Pemilu Presiden di Turki, Kubu Pendukung Capres Saling Tuduh
(last modified Sun, 14 May 2023 12:40:30 GMT )
May 14, 2023 19:40 Asia/Jakarta

Pemilihan presiden (pilpres) ke-13 dan pemilihan parlemen ke-28 berlangsung pada hari ini, Minggu (14/5/2023) di seluruh negeri.

Pemimpin partai oposisi utama Turki, Kemal Kilicdaroglu maju melawan Presiden petahana, Recep Tayyip Erdogan.

Pilpres baru dimulai, Erdogan dan Kilicdaroglu saling melempar tuduhan bahwa masing-masing bergantung pada asing dan berupaya melakukan kecurangan dalam pemilu.

Proses penyelenggaraan dua pemilu serentak dan menentukan di Turki mengindikasikan kemungkinan terjadinya konflik antara pendukung capres.

Tinjauan terhadap kampanye masing-masing capres menunjukkan bahwa dalam beberapa hari terakhir, para capres fokus untuk saling menuduh menyalahgunakan fasilitas pemerintah, bergantung pada asing dan upaya untuk melakukan kecurangan dalam hasil pemungutan suara.

Pengunduran diri Muharrem Ince, mantan anggota Partai Rakyat Republik (CHP) dan pendiri Partai Tanah Air (Partai Memleket) dari satu-satunya capres independen dalam pemilu di Turki saat ini menyebabkan jumlah capres berkurang menjadi tiga.

Menurut jajak-jajak pendapat, Muharrem Ince memiliki empat persen suara dalam pemilihan presiden Turki. Namun dengan pengunduran dirinya, tampaknya kandidat dari koalisi enam partai National Alliance atau Aliansi Nasional menikmati situasi yang lebih baik.

Pemerintah Erdogan, sebagai tanggapan atas pengunduran diri Muharrem Ince, telah memikirkan trik baru untuk mengurangi suara Kemal Kiliqdaroglu.

Ahmed Yener, Kepala Dewan Tinggi Pemilu Turki, telah mengumumkan bahwa suara Muharrem Ince, yang mengundurkan diri tiga hari sebelum kompetisi dilanjutkan, akan dihitung dan sah pada akhir hari pemungutan suara.

Pernyataan Kepala Dewan Tinggi Pemilu Turki ini mendapat reaksi tajam dari para penentang dan pendukung Kilicdaroglu.

Oposisi pemerintahan Erdogan menganggap tindakan pemerintahan ini sebagai upaya lain dengan tujuan kemenangan Erdogan dalam piplres kali ini.

Menanggapi situasi yang tidak dapat diprediksi ini, pejabat-pejabat pemerintah Erdogan, terutama Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu dan Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu, menuduh Amerika Serikat (AS) mencampuri proses pemilu di Turki.

Pada hari 3 Mei 2023, Suleyman Soylu menyebut AS sebagai pihak yang  bertanggung jawab atas kudeta yang gagal pada 15 Juli 2016.

"Media-media Barat, yang dipimpin oleh pemerintah AS, berencana menyebarkan berita palsu tentang pemilu di Turki. Mereka ingin menuntaskan separuh dari pekerjaannya yang belum tuntas pada tahun 2016," ujarnya.

Pada hari Minggu (14/5/2023), pejabat tinggi pemerintahan Erdogan ini juga telah melontarkan tuduhan serupa terhadap pemerintah Washington sehubungan dengan pengunduran diri Muharrem Ince, yang merupakan salah satu dari empat cepres pemilu.

Suleyman Soylu memperingatkan campur tangan Amerika terhadap pemilu di Turki. Dia mengatakan, "Cukup jelas dari mana serangan terhadap Muharrem Ince, calon presiden dan pemimpin Partai Memleket, berasal. Joe Biden (Presiden AS) telah mengaktifkan infiltrasinya di Turki."

Jelas bahwa melontarkan tuduhan seperti adanya campur tangan asing dalam proses pemilu Turki akan semakin merugikan rakyat negara ini dan memberikan alasan kepada pendukung masing-masing kandidat untuk konflik fisik.

Mulai saat ini, dengan diumumkannya hasil awal pemilihan presiden Turki diprediksi akan terjadi bentrok fisik antara pendukung calon presiden, khususnya di Istanbul dan Ankara.

Kemal Kilicdaroglu, rival utama Erdogan di Turki, mengungah sebuah postingan dalam bahasa Rusia di Twitter pada Kamis lalu. Dalam postingannya, dia meminta Rusia untuk tidak ikut campur dalam pilpres dan pemilu parlemen di negaranya.

Menanggapi sikap calon koalisi partai National Alliance atau Aliansi Nasional, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menekankan bahwa Turki membutuhkan stabilitas lebih dari sebelumnya. Dia menyebut pemilu di Turki transparan.

 "Dari perspektif citra negara, memastikan penyelenggaraan pemilu secara demokratis dan transparan," tegasnya.

Menlu Turki menuturkan, pernyataan Kilicdaroglu, calon dari partai oposisi dalam pemilihan presiden Turki bahwa Rusia ikut campur dalam pemilu adalah tidak tepat bagi negara.

Yang pasti, proses pemungutan suara dalam pilpres dan pemilu parlemen serentak di Turki akan berlangsung hingga pukul 17.00 waktu setempat, sementara situasi makin memanas, dan peristiwa yang tidak diprediksi dapat terjadi di arena politik Turki.

Dalam putaran pemilu yang menentukan ini, 60.697.843 pemilih yang memenuhi syarat akan memberikan suara mereka. 4.904.672 adalah pemilih yang akan memberikan suara pertama mereka. 53.172 narapidana juga akan mengikuti pemungutan suara hari ini.

Selain calon presiden, 24 partai dan 151 calon independen juga bersaing memperebutkan 600 kursi parlemen di Turki. Hasil awal pemilu Turki akan diumumkan pada jam terakhir malam ini. (RA)