Lintasan Sejarah 10 Juni 2021
Perjanjian Gulistan Ditandatangani
214 tahun yang lalu, tanggal 29 Syawal 1228 HQ, perjanjian Gulistan ditandatangani oleh Iran dan Tsar Rusia. Di pihak Iran, penandatangan perjanjian ini adalah Mirza Abul Hasan Khan Ilchi.
Perjanjian ini terdiri dari 11 pasal dan sebuah pembukaan. Perjanjian Gulistan merupakan akhir dari peperangan sepuluh tahun yang berlangsung antara Iran dan Rusia, dengan kekalahan di pihak Iran dan Dinasti Qajar yang berkuasa di Iran waktu itu.
Atas dasar perjanjian ini, sebagian wilayah Iran, mulai dari Gunje, Shirvan, Baku, Dagestan, dan Georgia sampai Laut Kaspia dikuasai oleh Rusia. Sebaliknya, Rusia hanya diikat perjanjian untuk mengakui pemerintahan Abas Mirza. Tiga belas tahun kemudian, yaitu tahun 1241 Hijriah, Rusia kembali menginvasi Iran dan menduduki sebagian wilayah kekuasaan Iran. Perang itu berakhir dengan perjanjian "Turkman Chai".
Perang Enam Hari Arab-Israel Berakhir
54 tahun yang lalu, tanggal 10 Juni 1967, perang enam hari Arab-Israel berakhir dengan gencatan senjata yang dimediatori oleh PBB.
Dalam usahanya untuk memperluas wilayah, rezim Zionis menyerang Mesir. Mesir melawan serangan Zionis ini dengan dukungan Suriah, Yordania, Irak, Kuwait, dan Aljazair. Namun, hanya dalam dua hari sejak dimulainya perang, pasukan Israel berhasil merebut kota Yerusalem dari Yordania.
Menjelang berakhirnya pertempuran, pasukan Israel telah menduduki seluruh tanah Palestina, termasuk Jerusalem Timur, Jalur Gaza, dan Tepi Barat, Semenanjung Sinai milik Mesir, dan Dataran Tinggi Golan milik Suriah. Dengan demikian, wilayah yang diduduki Israel telah bertambah hampir empat kali lipat dari wilayah yang semula diserahkan kepadanya dalam Rencana Pembagian PBB tahun 1947.
Imam Khomeini Memecat Bani Sadr dari Panglima Tertinggi
40 tahun yang lalu, tanggal 20 Khordad 1360 HS, Imam Khomeini ra memecat Bani Sadr dari jabatan Panglima Tertinggi Militer.
Terpilihnya Bani Sadr sebagai Presiden Iran pada 1358 HS, mulai muncul masalah pemilihan perdana menteri dan pembentukan kabinet. Dua masalah ini menjadi sumber perselisihan antara presiden dan parlemen. Pasca tarik menarik ini, akhirnya pada bulan Shahrivar 1359 HS, Syahid Mohammad Ali Rajai diusulkan ke parlemen sebagai perdana menteri dan memperoleh mosi kepercayaan kemudian beliau menyusun kabinet.
Sekalipun masalah yang diperselisihkan tampaknya sudah selesai, tapi masih terjadi friksi antara presiden dan para penentangnya di parlemen dan di luar parlemen. Dengan dimulainya perang pertahanan suci selama 8 tahun yang menuntut seluruh kekuatan dan pemikiran para pejabat negara, tapi pada saat yang sama, friksi yang terjadi di tingkat atas masih terus berlanjut.
Bani Sadr sebagai kepala negara juga memegang jabatan sebagai panglima tertinggi meyakini bahwa dalam melawan musuh, mereka harus ditarik sedemikian rupa ke dalam Iran kemudian diblokade dan dimusnahkan. Strategi ini membuat banyak daerah Iran yang diduduki tentara Irak. Para pejuang Iran yang berada di garis terdepan akhirnya kekurangan amunisi dan terpaksa mundur.
Sementara itu, Imam Khomeini ra berusaha meredakan dan mendamaikan perselisihan yang ada antara presiden dan pihak-pihak yang tidak menyetujui kebijakannya dan mengajak semua pihak untuk bisa menahan diri. Akhir dari usaha ini pada 20 Khordad 1360 HS, setelah bermusyawarah dengan para pejabat tinggi, beliau mencabut jabatan Panglima Tertinggi dari Abohassan Bani Sadr. Menyusul pencabutan itu, parlemen mengusulkan ketidaklayakan politik Bani Sadr yang hasilnya disepakati dengan suara mayoritas pada 31 Khordad 1360 HS.