Resmi, Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif Iran-Rusia / Serbia: NATO Siap Berperang
-
Masoud Pezeshkian dan Vladimir Putin
Pars Today - Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa "Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif" antara Iran dan Rusia, yang ditandatangani oleh presiden kedua negara di Moskow pada 21 Desember 2024, mulai berlaku pada Kamis, 2 Oktober 2025.
Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran menambahkan dalam sebuah pernyataan, "Penandatanganan perjanjian ini mencerminkan keinginan pemimpin kedua negara, Iran dan Rusia, untuk mempererat hubungan dan memperkuat ikatan di semua bidang kepentingan kedua negara, berdasarkan rasa saling menghormati, hubungan bertetangga yang baik, dan kepentingan bersama kedua negara."
Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran menambahkan, Perjanjian Kemitraan Strategis Komprehensif Iran-Rusia merupakan titik balik dalam sejarah hubungan kedua negara dan berjanji untuk meningkatkan hubungan persahabatan kedua negara di berbagai bidang kepentingan bersama.
Dokumen penting ini, dengan menentukan bidang dan prioritas kerja sama antara kedua negara, memberikan kerangka kerja yang jelas untuk memperkuat hubungan di berbagai bidang diplomasi, ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, energi, investasi, pertahanan, budaya, dan lain-lain serta memberikan dasar yang diperlukan untuk koordinasi dan sinergi guna memastikan saling menguntungkan, serta upaya bersama untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan menghadapi ancaman dan tantangan yang semakin besar terhadap supremasi hukum di tingkat internasional dan prinsip serta tujuan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Tahanan Armada Global Sumud Flotilla Mogok Makan
Pars Today - Pusat Media Palestina melaporkan dalam laporan berita terkini bahwa Komite Internasional untuk Mematahkan Pengepungan Gaza mengumumkan bahwa sejumlah tahanan dari armada Samud telah berpartisipasi dalam aksi mogok makan tanpa batas waktu sejak saat penangkapan mereka.
Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, komite ini mengonfirmasi bahwa setelah penangkapan dan penahanan awak armada Sumud, beberapa dari mereka telah melakukan aksi mogok makan sejak penangkapan dan akan melanjutkan aksi mogok ini tanpa batas waktu.
Surat kabar Yedioth Aharonot juga melaporkan bahwa otoritas Israel telah memutuskan untuk memulai deportasi para aktivis konvoi Sumud.
Berita ini dipublikasikan satu jam setelah 473 aktivis Armada Global Sumud Flotilla dipindahkan ke penjara Katsiot milik rezim Zionis.
Di sisi lain, laporan menunjukkan bahwa 9 kapal dari "Armada Global Sumud Flotilla” berada 470 mil dari Jalur Gaza dan melanjutkan pergerakan mereka untuk menembus pengepungan Gaza.
Selain itu, kapal "Marinet" dari Armada Global Sumur hanya berjarak 54 mil laut dari pantai Gaza dan melanjutkan rutenya menuju Jalur Gaza.
Presiden Serbia: Anggota NATO Bersiap untuk Perang
Pars Today - Mengacu pada peningkatan anggaran pertahanan negara-negara NATO, Presiden Serbia mengatakan, "Anggota NATO sedang bersiap untuk perang."
Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, Aleksandar Vucic, Presiden Serbia dalam sebuah wawancara hari Kamis (02/20/20250 dengan wartawan mengatakan, Peningkatan anggaran pertahanan negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) merupakan tanda kesiapan menghadapi konflik militer di masa mendatang.
Presiden Serbia menyatakan, “Peningkatan porsi anggaran pertahanan negara-negara anggota NATO menjadi lima persen dari PDB berarti semua pihak bersiap untuk perang. Sekarang hanya masalah siapa yang berada di pihak mana.”
Menyatakan bahwa Serbia ingin menghindari konflik militer, Vucic menegaskan, Kami ingin menghindari perang dan konflik, tetapi ketika anggaran pertahanan meningkat dari 2 persen menjadi 5 persen, ini merupakan tanda yang jelas.
“Peningkatan anggaran militer berarti mengurangi investasi di bidang-bidang seperti pertumbuhan ekonomi, teknologi baru, dan kecerdasan buatan,” imbuh Vucic seraya menyinggung dampak ekonomi dari keputusan ini.
Presiden Serbia kemudian mengritik suasana di KTT pemimpin Uni Eropa, hari Rabu (01/10/2025), di Kopenhagen, Denmark, dengan mengatakan, Tidak ada lagi yang mau mendengarkan siapa pun, semua serius mempersiapkan perang, dan itulah mengapa sulit untuk membicarakan isu-isu lain.
"Kami akan menolak tekanan untuk terlibat dalam konflik internasional," pungkasnya seraya menekankan bahwa Serbia menjalankan kebijakan perdamaian dan stabilitas.(sl)