Jan 20, 2022 10:21 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 20 Januari 2022

Muhaddis Mirza Hossein Nouri Wafat

123 tahun yang lalu, tanggal 27 Jumadil Tsani 1320 HQ, Mirza Hossein Nouri meninggal dunia di usia 66 tahun dan dikebumikan di Najaf, Irak.

 

Mirza Hossein bin Muhammad Taqi bin Muhammad Ali Nouri Mazandarani yang lebih dikenal dengan Mirza Hossein Nouri lahir di kota Nour, Mazandaran pada 1254 Hq. Mirza Nouri merupakan ahli hadis, faqih, mufassir dan penyair. Beliau pernah menuntut ilmu kepada Sayid Mahdi Qazvini. Mirza Hossein Nouri juga belajar kepada guru-guru besar untuk memperdalam hadis seperti Agha Bozourgh Tehrani, Sheikh Abbas Qommi, Muhammad Husein Kasyif al-Ghitha dan Sayid Syarafuddin Amili.

 

Mirza Nouri sangat berperan menyebarkan prinsip-prinsip mazhab syiah dan hadis-hadis para Imam as. Beliau juga dikenal dengan keutamaannya dalam beribadah dan ketakwaan.

 

Sebagian dari karya beliau adalah Ma'alim al-Shabar, Jannah al-Ma'wa dan Nafas al-Rahman fi Fadhail Salman. Mirza Nouri memiliki perpustakaan yang lengkap dan sulit dicari bandingannya di Iran dan Irak dari sisi kuantitas dan kualitas. Tetapi koleksi perpustakaannya ini tercerai berai sepeninggal beliau.

 

Mirza Nouri merupakan ayah dari istri Syahid Sheikh Fadhlullah Nouri, seorang ulama pejuang di masa Revolusi Konstitusi dan kebanyakan dari buku-buku berharga beliau berada pada anak-anak Sheikh Fadhlullah Nouri. Kemudian sebagian dari buku-buku ini dibeli oleh Ayatullah Boroujerdi dan diletakkan di perpustakaan beliau di Najaf, Irak.

 

Letjend MT. Haryono Lahir

 

98 tahun yang lalu, tanggal 20 Januari 1924, Letnan Jenderal ANM. MT. Haryono dilahirkan di Surabaya.

 

Letjend MT. Haryono kemudian bergabung dengan Pembela Tanah Air (Peta). Setelah kemerdekaan diproklamasikan MT. Haryono bersama teman-temannya turut mengambil bagian dalam merebut senjata dari tangan Jepang.

 

Strategi diplomasi yang dijalankan pemerintah pada masa-masa awal kemerdekaan menyebabkan seringnya perundingan dengan pihak Inggris dan Belanda. Dalam perundingan-perundingan tersebut diperlukan orang yang mahir berbahasa asing dan karena itulah kemampuan MT. Haryono terpakai.

 

Maret 1946 ia ditunjuk sebagai Sekretaris delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda di Jakarta. Setelah itu ia diangkat sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Negara di Yogyakarta dan kemudian pada Juli 1946 dipercayakan sebagai wakil tetap Kementrian Pertahanan urusan Gencatan Senjata. Ia dikenang sebagai Pahlawan Revolusi.

 

Imam Khomeini Memastikan Diri Akan Kembali ke Iran

43 tahun yang lalu, tanggal 30 Dey 1357 HS, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini mengumumkan tekad bulatnya untuk kembali ke Iran dari pengasingannya di Paris.

 

Berita ini langsung tersebar ke seluruh penjuru Iran dan disambut dengan suka cita oleh rakyat Iran yang sudah lama muak diperintah oleh rezim diktator Shah Pahlevi. Di mana-mana, rakyat sudah mulai membicarakan tata cara penyambutan atas kepulangan pemimpin agung mereka.

Di sisi lain, antek-antek Shah adalah pihak yang paling gelisah dan cemas dengan keputusan kembalinya Imam ke Iran ini. Sebagian memutuskan untuk mengundurkan diri, sebagiannya lagi memutuskan untuk menyingkir ke luar negeri.

 

Ada pula pihak-pihak tertentu yang tetap meneruskan aksi-aksi represifnya terhadap rakyat Iran. Akan tetapi, apapun tindakan yang diambil oleh antek-antek kerajaan, tidak ada satupun yang mampu menghalangi gelombang dahsyat Revolusi Islam Iran.