Lintasan Sejarah 1 Juli 2021
Hari ini Kamis, 1 Juli 2021 bertepatan dengan 20 Zulkaidah 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 10 Tir 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Wafatnya Penyair Maroko, Abu Zayd Al-Qayrawani
986 tahun yang lalu, tanggal 20 Dzulqadah 456 HQ, Abu Zayd al-Qayrawani, penyair Maroko meninggal dunia pada usia 66 tahun.
Abu Muhammad Abdullah ibn Abi Zayd al-Qayrawani adalah seorang penyair, sastrawan dan kritikus Maroko yang lahir pada tahun 390 HQ. Abu Zayd al-Qayrawani sejak kecil telah mempelajari syair dan sastra serta ilmu-ilmu lainnya. Demi mempelajari lebih dalam kepada para ilmuwan besar, ia kemudian pindah ke kota Qayrawan yang terletak di selatan Tunisia yang pada masa itu menjadi pusat peradaban Islam di Afrika Utara dan Andalusia.
Setelah memperdalam kemampuannya di bawah bimbingan guru-guru hebat, Abu Zayd al-Qayrawani mampu meningkatkan kemampuannya di bidang puisi dan sastra. Syair-syair al-Qayrawani dari sisi makna, pujian, deskripsi dan gazal merupakan gambaran dari tahapan kehidupan sosial dan sastranya.
Di sisi lain, al-Qayrawani juga menciptakan metode baru di bidang kritik sastra. Sebelumnya, kritik sastra hanya sampai pada pengantar dan penjelasan, al-Qayrawani mengubah kritik sastra hingga menjadi satu mazhab pemikiran di bidang ini.
Abu Zayd al-Qayrawani banyak meninggal karya dalam bentuk manuskrip dan sebagian telah dicetak dan diterbitkan. Kebanyakan karya mengulas tentang jenis-jenis puisi dan para penyair Qayrawan.
Ayatullah Sayid Hassan Mousavi Bojnourdi Wafat
46 tahun yang lalu, tanggal 10 Tir 1354 HS, Ayatullah Sayid Hassan Mousavi Bojnourdi meninggal dunia di usia 80 tahun di kota Najaf dan dimakamkan di sisi gurunya Sayid Abolhassan Isfahani.
Sayid Ulama wa Mujtahidin Ayatullah Mirza Hassan Mousavi Bojnourdi yang dikenal dengan Sayid Agha Bozourg lahir di sebuah desa Bojnourd, provinsi Khorasan dan besar di sana. Setelah itu beliau pergi ke Mashad dan belajar ilmu-ilmu aqli dan naqli dari guru-guru besar seperti Sheikh Agha Bozourg Hakim, Mirza Mohammad Ayatullahzadeh Khorasani dan Adib Neishabouri awwal.
Menginjak usia 27 tahun, Sayid Agha Bozourg pergi ke Najaf, Irak untuk melanjutkan pendidikan agamanya. Di sana beliau belajar pada guru-guru besar seperti Sayid Abolhassan Isfahani, Mirza Naini dan Agha Dhiyauddin al-Iraqi. Sayid Agha Bozourg terkenal memiliki hapalan yang luar biasa dan penguasaannya sangat luas akan sastra Persia dan Arab, filsafat, teologi, tafsir, hadis, fiqih dan ushul fiqih. Dengan kemampuannya ini, beliau segera disejajarkan dengan pengajar dan mujtahid Najaf.
Setelah meninggalnya Ayatullah Boroujerdi pada 1340 Hs, beliau menjadi marji terbesar Syiah di seluruh dunia, tapi beliau mengesampingkan posisi itu karena beliau merasa dirinya sebagai seorang filsuf yang bebas dan faqih yang punya kebebasan berpikir. Dengan penuh kesederhanaan, beliau memilih menjadi peneliti, penulis dan pengajar.
Ayatullah Bojnourdi menciptakan metode baru untuk pendidikan mujtahid dan sebagai dasarnya beliau mengusulkan kaidah fiqih. Setelah menjelaskan dalil dan sejarah terbentuknya kaidah itu, beliau lalu menerapkannya dalam kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini sangat berperan besar dalam proses pendidikan dan kemajuan seorang calon mujtahid. Beliau kemudian mengumpulkan metode ini dalam sebuah buku al-Qawaid al-Fiqhiyah dalam 7 jilid. Buku ini merupakan referensi terpenting dan terperinci mengenai Kaidah Fiqih Syiah yang pernah ditulis selama ini.
Kuliah Ayatullah Bojnourdi di Najaf dihadiri banyak ulama dan beliau sendiri memiliki hubungan dengan pusat-pusat keilmuan dunia Islam seperti Universitas al-Azhar, Mesir. Beliau meninggalkan banyak karya tulis tak ternilai seperti Qaulnaqi al-Hikmah yang terhitung sebagai syarah terbaik buku al-Asfar al-Arba'ah Mulla Sadra, Muntahal Ushul, catatan pinggi buku al-Urwah al-Wutsqa dan Dzakhirah al-Ma'ad.
Hongkong Dikembalikan ke Cina
24 tahun yang lalu, tanggal 1 Juli 1997, Inggris mengembalikan Hongkong kepada Cina setelah menguasainya selama 155 tahun.
Hongkong yang merupakan sebuah pulau di tenggara Cina diduduki Inggris sejak tahun 1842 dalam era Perang Candu. Melalui berbagai usaha diplomatik, Cina berusaha untuk merebut kembali Hongkong.
Akhirnya pada tahun 1898, Inggris menandatangani perjanjian akan mengembalikan Hongkong kepada Cina 99 tahun kemudian. Pada 1985, Inggris dan Cina kembali menandatangani kesepakatan yang menetapkan tanggal penyerahan Hongkong kepada Cina, yaitu tanggal 1 Juni tahun 1997.