Jul 01, 2016 13:44 Asia/Jakarta

Bulan suci Ramadan merupakan momentum istimewa untuk mengenalkan ajaran agama dan menanamkan nilai-nilainya dalam diri anak-anak.Kehadiran mereka di masjid dalam shalat Jamaah dan menghadiri acara pembacaan ayat suci al-Quran dan acara doa, mengajak anak-anak membantu menyiapkan buka puasa dan makan sahur, merupakan pengenalan untuk menghidupkan nilai-nilai keislaman dalam diri anak-anak.

Yang lebih penting dari itu, bagaimana mengenalkan anak-anak dengan ajaran agama dan apa tanggung jawab yang diemban orang tua dalam masalah ini.

 

Agama Islam sangat menganjurkan untuk melatih ibadah bagi anak-anak. Terkait hal ini, Imam Shadiq berkata, "Di sebagian hari, ajaklah anak-anak untuk berpuasa. Tapi ketika terlihat rasa lapar dan haus melilitnya, perintahkan mereka untuk berbuka puasa."

 

Mengajarkan puasa kepada anak-anak tidak boleh menyengsarakan mereka, dan harus disesuaikan dengan kemampuannya. Latihlah anak untuk berpuasa dan shalat serta ibadah lainnya secara bertahap. Pada tahap awal ajak mereka makan sahur, kemudian berilah makan siang sebagai buka puasa, biarkan mereka melanjutkan puasa lagi disesuaikan dengan kemampuan fisiknya. Lambat laun, anak akan terbiasa untuk menjalankan puasa sebagaimana orang dewasa yang meyakininya sebagai kewajiban ilahi.

 

Salah satu sarana yang tepat untuk mengenalkan anak-anak dnegan masjid dan masalah keagamaan adalah bulan suci Ramadan. Berkaitan dengan masalah ini, Syahid Muthahhari berkata,"...pengalaman membuktikan jika anak-anak tidak dikenalkan dengan masjid, jika mereka tidak berkumpul dan mengerjakan shalat berjamaah, maka mereka didukung untuk mengerjakannya. Padahal prinsipnya kehadiran bersama orang lain merupakan stimulus bagi manusia. Orang dewasa pun jika beribadah berjamaah memiliki semangat yang lebih besar untuk beribadah. Tentu saja anak-anak lebih terpengaruh..."

 

Mengenalkan anak-anak dan remaja dengan masjid dan tradisi ibadah berjamaah di masjid merupakan kewajiban orang tua. Ketidakhadiran anak-anak di masjid dan tidak tumbuhnya kecintaan mereka terhadap tempat ibadah ini akan menyebabkan mereka lambat laun semakin menjauh dari agama. Oleh karena itu, orang tua harus mengenalkan mereka dengan masjid secara bertahap dan tidak melelahkan mereka. Selain itu, kehadiran anak-anak dalam tradisi keagamaan sangat penting seperti berbuka puasa dan makan sahur, dengan mengajak mereka mempersiapkannya. Kehadiran anak-anak di masjid untuk menunaikan shalat dan menghadiri acara keagamaan membutuhkan teladan dari orang tua. Selain itu, mereka juga butuh dukungan seperti pujian dan hadiah yang akan mendorong mereka rajin beribadah.

 

Salah satu pelajaran penting dan berpengaruh dari bulan suci Ramadan adalah persahabatan dan kasih sayang terhadap sesama. Berpuasa mengajarkan manusia untuk saling berbagi dengan sesama. Sejatinya, ketika berpuasa kita merasakan penderitaan orang lain yang kelaparan. Pengalaman merasakan lapar bersama ini diharapkan akan meningkatkan empati dan kepekaan terhadap penderitaan yang dialami oleh sesama manusia.

 

Dalam hidup ini, ada sebagian orang yang menderita penyakit parah dan kritis. Sebagian orang menghadapi bencana. Tapi penderitaan yang paling luas di dunia modern dewasa ini adalah kelaparan. Orang tidak boleh menyakiti dirinya sendiri dengan melaparkan diri di luar puasa yang telah ditetapkan dalam ketentuan agama. Sebab, dalam ajaran Islam, haram hukumnya menyakiti diri sendiri dan orang lain. Tapi di bulan suci Ramadan, Allah Swt justru mewajibkan Mukmin untuk berpuasa supaya bisa merasakan penderitaan orang-orang yang kelaparan. Jika tidak ada bulan suci Ramadan, barangkali orang kaya tidak bisa merasakan pedihnya lapar dan dahaga.

 

Dengan berpuasa semua orang diajak untuk merasakan penderitaan orang lain dan berempati untuk saling berbagi dan menyayangi sesama. Terkait hal ini, Nabi Muhammad Saw dalam khutbah Syabaniah menjelaskan keutamaan berpuasa di bulan suci Ramadan. Beliau bersabda, "Pada bulan [Ramadan] ini diri kita merasakan lapar dan dahaga yang akan mengingatkan kita kepada lapar dan dahaga di hari Kiamat kelak. Bantulah orang miskin dan yang membutuhkan pertolongan." Selain itu, Rasulullah juga bersabda, "Wahai manusia! Barang siapa dari kalian yang berpuasa dan memberikan makanan berbuka kepada orang lain, maka pahalanya sama seperti membebaskan budak dan dosa kalian akan diampuni."

 

Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, "Wahai Rasulullah, bagaimana jika tidak mampu memberikan makanan untuk berbuka kepada orang lain?" Beliau menjawab, "Selamatkan diri kalian dari api neraka. Meskipun sedikit dengan sebutir kurma atau separuhnya atau segelas air kepada orang yang berpuasa maka akan mendapatkan pahala yang besar." Dari sini jelas kiranya bahwa berpuasa mengajarkan manusia untuk peduli dan membantu sesama setelah merasakan penderitaan orang yang lapar dan dahaga. Mengenai sebab berpuasa, Imam Shadiq berkata, "Allah Swt mewajibkan berpuasa untuk menciptakan persamaan di antara sesama makhluk."

 

Suatu hari Nabi Ibrahim as keluar dari rumahnya menuju gurun dan pantai untuk menyaksikan keindahan alam ciptaan Allah Swt. Dalam hatinya, Nabi Ibrahim berkata, "Seluruh makhluk yang beraneka ragam, bunga yang bermekaran, kicauan burung, air dan pepohonan serta gunung, akan mengenalkan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bertasbih kepada-Nya.Tapi mengapa manusia tidak meninggalkan penyembahan terhadap berhala."

 

Ketika tenggelam dalam pemikiran, seketika matanya mengarah kepada manusia yang sedang menunaikan shalat. Lalu, Ibrahim mendekati orang itu. Setelah ia selesai shalat, Ibrahim bertanya kepadanya, "Kepada siapa engkau menyembah?

 

Ia menjawab, "Aku menyembah Tuhan."

 

Kemudian Ibrahim kembali bertanya. "Siapa Tuhan?"

 

Ia menjawab, "Tuhan yang menciptakan aku dan dirimu."

 

Ibrahim mengetahui Tuhan sejati yang disembah. Ia berkata kepadanya, "Aku menyukaimu, menyukai caramu. Bolehkan aku mengetahui di mana rumahmu, supaya aku bisa berkunjung?

 

Abid tersebut menjawab, "Rumahku melewati laut, engkau tidak bisa menuju ke sana".

 

Ibrahim balik bertanya, "Bagaimana engkau melewati air?"

 

"Aku meminta kepada Tuhan supaya bisa berjalan di atas air dan tidak tenggelam," jawab sang Abid.

 

Ibrahim menukas, "Barangkali Tuhan akan menganugerahkan kepadaku bisa berjalan di atas air, dan malam ini aku bisa mengunjungi rumahmu."

 

Lalu abid itu berdiri dan berjalan bersama Ibrahim hingga mendekati laut. Kemudian abid itu mengucapkan nama Tuhan dan berjalan di atas air. Lalu, Ibrahim melakukan hal yang sama dan ia pun berjalan di atas air hingga sampai di rumah abid itu.

 

Ibrahim bertanya, "Apa makananmu?"

 

Abid itu menunjuk pohon, seraya berkata, "Aku mengumpulkan buah dari pohon ini dan cukup untuk hidup setiap tahun,".

 

Ibrahim bertanya, "Hari apa yang paling besar?"

 

Abid menjawab, "Hari ketika Tuhan menghitung amal seluruh makhluk dan memberikan ganjaran sesuai perbuatannya masing-masing".

 

Ibrahim kembali berkata,"Kemarilah kita berdoa bersama supaya orang-orang Mukmin diselamatkan dari kesulitan."

 

"Sudah tiga tahun doaku tidak dikabulkan oleh Tuhan. Aku tidak mau berdoa lagi", ujar sang abid.

 

Ibrahim menimpali, "Jangan putus asa. Terkadang Tuhan sangat mencintai makhluknya, tapi doanya tidak dikabulkan dalam waktu singkat supaya ia terus bermunajat kepada Tuhan. Sebaliknya, terkadang Tuhan cepat mengabulkan doa orang yang dimurkainya. Oleh karena itu, jangan berputus asa dan tetap berdoa. Kalau boleh tahu, apa doamu?"

 

Abid menjawab, "Suatu hari aku shalat. Ketika itu mataku tertuju ke arah seorang remaja dengan wajah berseri-seri dan beberapa sapi yang digembalainya. Kulit sapi itu dibalur minyak sehingga mengkilat. Bersamanya ada beberapa kambing. Aku berjalan menuju ke arahnya sambil berkata, siapa namamu?" Ia menjawab, "Aku putra Ibrahim Khalil". Kini, selama tiga tahun aku memohon kepada Tuhan supaya dipertemukan dengan Ibrahim dan kini doaku dikabulkan.

 

Ibrahim menjawab, "Ya, aku adalah Ibrahim dan remaja itu adalah anakku.

 

Mendengar jawaban itu, abid mengangkat tangannya dan mencium Ibrahim. Ia berkata, "Aku bersyukur kepada Tuhan karena doaku dikabulkan.

 

Ketika itu, Ibrahim memohon abid untuk mendoakan seluruh mukmin dan ia mengamininya.