Aug 02, 2023 11:36 Asia/Jakarta

Terlepas dari reaksi luas umat Islam dan negara-negara Islam terhadap isu pembakaran Al-Qur’an di dua negara Eropa utara, yaitu Swedia dan Denmark, dan penentangan eksplisit PBB terhadap tindakan penghinaan ini, dan bahkan janji-janji otoritas kedua negara tersebut untuk mencegah tindakan tersebut, sekali lagi para anti-Islam mencoba untuk menghina kesucian Al-Qur'an.

Untuk ketiga kalinya, polisi Swedia mengizinkan Salwan Momika, seorang pengungsi Irak yang memperoleh kewarganegaraan Swedia, untuk mengadakan pertemuan di depan parlemen dan membakar Al-Qur’an.

Menurut video yang dirilis, dia dan komplotannya melakukan tindakan menghina tersebut di depan Parlemen Swedia.

Setelah menodai Al-Qur’an, Salwan Momika dan Salwan Najem membakar beberapa halamannya di depan massa.

Salwan Momika

Dalam hal ini, surat kabar Swedia Expressen, mengutip Salwan Najem, yang sebelumnya menemani Momika dalam dua tindakan menghina Al-Qur’an dan bendera Irak baru-baru ini menulis, Kami akan melanjutkan tindakan ini, sampai Al-Qur’an dilarang di negara ini.

Selain itu, ekstremis sayap kanan sekali lagi membakar Al-Qur’an di Kopenhagen, ibu kota Denmark.

Hubungan antara negara-negara Islam dan Swedia telah tegang menyusul tindakan penghinaan ini selama seminggu terakhir, dan Irak telah mengumumkan pengusiran duta besar Swedia dan penarikan kuasa usaha kedutaannya di Stockholm.

Sementara anggota-anggota Organisasi Kerja Sama Islam mengutuk keras penodaan Al-Qur'an di Swedia dan Denmark dalam pertemuan luar biasa mereka pada hari Senin (31/07/2023).

Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh pertemuan ini, disebutkan, Kami kecewa atas pengulangan penodaan Al-Qur'an dan terus dikeluarkannya izin oleh otoritas Swedia untuk tindakan tersebut serta tidak ada pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah pengulangannya di Swedia dan Denmark.

Dalam lanjutan pernyataan tersebut disebutkan, Kelalaian otoritas Swedia dan Denmark untuk mencegah terulangnya tindakan tersebut merupakan pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan 2686 yang dikeluarkan pada 14 Juni 2023 tentang perdamaian dan keamanan internasional.

Terlepas dari reaksi luas umat Islam dan negara-negara Islam terhadap isu pembakaran Al-Qur’an di dua negara Eropa utara, yaitu Swedia dan Denmark, dan penentangan eksplisit PBB terhadap tindakan penghinaan ini, dan bahkan janji-janji otoritas kedua negara tersebut untuk mencegah tindakan tersebut, sekali lagi para anti-Islam mencoba untuk menghina kesucian Al-Qur'an.

Terlepas dari reaksi keras umat Islam dan negara-negara Islam bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap penghinaan anasir Zionis seperti Salwan Momika, yang pasti berafiliasi dengan Tel Aviv, negara-negara Barat masih mengizinkan penghinaan terhadap hal-hal yang disucikan Islam, terutama pembakaran Al-Qur’an dengan dalih kebebasan berekspresi.

Ironinya, negara-negara Barat mendukung tindakan penghinaan membakar Al-Qur'an sementara PBB menentang tindakan memalukan ini.

Farhan Haq, Deputi Juru Bicara PBB mengatakan, Miguel Moratinos, Perwakilan Tinggi Aliansi Peradaban PBB (UNAOC), secara eksplisit mengutuk pembakaran lembaran-lembaran Al-Qur'an di depan sebuah masjid di pusat Stockholm, Swedia.

Menurutnya, Perwakilan Tinggi UNAOC mengatakan bahwa ini adalah tindakan penistaan yang tidak menghormati umat Islam yang sedang merayakan Idul Adha.

“Perwakilan Tinggi UNAOC menekankan pentingnya menjaga kebebasan berbicara sebagai hak asasi manusia, tetapi pada saat yang sama, ia menekankan bahwa penodaan kitab suci dan tempat ibadah serta simbol agama tidak dapat diterima dan dapat menyebabkan hasutan kekerasan,” ujar Farhan Haq.

Barat tampaknya dengan sengaja mengabaikan perbedaan antara kebebasan berbicara dan kebebasan menghina.

Swedia dan penodaan Al-Qura'an

Melihat standar ganda Barat, termasuk Swedia dan Denmark, tentang kebebasan berekspresi menunjukkan bahwa isu ini hanya berlaku ketika mempertanyakan dan menghina isu-isu yang dianggap Barat, termasuk Islamofobia dan anti-Islami, dan menghina hal-hal yang disucikan umat Islam.

Sementara dalam kasus lain seperti isu Holocaust atau mengambil sikap mendukung Rusia selama perang saat ini di Ukraina, negara-negara Eropa bereaksi keras terhadap orang-orang yang mengambil sikap tidak biasa atau tidak mengikuti pandangan mereka dalam bidang ini, bahkan mengadilinya.(sl)

Tags