eropa tidak memenuhi janji mereka di bidang pengurangan efek negatif dari sanksi sepihak Amerika Serikat, dan tindakan Iran sejalan dengan pengurangan komitmennya secara bertahap di JCPOA juga telah menjadi reaksi terhadap janji-janji ini.(sl)