Lintasan Sejarah 25 Januari 2018
Hari ini, Kamis tanggal 25 Januari 2018 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 7 Jumadil Awal 1439 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 5 Bahman 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.
Ibn Ghalbun Meninggal Dunia
1050 tahun yang lalu, tanggal 7 Jumadil Awal 389 HQ Ibn Ghalbun, Qari dan muhadis terkenal meninggal dunia.
Ibn Ghalbun lahir pada tahun 309 Hijri di kota Halab Suriah tetapi memilih Mesir sebagai tempat tinggalnya. Dia memanfaatkan ilmu dari banyak ulama besar dan pakar hadis pada zamannya. Tak lama kemudian ia pun berhasil menjadi seorang guru besar hadis.
Pakar hadis muslim ini telah melahirkan pandangan tentang pembacaan Al Quran. Pelbagai pandangan itu kemudian dihimpun oleh muridnya, Makki bin Abi Thalib dalam bukunya yang berjudul Al-Kashaf.
Karya utama Ibnu Ghalbun ialah Al-Arsyad yang berisi tentang tujuh metode pembacaan Quran.
Ayatullah Mirza Jamaluddin Kalbasi Wafat
86 tahun yang lalu, tanggal 5 Bahman 1310 HS, Ayatullah Mirza Jamaluddin Kalbasi meninggal dunia pada di kota Isfahan dan dikuburkan di pekuburan Takht-e Foulad.
Ayatullah Mirza Jamaluddin Kalbasi anak dari Ayatullah Mirza Abolmaali Kalbasi yang merupakan keluarga ulama. Ia lahir di kota Isfahan.
Setelah menyelesaikan pendidikan agama tingkat dasar dan menengah pada ayahnya, ia kemudian pergi ke kota Najaf al-Asyraf untuk melanjutkan pendidikannya. Mirza Jamaluddin selama di Najaf belajar kepada ulama besar seperti Akhond Khorasani dan selama bertahun-tahun belajar di sana, ia kembali ke kota kelahirannya, Isfahan. Ia kemudian mengajar di sana dan banyak pelajar agama yang kemudian hari menjadi ulama besar belajar darinya.
Ayatullah Kalbasi menjalani kehidupannnya dengan sangat sederhana dan tidak tertawan oleh keindahan dunia. Ia banyak meninggalkan karya ilmiah seperti Talkhis Ilahiah dalam ilmu astronomi dan buku Ushul Fiqih.
Hamas menang dalam pemilu
12 tahun yang lalu, tanggal 25 Januari 2006, Gerakan perlawanan Islam Palestina (HAMAS), berhasil meraih kemenangan dalam pemilu Palestina, meski baru pertama kali tampil sebagai peserta pemilu.
Dalam pemilu ini, kendati media-media massa Barat dan rezim Zionis Israel gencar melontarkan propaganda gelap anti-Hamas, namun gerakan perjuangan Palestina ini mampu menguasai 76 kursi parlemen dari 132 kursi yang diperebutkan. Dengan kemenangan tersebut, Ismail Haniyah terpilih sebagai perdana menteri Pemerintah Otorita Palestina. Haniyeh juga mengumumkan rencananya untuk membentuk pemerintah persatuan nasional Palestina, yang akan diikuti juga oleh Organisasi Pembebasan Palestina.
Namun rezim Zionis Israel dan sejumlah negara-negara Barat, khususnya AS terus berupaya menumbangkan pemerintah demokratis Hamas, dengan beragam tekanan ekonomi, politik, militer, dan propaganda, lantaran Hamas tidak mengakui eksistensi rezim Zionis Israel. Tentu saja, upaya destruktif rezim Zionis dan Barat ini, bertentangan nyata dengan slogan demokrasi dan HAM yang selalu mereka promosikan. Barat, khususnya AS, justru lebih memilih kepentingan haram Tel Aviv dan mengabaikan penderitaan rakyat Palestina.