Amerika Tinjauan dari Dalam, 3 Maret 2019
-
Perundingan antara Trump dan Kim Jong-un di Hanoi
Dinamika Amerika Serikat pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting antara lain: AS mengakui gagal menekan Korut dalam perundingan kedua, dan mantan pengacara Trump membocorkan kebohongannya.
Selain itu, pejabat militer AS mengakui kelemahan menghadapi rudal Rusia, dan The Fed menyodorkan data bahwa perekonomian AS melemah.

AS Akui Gagal Tekan Korut dalam Perundingan Kedua
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un gagal mencapai kesepakatan selama pembicaraan ekstensif mereka pada hari Kamis, 28 Februari 2019.
Saat berbicara pada konferensi pers yang disiarkan televisi di Hanoi, Vietnam, Trump mengakui bahwa dia tidak mencapai kesepakatan dengan Kim mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea.
Dalam konferensi pers usai pertemuan tertutup dengan Kim, Trump mengatakan bahwa dirinya memiliki "waktu yang sangat produktif" selama dialog dengan Kim. Namun dikatakan Trump bahwa tak ada hal yang harus ditandatangani hari ini. Dia menambahan, visi Kim bukanlah visi kami dan Pemimpin Korut telah berjanji bahwa dia tidak akan menguji senjata nuklir apa pun pada tahun ini.
Trump juga menolak permintaan Kim untuk mencabut sanksi terhadap Korut.
"Pada dasarnya, mereka ingin sanksi dicabut seluruhnya, tetapi kita tidak bisa melakukan itu ... kita harus mundur dari perundingan," kata Trump usai perundingan sebagaimana dilansir Reuters, Kamis.
Dalam konferensi pers itu, Kim mengatakan bahwa "dirinya akan melakukan yang terbaik untuk mencapai hasil yang pada akhirnya hebat, bagus."
Sebelumnya, juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan, pertemuan kedua pemimpin berakhir lebih cepat dari rencana dan tanpa adanya kesepakatan.

Sarah Sanders mengumumkan, Presiden Amerika, Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un tidak berhasil mencapai kesepakatan di akhir pertemuan dua hari mereka, Kamis (28/2). Ia juga menegaskan, tidak ada kesepakatan yang dicapai saat ini, tapi masing-masing delegasi berharap bisa bertemu lagi di waktu mendatang
AS dan Korea Utara memiliki pandangan yang bertolak belakang dalam masalah denuklirisasi Korea Utara. AS meminta perlucutan senjata nuklir Korea Utara dan dimulainya proses penghancuran reaktor nuklir utama yaitu Nyongbyon yang akan mendapat konsesi pencabutan sanksi secara bertahap, tapi pihak Korea Utara menolaknya.
Pejabat tinggi Karea Utara berulangkali menegaskan bahwa maksud dari perlucutan senjata nuklir adalah pencabutan payung nuklir AS di Asia Timur dan pencabutan seluruh sanksi ekonomi dan politik terhadap Pyongyang. Tampaknya, Korea Utara tidak ingin melepaskan kartu trufnya, rudal balistik nuklir, yang tidak akan diserahkan begitu saja kepada AS. Para analis politik menilai langkah Pyongyang ini sebagai sikap realistis.
Tampaknya, aksi ilegal dan unilateral AS dalam kebijakan luar negerinya, terutama dalam beberapa bulan terakhir menjadi pertimbangan Pyongyang. Bahkan orang-orang AS sendiri mengakuinya. Tulsi Gabbard, kandidat pertama dari partai Demokrat untuk pilpres 2020 di media sosial mengatakan, "Keluarnya AS dari perjanjian nuklir dengan Iran, dan Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah (INF) sebagai upaya untuk menekan Korea Utara supaya melucuti senjata nuklirnya,".

Mantan Pengacara Trump Bocorkan Kebohongannya
Perselisihan antara Kongres dan Gedung Putih semakin meningkat terutama setelah Michael Cohen berbicara di Kongres mengenai sejumlah isu, termasuk menjawab pertanyaan tentang hubungan antara Trump dan tim pemilihannya dengan Rusia. Para analis politi meyakini isu tersebut akan mendorong presiden AS lebih dekat dengan pengunduran diri atau pemakzulan di tahun 2019.
Michael Cohen, mantan pengacara pribadi Presiden AS Donald Trump, beberapa hari lalu berada di gedung Kongres untuk memberikan keterangan secara terbuka di hadapan sebuah komisi pengawasan DPR mengenai kerajaan bisnis Trump, dan perilakunya selama dan setelah kampanye presiden 2016.
Cohen menyebut Trump seorang rasis, penipu, dan suka bertindak curang. Ia juga mengatakan Trump mengetahui, mengarahkan, dan berbohong mengenai perundingan-perundingan yang dilakukan perusahaannya untuk membangun sebuah gedung pencakar langit di Moskow selama kampanye presiden 2016.
Cohen mengungkapkan, Trump mengetahui bahwa penasehat kampanyenya, Roger Stone, menghubungi pendiri WikiLeaks, Julian Assange, terkait perilisan email-email Komisi Nasional Partai Demokrat (DNC) yang berhasil diretas sebelum WikiLeaks merilisnya ke publik.
Cohen mengatakan, Trump tidak pernah mengira ia akan memenangkan pemilu presiden AS, namun menganggap pencalonan dirinya sebagai peluang pemasaran.
Pernyataannya yang dipersiapkan itu juga merinci pembayaran yang dilakukan Trump atas uang tutup mulut yang dibayarkan Cohen untuk dua perempuan yang mengklaim pernah melakukan hubungan asusila dengan Trump yaitu: bintang film porno Stormy Daniels dan model majalah Playboy Karen McDougal.
Cohen mengatakan, Trump secara pribadi menandatangani 11 cek dari akun bank pribadinya sewaktu ia sudah menjabat presiden, dan bahwa ia akan mengajukan salah satu bukti cek itu kepada komisi DPR AS.
Cohen menyebutkan salah satu bukti potensialnya adalah pembicaraan yang disaksikannya antara Trump dan putranya, Donald Trump Jr. Cohen mengatakan, ia yakin topik pembicaraan itu adalah pertemuan yang berlangsung di Trump Tower yang melibatkan Donald Trump Jr.; menantu Trump dan pensehat senior Gedung Putih, Jared Kushner; manajer kampanye Trump, Paul Manafort; dan seorang pengacara Rusia yang memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia.
Beberapa jam sebelum Cohen memberikan kesaksian terbuka di Kongres, Trump memposkan cuitan di Twitter yang isinya berusaha menjauhkan dirinya dari Cohen.
"Michael Cohen adalah salah satu dari banyak pengacara yang pernah mewakili saya (sayangnya),” tulis presiden. “Ia melakukan hal-hal buruk yang tidak ada kaitannya dengan Trump. Ia berbohong untuk mengurangi masa hukuman penjaranya.”

Pejabat Militer AS Akui Kelemahan Hadapi Rudal Rusia
Kepala Komando Strategis Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, USSTRATCOM mengakui, di masa depan Washington akan kesulitan menghadapi rudal-rudal canggih Rusia. Kepala USSTRATCOM Jenderal John Hyten di hadapan komite pelayanan militer Senat menganggap perpanjangan perjanjian penurunan senjata strategis atau START adalah hal yang urgen.
Hyten juga ingin Rusia tetap bertahan dalam START baru dan Traktat Nuklir Jarak Menengah (INF). START adalah perjanjian yang membatasi hulu ledak nuklir hingga 1.550 buah untuk Amerika dan Rusia.

The Fed: Ekonomi AS Melemah
Salah satu peristiwa paling penting di Amerika pekan lalu adalah pengumuman oleh Gubernur Federal Reserve tentang penurunan pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2019. Jerome Powell mengatakan ekonomi akan tumbuh melambat di tahun 2019, dan bank tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunganya.
Powell dalam pernyataan yang disampaikan di Komisi Perbankan Senat AS menyinggung "sinyal dan arus yang saling bertentangan" telah mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga, dan menimbulkan prospek ekonomi yang tidak jelas. Dia menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS akan berlanjut di tahun 2019, tetapi lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Kekhawatiran tentang eskalasi perang dagang antara AS dan Cina, penurunan pertumbuhan ekonomi AS, dan kekhawatiran bahwa suku bunga bank sentral meningkat menjadi faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat.
Menurut Powell, penutupan layanan pemerintah federal selama 35 hari menyumbang seperempat eskalasi kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi AS. The Fed menaikkan suku bunganya empat kali pada 2018, dan diperkirakan akan naik lebih lanjut pada 2019. Tetapi karena kekhawatiran tentang ekonomi global dan ketidakpastian seputar pemulihan ekonomi AS, The Fed telah menghentikan kenaikan suku bunga saat ini.
Pada 28 Februari lalu, Departemen Perdagangan AS mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi AS sekitar pada kuartal akhir 2018 turun, dan ekspor AS pada kuartal terakhir tahun lalu 2018 juga mengalami penurunnan dibandingkan dengan kuartal ketiga.
Tingkat pertumbuhan PDB AS sekitar dua persepuluh persen pada 2018, yang lebih rendah dari perkiraan Bank of America pada tiga persen. Departemen Keuangan AS juga memperkirakan pertumbuhan ekonominya untuk 2019 Sekitar 2,3 persen.
Penutupan pemerintah federal dalam beberapa hari terakhir tahun lalu telah menunda rilis laporan ekonominya. Namun, banyak indeks sektor industri AS di bulan Januari dan Februari, menunjukkan terjadinya penurunan ekonomi AS akan terus berlanjut dalam empat bulan pertama tahun ini. (PH)