Saat Cina Desak AS Hentikan Penjualan Senjata kepada Taiwan
(last modified Sat, 26 Aug 2023 13:00:09 GMT )
Aug 26, 2023 20:00 Asia/Jakarta
  • Presiden Cina Xi Jinping
    Presiden Cina Xi Jinping

Ketika Cina berulang kali meminta pemerintah AS menghentikan penjualan senjata dan peralatan militer ke Taiwan, Dephan AS dengan congkak menyatakan akan menjual senjata baru kepada Taiwan.

Pentagon menyatakan, pemerintah Amerika mengesahkan penjualan sistem pelacak bagi pesawat tempur F-16 dan juga berbagai peralatan militer kepada Taiwan. Ini artinya pemerintah AS meningkatkan perluasan kerja sama militer dengan Taiwan untuk menekan lebih besar Cina. Mengingat bahwa Taiwan yang tidak memiliki kemampuan militer melawan Cina, muncul pertanyaan apa yang dikejar Taiwan dan AS dari transaksi senjata tersebut ?

Para pengamat politik terkait tujuan Amerika, merujuk pada sejumlah masalah. Pertama bahwa AS melihat Taiwan sebaga pasar senjata yang sangat menguntungkan. Kedua, Taiwan bertindak sebagai alat bagi Amerika untuk menekan Cina. Dan ketiga, Amerika ingin mengobarkan persaingan senjata di Selat Taiwan dan Asia Timur.

Amerika-Taiwan

Seorang pengamat internasional terkait hal ini mengatakan, Amerika menganggap mampu menekan Cina dan memaksakan kehendaknya kepada Beijing melalui Taiwan. Padahal Amerika memahami dengan baik garis merah Cina terkait wilayah dan kedaulatan wilayah, serta berulang kali menekankan hal ini. namun demikian Amerika selain menjulan peralatan militer canggih kepada Taiwan, juga meningkatkan dukungannya kepada kelompok separatis kepulauan ini, di mana hal ini telah berulang kali memicu respon negatif serta protes Cina.

Di sisi lain, Taiwan juga mengejar sejumlah tujuan dengan pembelian besar-besaran senjata dan peralatan militer tersebut. Pertama, Taiwan masih terus berusaha menarik Amerika untuk terus melanjutkan dukungannya terhadap Taiwan melawan Cina, karena pembelian besar-besaran peralatan militer dari Amerika sejatinya menarik pandangan pemilik industri senjata, di mana selain pembelian tersebut, juga memaksakan kepada Taiwan soal biaya perawatan dan perbaikan. Kedua, pulau ini sejatinya tengah unjuk kekuatan terhadap Cina. Ketika dengan melakukan pembelian senjata tersebut, Taiwan ingin mencitrakan Cina sebagai ancaman baginya. Serta dengan menunjukkan sisi ketertindasan, Taiwan ingin menarik simpati dunia. Oleh karena itu, menurut pengumuman Dephan AS, kiriman senjata terbaru akan diserahkan kepada Taiwan. Kiriman tersebut senilai 500 juta dolar.

Statemen Dephan AS mengklaim bahwa penjualan peralatan ini tidak akan mengubah perimbangan militer di kawasan Asia Timur. Menurutnya kiriman senjata baru sekedar membantu modernisasi angkatan bersenjata dan menjaga kemampuan pertahanan Taiwan, dan membantu kepentingan nasional, ekonomi dan keamanan Amerika.

Namun bagaimana Taiwan mampu membantu menjamin keamanan Amerika melawan serangan potensial dan kilat Cina, serta bahkan Rusia dan Korea Utara, seluruh klaim AS mempertanyakan penjualan senjata kepada Taiwan. Meski demikian, Henry Kissinger, mantan menlu AS dan pengamat telah memperingatkan dampak dari melewati garis merah Cina kepada Washington, karena ia yang merupakan arsitek hubungan Beijing dan Washington di dekade 70-an sepenuhnya meyakini bahwa Cina tidak akan melepas Taiwan, dan respon Cina atas petualangan Amerika dapat menimbulkan dampak yang tidak dapat diprediksi.

Meski demikian Pentagon menekankan bahwa penjualan senjata akan memulihkan kemampuan Taiwan dalam menghadapi ancaman saat ini dan mendatang, serta hal ini akan dilakukan dengan membantu meningkatkan kemampuan Taiwan guna membela zona udaranya dan menjamin keamanan regional. Sementara itu, semakin kuat kemampuan militer Taiwan, tapi tetap tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi militer Cina. Dengan demikian kecil kemungkinan bahwa AS akan bersedia terlibat perang dengan Cina dalam setiap konfrontasi potensial untuk mendukung Taiwan.

Cina menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan kunjungan pejabat Taiwan ke Amerika atau kehadiran pejabat Barat di pulau ini dinilai sebagai pelanggaran prinsip Satu Cina. Oleh karena itu, Beijing sebelumnya telah menekankan bahwa jika diperlukan akan menggunakan kekuatan militer untuk memasukkan Taiwan ke wilayahnya. Sebuah pesan yang dapat menjadi pencegah segala bentuk intervensi AS dalam perang potensial di Selat Taiwan. (MF)