Langkah Terakhir Trump Menghadapi Cina Sebelum Tinggalkan Gedung Putih
(last modified Mon, 11 Jan 2021 01:58:57 GMT )
Jan 11, 2021 08:58 Asia/Jakarta

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan pada Minggu (10/01/2021) pagi bahwa semua pembatasan hubungan dengan Taiwan telah dicabut.

"Amerika Serikat telah mengambil tindakan sepihak ini untuk menyenangkan rezim komunis Beijing, yang seharusnya tidak berlanjut lebih lama lagi," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan, mengutip pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah AS pada hubungan dengan Taiwan beberapa dekade lalu.

Berikut beberapa motivasi Trump atas keputusannya menghabiskan hari-hari terakhirnya di Gedung Putih:

Kelly Craft, Duta Besar AS untuk PBB

Pertama, keputusan ini diambil menjelang kunjungan Kelly Craft, Duta Besar AS untuk PBB ke Taiwan minggu depan. Tentu saja, kesiapan Craft untuk melakukan perjalanan ke Taiwan mendapat kecaman dari para pejabat China. Duta Besar Cina untuk PBB memperingatkan bahwa kunjungan utusan AS ke Taiwan seraya mengatakan, Langkah Washington ini bermain dengan api.

Menurut Cina, Taiwan adalah bagian dari wilayah negara ini dan dianggap sebagai isu paling sensitif dalam hubungannya dengan Amerika Serikat. Meskipun ada anggapan bahwa dengan kehadiran Trump sebagai Presiden AS dapat memperbaiki hubungan dengan Cina, tapi langkah-langkah seperti sanksi dan tekanan yang semakin meningkat di bidang ekonomi, keamanan, politik, media, dan penjualan senjata ke Taiwan menyebabkan hubungan kedua negara paling buruk dalam sejarah.

Poin berikutnya adalah pencabutan semua pembatasan hubungan dengan Taiwan oleh Amerika Serikat merupakan langkah terakhir pemerintahan Trump untuk mempertahankan pendekatan ketat ke Cina, yang terjadi sebelum kedatangan Presiden Joe Biden dari Demokrat ke Gedung Putih. Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa pemerintah AS masih menempuh kebijakan mengontrol Cina?

"Amerika Serikat menjadi tempat kekacauan dan kerusuhan pemilu presiden. Terlepas dari keadaan buruk negara-negara di seluruh dunia akibat epidemi Covid-19, Cina berada di jalur kemajuan dan sedang menghidupkan kembali ekonominya dan mengejar tujuan geopolitiknya. Dalam beberapa hari terakhir, Beijing telah menandatangani kesepakatan investasi besar dengan Uni Eropa, yang berpotensi melemahkan kemampuan Washington untuk mengejar ketinggalan dengan Cina," tulis situs CNN pada hari Kamis (07/01/2021).

Selain itu, meskipun tekanan Washington terhadap Beijing mungkin agak berkurang pada akhir era Trump, tapi bukti menunjukkan bahwa hubungan antara kedua negara adalah salah satu masalah tersulit dalam kebijakan luar negeri kedua negara dengan pelantikan pemerintahan baru AS yang dipimpin oleh Joe Biden dari Demokrat.

Sementara itu, Minxin Pei, analis di Chinese Strategic Journal yakin bahwa dasar kebijakan membatasi dan mengontrol Cina di Amerika Serikat tidak akan berubah di pemerintahan Biden. Menurutnya, Cina akan tetap menjadi saingan geopolitik terbesar Amerika, dan kebijakan luar negeri Washington untuk menahan Beijing akan berlanjut di masa depan.

Minxin Pei tidak sendiri dalam hal ini. Wendy Kotler, mantan Wakil Direktur Perwakilan Dagang AS mengatakan, "Kami harus menunggu meningkatnya ketegangan antara AS dan Cina terkait masalah ekonomi, politik, geopolitik, hak asasi manusia, dan isu lainnya terkait masyarakat di tahun-tahun mendatang."

Secara keseluruhan, Cina sedang mempersiapkan diri untuk era pasca-Trump. Namun perubahan dalam kebijakan AS tentang nilai mata uang nasional Cina, penjualan senjata ke Taiwan, penempatan kekuatan militer di laut selatan dan timur Cina, penentangan terhadap pengaruh politik dan keamanan Cina yang berkembang di Hong Kong dan Xinjiang, dan banyak masalah lain yang tertanam dalam kebijakan dan strategi Washington melawan Beijing, bukanlah sesuatu yang akan berubah begitu satu pemerintah pergi, sehingga dapat diprediksi bahwa Cina akan terus memiliki hubungan yang sulit dengan pemerintah baru AS di masa depan.

Amerika Serikat Vs Cina

Tentu saja, manajemen yang cerdik dari pejabat Cina dalam mengekang kebijakan agresif Trump selama empat tahun terakhir, seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara di saat dunia bergulat dengan corona, menegaskan bahwa pejabat pemerintah Cina memiliki cara untuk melawan kebijakan agresif pemerintah AS. Kedatangan dan kepergian berbagai pemerintah di Washington tidak akan mengubah keseluruhan strateginya. Ketidakefektifan kebijakan Trump dalam mengendalikan Cina selama empat tahun terakhir dapat dianalisis dalam konteks ini.