Pesona Iran yang Mendunia (34)
Abul Hassan Kasai Marvazi dilahirkan tahun 341 Hijriah di kota Merv yang saat itu merupakan bagian dari Khorasan raya, di wilayah timur Iran. Di tanah kelahirannya pula, Kasai menimba ilmu pengetahuan. Lembaran sejarah Iran menunjukkan Merv merupakan kota yang memiliki kedudukan tinggi di bidang budaya dan peradaban. Situs kuno Merv termasuk dalam deretan kota warisan budaya dunia UNESCO.
Survei arkeologi di Merv mengungkapkan jejak panjang kehidupan desa hingga milenium ketiga sebelum masehi. Kota budaya ini bagian dari Kompleks arkeologi Baktria-Margiana. Legenda Persia menyebutkan, Merv yang bernama Mouru di antara enam belas tanah sempurna yang diciptakan oleh Ahura Mazda.
Di bawah dinasti Achaemenid, Merv merupakan kota penting. Dengan nama Margu, Merv sebagai bagian dari salah satu satrapi dalam prasasti Behistun (515 SM) dari raja Persia Darius Hystaspis. Kota pertama dari Merv didirikan pada abad ke-6 SM sebagai bagian dari ekspansi ke wilayah ini oleh Kekaisaran Achaemenid dari Cyrus Agung (559-530 SM).
Di era Islam, Merv menjadi kota penting di era Abbasiah. Keluarga berpengaruh Barmakid berbasis di Merv, dan memainkan peran penting dalam mentransfer pengetahuan Yunani yang didirikan di Merv sejak zaman Seleucid dan Greco-Bactrians ke dunia Arab.
Sepanjang era Abbasiah, Merv tetap menjadi ibukota sekaligus kota paling penting Khurasan. Sejarawan Arab Al-Muqaddasi menyebut Merv sebagi kota yang "menyenangkan, baik, elegan, brilian, dan luas". Arsitektur Merv disebut-sebut memberikan inspirasi bagi dinasti Abbasiah untuk perencanaan ulang Baghdad.
Pada periode 813-818 M, Khalifah Mamun menjadikan Merv sebagai ibukota dunia Islam. Selama periode ini, Merv, seperti Samarkand dan Bukhara, adalah salah satu kota besar para sarjana Muslim. Sejarawan terkenal Hamawi Yaqut belajar di perpustakaan tersebut. Merv menghasilkan sejumlah cendekiawan di berbagai cabang pengetahuan, seperti hukum Islam, hadis, sejarah, dan sastra. Setelah khalifah Abbasiah melemah, kekuasaan Merv digantikan oleh dinasti Tahirid, lalu Saffarid, Samaniah dan kemudian Ghaznawi.
Merv di masa Kasai merupakan surga bagi para seniman dan penyair. Ketika itu terdapat perpustakaan besar yang dipindahkan dari Ctesiphon ketika Yazdegerd mengalihkan pusat pemerintahannya ke kota itu. Menurut penjelasan sejarawan abad ketujuh, Yaqut Hamawi, Merv memiliki beberapa perpustakaan besar dan salah satunya ayang didirikan oleh pemerintahan Samanid. Para peneliti dan ilmuwan memanfaatkan perpustakaan kota Merv untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan.
Kota Merv yang didukung berbagai fasilitas kebudayaan menjadi tempat yang kondusif bagi para penyair. Pada abad ketiga dan keempat Hijriah, muncul para penyair terkemuka dengan dukungan Amir Samanid yang memiliki perhatian besar terhadap bahasa Farsi dan kebudayaan Iran. Di antaranya, adalah Masoud Marvazi yang merupakan penyair pertama menyusun epik para raja Persia. Selain itu ada Abu Nasir Marghazi dan deretan nama besar lainnya.

Abu Nasir Kasai lahir di kota Merv yang saat itu menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya sastra Persia, terutama syair Farsi. Di kota Merv pula ia terkenal sebagai seorang penyair terkemuka dinasti Samanid. Sebagian kehidupan Kasai bersamaan dengan melemahnya pemerintahan Samanid. Kondisi tersebut mempengaruhi kehidupan dan karya syairnya.
Pada awalnya, Kasai merupakan penyair madah, berisi pujian terhadap istana, yang mendapat perhatian besar dari dinasti Samanid.Tapi kemudian Kasai mengubah keyakinannya setelah dinasti Samanid berakhir. Setelah itu, ia menempuh kehidupan zuhud, dan hanya membuat puisi pujian kepada Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya.
Seluruh karya puisi Kasai masih bisa disaksikan hingga abad keenam Hijriah. Tapi kemudian setelah itu lenyap dan hanya tersisa sebagian saja yang tercerai-berai. Tapi penjelasan para sejarawan yang melihat dan membaca divan Kasai menyatakan bahwa "Seluruh karyanya berisi pujian terhadap Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Baitnya". Ufi dalam kitabnya Lubab al-Albab mengatakan, "kebanyakan syairnya mengenai zuhud dan keutamaan Ahlul Bait".
Karya puisi Kasai dengan baik menunjukkan bahwa penyusunnya memiliki keahlian dalam menjelaskan makna dan tamsil. Para ahli sastra menilai Kasai sebagai pelukis alam yang mahir dengan puisinya. Mereka meyakini keahlian tersebut menjadikan Kasai terkenal dan senantiasa dikenang sepanjang sejarah.
Diksi yang dipakai Kasai menggunakan kata-kata yang sederhana tapi menawan dan memiliki makna yang dalam. Misalnya Kasai menggunakan subuh, narges, nilovar, ghazrah baran dan lainnya. Terkait hal ini, peneliti sastra Persia terkemuka almarhum Badi al-Zaman Furuzanfar menulis, "Kasai termasuk penyair besar. Oleh karena itu dari sekian syairnya yang sedikit kita bisa mengetahui keluasan pemikiran, ketajaman imajinasi, dan kefasihan gaya bahasanya. Syair Kasai dari sisi ketelitiannya dan kelembutannya nyaris sempurna dan di bidang ini sangat sedikit yang bisa menandinginya. Nasir Khosro berulang kali menyebut nama Kasai, dan dalam susunan menyatakan perbedaan sikapnya".
Shafeie Kadkani dalam bukunya "Sour Hiyal (formasi Imaji)" menjelaskan mengenai Kasai. Ia menulis, "Dari sisi formasi imaji dan deskripsi, terutama mengenai alam, syair Kasai merupakan yang terbaik sekaligus juru bicara di abad keempat. Amat disayangkan sebagian dari karya syairnya lenyap dan hanya tersisa beberapa saja. Tapi sekian syair yang tersisa tersebut, kita menyaksikan karya paling sempurna penyair abad keempat".
Selain memiliki kemampuan deskriptif yang indah, Kasai juga fasih memberikan nasehat dengan cara yang menawan dan elegan yang menjadi karakteristik syairnya abad keempat. Syair Kasai selain religius juga memiliki keindahan sastranya. Dari sisi sejarah sosial Iran, kehidupan Kasai dan karyanya merekam dinamika pemikiran di Khorasan abad keempat yang hingga kini menjadi bahan kajian menarik bagi para peneliti.