Sep 11, 2019 16:51 Asia/Jakarta

Presiden Iran Republik Islam Hassan Rouhani mengeluarkan instruksi pelaksanaan langkah ketiga pengurangan komitmen Tehran dalam kesepakatan nuklir JCPOA mulai Jumat, 6 September 2019.

“Batas waktu 60 hari lain diberikan kepada negara-negara Eropa anggota JCPOA dan kapan pun mereka siap memenuhi komitmennya, Iran juga akan kembali ke komitmen nuklirnya," tegasnya dalam konferensi pers seusai melakukan pertemuan dengan Ketua Parlemen Ali Larijani dan Ketua Mahkamah Agung, Sayid Ibrahim Raisi di Tehran, Rabu (4/9/2019) malam.

Rouhani menjelaskan, dalam langkah ketiga ini, Badan Energi Atom Iran akan mengesampingkan semua batasannya di bidang penelitian dan pengembangan, serta mempercepat kegiatan penelitian dan pengembangan di semua jenis sentrifugal baru dan melakukan apapun yang diperlukan untuk pengayaan.

Dia menuturkan, Iran akan mulai melaksanakan langkah ketiga penurunan komitmennya dalam perjanjian nuklir, JCPOA pada hari Jumat, (6/9/2019) dan dalam koridor langkah ini, Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) harus melakukan apa yang dibutuhkan di bidang riset dan pengembangan teknologi nuklir.

Presiden Iran menambahkan, AEOI akan mengabaikan seluruh komitmennya dalam JCPOA di bidang riset dan pengembangan, dan mempercepat penelitian dan pengembangan di bidang mesin sentrifugal baru dan apa yang dibutuhkan untuk pengayaan uranium.

"Seluruh jadwal dalam JCPOA untuk riset dan pengembangan akan dicabut secara total mulai hari Jumat dan Iran akan melakukan seluruh kebutuhannya dari sisi teknis dan kemajuan di bidang teknologi nuklir yang diperlukan di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan dalam koridor gerakan damai," ujarnya.

Langkah Iran, lanjutnya, akan dilakukan dalam koridor hukum dan aturan internasional, dan tenggat waktu 60 hari lain diberikan kepada Eropa, dan kapan pun mereka bersedia menjalankan komitmennya maka Tehran akan kembali kepada komitmennya dalam JCPOA.


Presiden Iran juga menyinggung perundingan nuklir. Dia mengatakan, Amerika Serikat sejak 16 bulan lalu mengejar tiga tujuan di mana tujuan pentingnya adalah mengubah pemerintah Iran, dan tujuan berikutnya adalah jika gagal meraih tujuan pertama, maka Washington akan melemahkan pemerintah Republik Islam Iran.

Rouhani menjelaskan, tujuan ketiga AS adalah ingin memaksakan perundingan terhadap Iran sesuai dengan keinginannya, yaitu sebuah perundingan yang dibarengi dengan sanksi keras terhadap Tehran sehingga kekuatan tawar menawar Washington semakin tinggi. 

Eropa tidak mampu memenuhi tuntutan Iran berdasarkan JCPOA meskipun Tehran telah mengambil dua langkah sebelumnya. Oleh sebab itu, langkah ketiga Iran dilaksanakan mulai Jumat ini atas perintah Presiden Rouhani.

Langkah pertama dan kedua Iran fokus pada perubahan tingkat konsentrasi dan jumlah pengayaan uranium yang ditentukan dalam kesepakatan nuklir. Pasal 26 dan 36 JCPOA memungkinkan pihak-pihak dalam kesepakatan untuk mengurangi kepatuhannya jika pihak lain tidak memenuhi kewajibannya.

Republik Islam memilih mengurangi komitmen JCPOA setelah Amerika Serikat keluar dari kesepakatan ini pada 8 Mei 2018 dan kemudian mengembalikan sanksi-sanksi terhadap Iran. Di sisi lain, Eropa tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam JCPOA tanpa kehadiran Washington.

Langkah Iran untuk mempercepat riset dan pengembangan energi nuklir untuk kepentingan damai, tidak melanggar kesepakatan nuklir, karena dilakukan dalam kerangka aturan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Ketiga langkah Iran mengurangi komitmen nuklirnya ini masih bisa dipulihkan kembali dengan catatan Eropa memenuhi kewajibannya berdasarkan kesepakatan.

Dengan mengumumkan langkah ketiga, Republik Islam memberikan waktu dua bulan lagi kepada Eropa untuk menemukan jalan keluar dari kebuntuan saat ini melalui diplomasi.

Perlu dicatat bahwa pemerintah Prancis dalam dua bulan terakhir melakukan banyak upaya untuk meyakinkan Iran agar tidak melaksanakan langkah ketiga pengurangan komitmen kesepakatan nuklir.

Tetapi, upaya presiden Prancis tidak mampu memuaskan Iran karena dua alasan: pertama Eropa masih tidak menunjukkan tekad nyata untuk melaksanakan JCPOA dan tidak mau mengambil risiko. Kedua, usulan Paris termasuk penawaran kredit 15 miliar dolar kepada Tehran demi menyelamatkan kesepakatan nuklir, tidak sejalan dengan 11 butir komitmen Eropa untuk Iran.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif dalam wawancara dengan televisi RT, mengatakan Eropa tetap tidak siap menanggung risiko demi melestarikan JCPOA.

Eropa tidak siap untuk mengambil risiko dan usulan Prancis juga tidak sejalan dengan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Eropa. Dengan demikian, mereka tidak mampu atau tidak memiliki restu dari Gedung Putih untuk mengakhiri kebuntuan saat ini.

Ketidakmampuan Eropa ini dapat dilihat dari pernyataan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian bahwa pemberian kredit 15 miliar dolar tergantung pada persetujuan pemerintah AS.

Iran tentu saja tidak senang dengan kondisi saat ini, terutama karena AS dengan sanksi-sanksinya telah merusak setiap peluang untuk diplomasi. (RA)