Alasan Pakistan Menolak Pasukan AS
-
Ilustrasi pasukan Amerika Serikat di Afghanistan.
Presiden Pakistan Arif Alvi menegaskan negaranya tidak ingin menampung pasukan Amerika Serikat untuk tujuan operasi militer di Afghanistan.
“Saya tidak punya informasi tentang ini, tetapi kita harus berhati-hati agar Pakistan tidak berubah menjadi pangkalan AS untuk melakukan operasi militer di Afghanistan,” kata Arif Alavi kepada wartawan VOA ketika menanggapi permintaan Gedung Putih agar dapat menambah personel intelijen di Pakistan atau menempatkan pasukannya setelah keluar dari Afghanistan.
Presiden AS Joe Biden sebelumnya mengusulkan pembangunan pangkalan militer di Pakistan untuk memantau Afghanistan.
Presiden Pakistan menyambut rencana penarikan pasukan AS dari Afghanistan hingga 11 September 2021, dan menekankan bahwa Islamabad ingin memainkan peran damai di Afghanistan.
Penolakan Pakistan terhadap kehadiran pasukan AS di wilayahnya menunjukkan bahwa Islamabad tidak mau menanggung konsekuensi dari kerja sama yang tidak biasa dengan Washington.
Media-media regional mulai mengangkat isu tentang rencana pemindahan pasukan AS ke Pakistan setelah Washington dan Taliban menandatangani perjanjian damai pada Februari 2020, yang mencakup penarikan pasukan AS Afghanistan.
Rencana tersebut juga mendapat sorotan di Afghanistan, di mana sejumlah anggota parlemen memprotes pemindahan peralatan militer AS ke Pakistan setelah pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
Menurut para pejabat Kabul, Afghanistan dan AS sepakat bahwa peralatan militer akan diberikan kepada tentara Afghanistan setelah penarikan, dan saat ini muncul kekhawatiran bahwa Washington akan melanggar kesepakatan dan mentransfer peralatan tersebut ke Pakistan.
Biden baru-baru ini mengatakan penarikan pasukan AS dari Afghanistan ditunda hingga setidaknya September 2021. Di sini muncul pertanyaan, apakah AS benar-benar akan menarik pasukannya dari kawasan atau hanya memindahkan mereka ke negara lain?
Komentar presiden Pakistan memperkuat spekulasi bahwa AS berniat menggunakan wilayah Pakistan untuk menyebarkan pasukan atau melakukan operasi intelijen skala besar setelah keluar dari Afghanistan. Hal ini tentu akan menimbulkan konsekuensi politik dan keamanan bagi Islamabad.
Kehadiran pasukan AS di Pakistan akan mendorong kelompok-kelompok teroris untuk mengobarkan pertempuran dan kekerasan, dan hal ini dapat memiliki implikasi keamanan yang serius bagi Islamabad. Presiden Arif Alvi menyadari konsekuensi ini dan menyatakan penentangannya terhadap rencana penempatan pasukan AS di negaranya.
Mengingat pemicu utama kekerasan Taliban di Afghanistan selama dua dekade terakhir adalah kehadiran pasukan AS dan NATO, Presiden Arif Alvi khawatir bahwa kehadiran intelijen dan pasukan AS akan mendorong Taliban Pakistan mengobarkan perlawanan dan membuat negara itu semakin tidak aman. (RM)