May 25, 2019 16:18 Asia/Jakarta
  • kemjuan teknologi kedokteran Iran
    kemjuan teknologi kedokteran Iran

Para peneliti Universitas Jiroft dan Kerman Iran, dalam sebuah penelitian, memproduksi sejenis nanokatalis yang bahan dasarnya berasal dari jenis tumbuhan obat. Nanokatalis ini dapat digunakan dalam industri produksi bahan kimia.

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.

Katalis juga merupakan bagian tak terpisahkan dari industri produksi bahan kimia. Menurut keterangan salah satu peneliti, tujuan proyek penelitian ini adalah memanfaatkan tumbuhan untuk memproduksi katalis.

Penggunaan bahan alami untuk mengekstraksi selulosa sebagai dasar katalis di tahap awal, menyebabkan penurunan biaya proses sintesis kimia, dan pada tahap berikutnya, penurunan pencemaran lingkungan hidup.

Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Carbohydrate Polymers pada tahun 2018.

Salah seorang peneliti di Universitas Azad Eslami Iran, berhasil menciptakan perancah kalsium sulfat yang dilapisi dengan nanosilica, dan menggunakan metode print tiga dimensi.

Menurut pelaksana proyek penelitian ini, sekarang populasi penduduk berusia menengah sedang mengalami pertumbuhan, oleh karena itu cedera jaringan tulang banyak terjadi, di sisi lain pendonor juga jumlahnya sangat sedikit.

Di sinilah pembuatan perancah dengan metode-metode rekayasa jaringan dapat membantu para pasien. Menurut para peneliti, banyak metode pembuatan perancah tulang, tapi metode-metode tradisional sudah tidak efektif dan metode baru memanfaatkan printer tiga dimensi.

Penggunaan printer tiga dimensi dibandingkan dengan metode-metode lama lebih unggul karena memiliki banyak kegunaan, karena dalam metode baru terbuka kemungkinan untuk mendesain dan mengontrol parameter-parameter pembuatan perancah.

Dalam penelitian ini, dibuat perancah kalsium sulfat dengan printer tiga dimensi dan untuk menambah kekuatan perancah, di atasnya dibuat pelapis nanosilica.

Menurut para peneliti, penggunaan printer tiga dimensi dan pemberian lapisan di atasnya dengan nanosilica dalam penelitian ini adalah yang pertama kalinya dilakukan di dunia.

Dalam penelitian ini untuk mencegah peradangan jaringan tubuh di daerah luka, obat Dexamethasone diletakkan di dalam perancah dan dilepaskan di tubuh secara posisional sehingga dengan cara ini, efek samping konsumsi dosis tinggi dexamethasone dapat dicegah.

Pada penelitian ini dengan menggunakan program komputer Solidworks, dibuat desain perancah yang sesuai dengan jaringan tulang.

Setelah desain dan print tiga dimensi, morfologi perancah dapat dilihat menggunakan Mikroskop pemindai elektron (Scanning Electron Microscope; SEM), kemudian dilakukan pengukuran Porosimetri dengan metode Archimedes, oleh program computer KLONK Image Measurement.

Selain itu dilakukan juga sejumlah uji coba seperti degradabilitas, bioaktivitas dan penguatan permukaan perancah. Penelitian ini menyimpulkan, sebelum produk dipasarkan diperlukan sejumlah tes dan uji coba terhadap binatang, lalu manusia.    

Para peneliti di NASA dalam riset terbarunya memahami bahwa di abad lalu, poros bumi setiap tahun berubah sebesar 10 cm, dengan demikian di abad sebelumnya poros bumi bergeser lebih dari 10 meter.

planet bumi

Pergeseran ini tidak berpengaruh pada kehidupan sehari-hari manusia, namun untuk memperoleh informasi akurat di GPS, haru dilakukan pengukuran oleh satelit-satelit pengamatan bumi dan observatorium.

Para peneliti sebelumnya juga pernah melakukan riset tentang bagaimana pengaruh pergerakan air terhadap perubahan poros bumi. Salah satu alasan pergeseran poros atau sumbu bumi adalah distribusi berat yang tidak seimbang di atas permukaan bumi.

Selain itu, bumi tidak sepenuhnya bundar dan pada kenyataannya berbentuk oval atau lonjong yang di bagian dua kutubnya sedikit lebih linier.

Oleh karena itu, saat berputar di porosnya, bumi mengalami pergeseran. Para peneliti menyadari ada tiga faktor yang menyebabkan pergeseran poros bumi yaitu, mencairnya es, pergerakan Mantel bumi dan kembalinya pembekuan.  

Salah seorang peneliti mengatakan, secara tradisional penyebab dari fenomena ini adalah sebuah reaksi pembekuan yang paling bertanggung jawab atas terjadinya pergeseran poros bumi.

Akan tetapi, baru-baru ini para peneliti memprediksikan bahwa ada fenomena lain yang bisa memberikan banyak pengaruh potensial pada pergeseran tersebut.

Redistribusi massa di permukaan bumi pada abad sebelumnya, terutama mencairnya lapisan es dan bergabungnya lapisan itu dengan samudra di sekitar Greenland, turut mempengaruhi pergeseran alami planet.

Es mencair di banyak kawasan dunia karena peningkatan suhu akibat perubahan cuaca, dan Greenland dikarenakan posisinya, menjadi penyumbang terbesar, selama abad ke-20, 7.500 gigaton es yang ada di Greenland mencair di laut.  

Akan tetapi dua alasan lain juga terjadi secara alami. Selama akhir Zaman Es, sekitar 26.000 tahun lalu, sebagian besar permukaan bumi tertutupi es dan hal ini menekan permukaan bumi sehingga ia keluar dari sisi es.

Meski demikian pencairan es telah mengembalikan kondisi bumi ke awal. Para ilmuwan menyebut fenomena ini sebagai kembalinya es, karena prosesnya berjalan lambat, bumi sampai sekarang belum lepas dari pengaruhnya sejak akhir Zaman Es.

Pergerakan Mantel bumi juga menyebabkan pergerakan di lapisan bawah bumi yang diakibatkan oleh panas inti bumi.

Hasil penelitian ini dipublikasikan oleh jurnal ilmiah Earth and Planetary Science Letters.[]