Mengapa Jepang Kecewa akan Dukungan AS Setelah Unjuk Kekuatan Melawan Tiongkok?
https://parstoday.ir/id/news/world-i181856-mengapa_jepang_kecewa_akan_dukungan_as_setelah_unjuk_kekuatan_melawan_tiongkok
Pars Today - Jepang kecewa dengan sikap diam AS terhadap meningkatnya ketegangan antara Tokyo dan Beijing.
(last modified 2025-12-09T03:11:10+00:00 )
Des 09, 2025 10:09 Asia/Jakarta
  • Donald Trump dan Sanae Takaichi
    Donald Trump dan Sanae Takaichi

Pars Today - Jepang kecewa dengan sikap diam AS terhadap meningkatnya ketegangan antara Tokyo dan Beijing.

Pemerintah Jepang telah menyatakan ketidakpuasannya atas sikap diam relatif pemerintah AS terhadap meningkatnya ketegangan antara Tokyo dan Beijing dan telah mendesak Washington untuk menunjukkan dukungan publik yang lebih tegas terhadap posisi Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi. Ketegangan yang meningkat setelah pernyataannya tentang implikasi keamanan dari kemungkinan serangan Tiongkok di Pulau Taiwan.

Faktanya, setelah unjuk kekuatan melawan Tiongkok dan mengambil posisi yang jelas terkait keamanan Taiwan, Jepang kecewa dengan dukungan serius AS karena mengharapkan Washington untuk berdiri secara terbuka dan tegas bersama Tokyo, tetapi posisi pejabat Amerika telah menciptakan kesan bahwa kepentingan ekonomi dan politik Amerika terkait Tiongkok telah membayangi komitmen keamanannya terhadap Jepang.

Tokyo yakin bahwa pejabat senior pemerintah AS belum cukup jelas dalam mendukung Jepang, terutama setelah Tiongkok bereaksi keras terhadap pernyataan Takaichi. Terkait hal ini, Shigeo Yamada, DutaBbesar Jepang untuk Washington, telah mendesak pemerintahan Trump untuk meningkatkan dukungan publik bagi Tokyo.

Seorang pejabat Jepang, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa Tokyo tidak meragukan loyalitas AS terhadap komitmen keamanannya, tetapi sangat kecewa dengan kurangnya dukungan publik dari para pejabat senior Amerika.

Christopher Johnston, mantan pejabat Gedung Putih untuk Jepang, mengatakan bahwa Washington seharusnya menyambut baik pernyataan Takaichi karena pernyataan itu merupakan pernyataan paling jelas dari seorang Perdana Menteri Jepang tentang komitmen negara tersebut jika terjadi konflik antara Tiongkok dan Taiwan. Namun, selain pesan dari kedutaan besar AS di Tokyo, pernyataan Takaichi hampir sepenuhnya ditanggapi oleh pemerintah AS.

Di AS, satu-satunya dukungan publik yang signifikan datang dari George Glass, Duta Besar AS untuk Jepang, yang bulan lalu mengatakan bahwa Trump dan timnya mendukung Takaichi, tetapi di luar itu, tidak ada dukungan terbuka dari para pejabat senior AS.

Hal ini terjadi setelah Donald Trump memerintahkan timnya untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat membahayakan kesepakatan dagangnya dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping, yang menurut para analis merupakan alasan utama Washington enggan mendukung Tokyo secara terbuka. Washington lebih memilih untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat membahayakan hubungan ekonomi dengan Beijing.

Hubungan antara Beijing dan Tokyo telah menegang sejak Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menyampaikan pernyataan di parlemen pada 7 November 2025. Menanggapi pertanyaan tentang situasi hipotetis aksi militer Tiongkok terhadap Taiwan yang diajukan oleh seorang anggota parlemen oposisi, Takaichi mengatakan bahwa serangan Tiongkok terhadap Taiwan akan menjadi "situasi yang mengancam eksistensi" bagi Jepang dan akan membutuhkan respons dari "Pasukan Bela Diri".

Dengan demikian, menurutnya, serangan Tiongkok terhadap Taiwan dapat menjadi ancaman eksistensial bagi Jepang, dan dalam situasi seperti itu, Tokyo dapat mengerahkan militernya.

Sikap Tokyo yang belum pernah terjadi sebelumnya ini telah memicu respons tajam dari Beijing. Sebagai balasan, Tiongkok telah meminta warganya untuk tidak bepergian ke Jepang dan menangguhkan impor makanan laut dari Jepang. Beijing juga menuntut Takaichi untuk menarik kembali pernyataannya.

Sementara itu, konfrontasi militer dan tindakan provokatif antara kedua pihak juga meningkat. Di bidang militer, jet tempur Tiongkok di dekat Okinawa mengunci radar kendali tembakan mereka pada jet tempur Jepang. Sebuah tindakan yang dianggap sangat berbahaya dan provokatif oleh Tokyo dan telah diprotes keras oleh Beijing terkait hal ini.

Dalam situasi seperti itu, Jepang mengharapkan Amerika Serikat, sebagai sekutu utama dan penjamin keamanannya, untuk mengambil sikap yang jelas dan terbuka dalam mendukung Tokyo. Namun, pemerintah AS hanya mengirimkan pesan dukungan melalui kedutaan besarnya di Jepang, dan para pejabat senior di Washington menolak untuk menyatakan posisi yang jelas.

Situasi ini mengecewakan bagi Jepang. Dalam pandangan Jepang, diamnya Amerika tidak hanya mengirimkan pesan kelemahan kepada Tiongkok, tetapi juga dapat merusak kredibilitas aliansi keamanan Washington-Tokyo di mata publik Jepang dan regional.

Memang, krisis baru-baru ini menunjukkan bahwa Jepang sedang beralih dari "ambiguitas strategis" menuju "kejelasan strategis yang terbatas". Atinya, Jepang lebih dari sebelumnya siap untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam keamanan regional.

Namun, perubahan pendekatan ini membutuhkan dukungan eksplisit dari Amerika, yang dalam praktiknya belum sepenuhnya terwujud. Hal ini membuat Jepang merasa perlu lebih berhati-hati dalam konfrontasinya dengan Tiongkok dan tidak dapat hanya mengandalkan dukungan publik dari Amerika Serikat.(sl)