Ketika Eropa Gagal Rangkul Rusia dan Cina Perpanjang Sanksi Senjata Iran
Amerika Serikat sebagai pemimpin kampanye mencegah pencabutan sanksi senjata Republik Islam Iran yang berdasarkan resolusi 2231 Dewan Keamanan akan berakhir pada 18 Oktober 2020. Sementara itu, mitra Eropa Washington meski memiliki sejumlah penentangan terhadap AS, namun dalam kasus ini mereka bergandengan tangan dengan pemerintah Trump.
Upaya besar troika Eropa (Inggris, Prancis dan Jerman) untuk meraih kesepakatan dengan Cina dan Rusia terkait perpanjangan sanksi senjata terhadap Iran masih mengalami kegagalan. Seorang diplomat Eropa kepada Reuters mengatakan bahwa sepertinya upaya menit-menit terakhir Inggris, Prancis dan Jerman untuk meraih kesepakatan dengan Rusia dan Cina demi memperpanjang embargo senjata Iran tetap gagal. Diplomat Eropa yang enggan disebutkan identitasnya tersebut menambahkan, “Tujuan pemerintah Amerika adalah mengakhiri kesepakatan nuklir dengan Iran.”
Sepertinya Eropa, mengingat sidang Dewan Keamanan PBB pada Selasa 11 Agustus 2020 untuk mengkaji draf resolusi usulan Amerika terkait perpanjangan sanksi senjata terhadap Iran, berencana menggandeng Rusia dan Cina sebagai dua anggota timur kelompok 4+1 dan juga dua anggota tetap Dewan Keamanan agar bersedia mengamini permintaan kubu Barat anggota kelompok 4+1 serta Amerika terkait perpanjangan sanksi senjata Iran meski hanya sementara, yakni hingga tahun 2023. Sehingga dengan demikian bagi tuntutan Washington terpenuhi dan juga troika Eropa mampu mempertahankan kesepakatan nuklir JCPOA.
Meski demikian penentangan Rusia dan Cina terhadap permintaan Eropa menunjukkan bahwa Moskow dan Beijing tetap menekankan sikap utamanya terkait pentingnya pencabutan sanksi senjata Iran pada waktu yang ditentukan yakni Oktober 2020 dan juga ilegalnya tuntutan Amerika untuk memperpanjang sanksi ini.
Petinggi kedua negara ini bukan saja di statemen resminya menekankan hal ini, bahkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov di awal Juni 2020 di suratnya kepada Sekjen PBB Antonio Guterres dan anggota Dewan Keamanan, menolak upaya Amerika untuk menjadikan sanksi senjata terhadap Iran bersifat permanen.
Lavrov menjelaskan, “Tidak ada argumen kredibel untuk menggulirkan isu sanksi senjata terhadap Iran di Dewan Keamanan; selain itu, kesepakatan nuklir dan resolusi Dewan satu kesatuan serta tidak dapat dipisahkan; Amerika berkewajiban melaksanakan keputusan Dewan, bukannya melemahkannya dengan aksi-aksi ilegal.”
Sementara itu, petinggi Cina juga berulang kali seraya mengumumkan dukungannya terhadap resolusi Dewan Keamanan dan kesepakatan komprehensif nuklir Iran, menekankan penentangannya terhadap rencana anti Tehran oleh Amerika. Jubir Kemenlu Cina, Wang Wenbin menyatakan, Beijing menentang upaya Washington di Dewan Keamanan untuk memperpanjang sanksi senjata terhadap Tehran.
Faktanya Eropa berada di kubu Amerika terkait kekhawatiran Washington atas dampak pencabutan sanksi senjata Iran dan di luarnya mereka mengklaim ingin mempertahankan JCPOA. Eropa mewakili Amerika ingin menarik dukungan Rusia dan Cina sehingga kedua negara ini akan bergabung dengan kubu mereka terkait penolakan pencabutan embargo senjata Iran. Namun penolakan Moskow dan Beijing menunjukkan bahwa bukan saja keduanya konsisten dengan pendapatnya, bahkan Amerika pada hari Selasa (11/8/2020) mengalami kesulitan untuk meyakinkan bahkan sembilan anggota Dewan Keamanan dari total 15 anggota tetap dan tidak tetap Dewan untuk meratifikasi resolusi usulannya.
Hal ini bahkan diakui oleh pengamat Amerika. Barbara Slavin, anggota Dewan Atlantik di Washington seraya menjelaskan bahwa kebijakan anti Iran pemerintah Trump mengalami kebuntuan dan Pompeo gagal di Dewan Keamanan mengatakan, resolusi usulan Amerika untuk memperpanjang sanksi senjata Iran akan menjadi pertunjukan keterkucilan Trump di Dewan ini.
Pemerintah Trump meski telah keluar dari JCPOA pada Mei 2018 tetap mengancam bahwa jika Dewan Keamanan tidak memperpanjang sanksi senjata terhadap Iran, maka Washington akan menerapkan salah satu butir kesepakatan nuklir, yakni mekanisme penyelesaikan friksi untuk memulihkan seluruh sanksi PBB terhadap Iran. Hal ini telah membangkitkan penentangan Rusia dan Cina, serta bahkan anggota Eropa di Kelompok 4+1. (MF)