AS Menolak Agenda Keanggotaan Ukraina di KTT NATO Mendatang
Surat kabar Financial Times melaporkan pada hari Kamis (06/04/2023) bahwa Amerika Serikat menentang proposal beberapa negara Eropa untuk menyajikan peta jalan bagi keanggotaan Ukraina di NATO pada pertemuan puncak mendatang organisasi militer ini.
Sikap ini menunjukkan perbedaan Barat tentang situasi Ukraina setelah perang.
Amerika menginginkan dukungan militer dan keuangan serta bantuan kemanusiaan ke Ukraina untuk memukul mundur Rusia.
Washington percaya bahwa masalah ini harus diprioritaskan pada KTT NATO di Vilnius, Lithuania, dan berbicara tentang keanggotaan Ukraina di NATO akan mengalihkan fokus negara dari tujuan menghadapi Rusia.
Washington juga khawatir pendalaman hubungan dengan Ukraina akan memicu narasi Vladimir Putin tentang konflik antara Rusia dan NATO dan mengintensifkan ketegangan dengan Moskow, termasuk di bidang senjata nuklir.
Sementara itu, beberapa anggota NATO seperti Polandia dan negara-negara Baltik, yang memiliki pendirian kuat terhadap Rusia, ingin memperdalam hubungan dengan Kiev dan membuat pernyataan yang lebih jelas tentang keanggotaan Ukraina di NATO di masa mendatang, tetapi Amerika Serikat, Jerman, dan Hongaria menentang upaya ini.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah memperingatkan bahwa dirinya akan berpartisipasi dalam pertemuan puncak Juli para pemimpin NATO hanya jika solusi konkret disajikan mengenai keanggotaan Kiev di NATO.
Setelah dimulainya perang di Ukraina, pemerintah pro-Barat Ukraina menuntut untuk mempercepat keanggotaan negara itu di NATO dan Uni Eropa.
Ketidaksepakatan negara-negara Barat dalam hal ini terungkap dalam pertemuan menteri luar negeri NATO minggu ini di Brussel.
Penolakan negara-negara utama NATO, terutama Amerika Serikat dan Jerman, untuk mengangkat masalah keanggotaan Ukraina ke organisasi militer Barat ini dalam pertemuan para kepala NATO yang akan datang bertentangan dengan banyak janji yang diberikan kepada pemerintah Kiev dalam hal ini.
Masalah keanggotaan Ukraina di NATO telah diangkat oleh para pemimpin anggota NATO Eropa dan Amerika sejak 2008, dan dengan demikian, telah menciptakan insentif ganda bagi para pemimpin Ukraina untuk mengejarnya.
Kepala negara anggota NATO pada KTT Bukares tahun 2008 mengumumkan keputusan mereka bagi keanggotaan Ukraina dan Georgia, dua negara di lingkup eksternal Rusia, sejalan dengan kebijakan ekspansi NATO ke arah timur.
Sejak saat itu, isu ini, khususnya keanggotaan Ukraina di NATO, menjadi salah satu isu perselisihan dan ketegangan antara Rusia dan NATO.
Surat kabar Financial Times melaporkan pada hari Kamis (06/04/2023) bahwa Amerika Serikat menentang proposal beberapa negara Eropa untuk menyajikan peta jalan bagi keanggotaan Ukraina di NATO pada pertemuan puncak mendatang organisasi militer ini.
Dari sudut pandang para pemimpin pro-Barat Ukraina, realisasi keanggotaan Ukraina di NATO berarti langkah penting menuju konvergensi Ukraina di blok Barat, serta menciptakan jaminan keamanan terhadap ancaman asing, terutama dari Rusia.
Meskipun banyak janji-janji Barat kepada Ukraina tentang keanggotaan di NATO dan bahkan memprovokasinya dalam beberapa tahun terakhir untuk mengambil langkah-langkah praktis di bidang ini, seperti menentukan perlunya keanggotaan Ukraina dalam amandemen konstitusi negara, tetapi secara praktis tidak ada satu kesatuan pendapat dan konsensus dalam hal ini di antara anggota NATO.
Di sisi lain, masalah keanggotaan Ukraina di NATO telah menjadi salah satu alasan penting dan sebenarnya menjadi dasar perang antara Rusia dan Ukraina. Rusia menganggap tindakan yang selalu didorong oleh Barat ini sebagai ancaman serius bagi keamanan nasionalnya.
Alexander Venediktov, Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Rusia mengatakan, Kiev pasti tahu bahwa keanggotaan Ukraina di NATO akan menyebabkan Perang Dunia III.
Negara-negara anggota NATO juga mengakui bahwa tindakan ini adalah semacam bunuh diri.
Pada dasarnya, salah satu alasan utama perang di Ukraina adalah desakan pemerintah Kiev yang berorientasi Barat untuk bergabung dengan NATO.
Sementara Rusia telah berulang kali menyatakan ini sebagai ancaman serius bagi keamanan nasionalnya, dan bahkan pada Desember 2021, dengan mengajukan proposal kepada NATO dan Amerika Serikat, Moskow menuntut penghentian proses ini dan kembalinya pasukan NATO ke perbatasan tahun 1997, yaitu, sebelum keanggotaan negara-negara Eropa Timur dan Tengah dalam organisasi militer ini.
Ini sebenarnya adalah ultimatum terakhir Moskow ke Barat, dan dengan ketidakpedulian dan bahkan sikap agresif dari NATO dan AS, landasan telah diletakkan untuk serangan Rusia ke Ukraina demi mencegah realisasi skenario yang dibayangkan oleh Barat pada 24 Februari 2022.
Sekarang di bulan ke-14 perang Ukraina dan kerugian manusia dan material yang serius di Ukraina dan penolakan NATO untuk menempatkan permintaan Kiev, yaitu keanggotaan di NATO, dalam agenda KTT NATO di Lituania, menjadi jelas betapa salah besar mengandalkan janji Amerika Serikat dan NATO dalam konfrontasi dengan Rusia.(sl)