Pars Today
Hampir dua minggu telah berlalu sejak pemilu presiden Amerika Serikat yang digelar pada 3 November 2020.
Sirkus Pemilu Presiden Amerika Serikat, Akankah Berakhir?
Pemilu presiden Amerika Serikat telah berakhir. Namun pemilu kali ini memimbulkan kekhawatiran akan terpecahnya persatuan rakyat AS.
Menjelang kemenangan Joe Biden diumumkan, tim kampanye Donald Trump telah mengajukan gugatan hukum di tiga negara bagian yang menjadi medan pertempuran sengit kedua kandidat, yakni Pennsylvania, Michigan, dan Georgia.
Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa tidak penting bagi Iran kandidat mana yang akan memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat 2020, namun penghormatan terhadap bangsa Iran adalah sesuatu yang dicari Iran daripada sanksi.
Latino (Orang Latin) diharapkan untuk pertama kalinya menjadi minoritas ras atau etnis terbesar yang akan berpartisipasi dalam pemilu presiden Amerika Serikat, dengan rekor 32 juta orang yang berhak memilih.
Sejak Donald Trump memenangkan pemilu pada 2016, kelompok sayap kanan sering bentrok dengan kelompok sayap kiri di hampir setiap bagian Amerika Serikat. Namun perbedaannya saat ini adalah adanya demonstran bersenjata yang bisa memicu bentrokan berbahaya.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa jika dirinya tidak berkomitmen untuk memberikan transisi kekuasaan yang damai setelah pemilu presiden pada 3 November 2020 jika dirinya kalah.
Komentator politik dan jurnalis terkemuka Amerika Serikat Thomas Friedman mengatakan bahwa AS dapat menuju perang saudara kedua jika Presiden Donald Trump menolak untuk berkomitmen pada pemindahan kekuasaan secara damai dan melepaskan jabatannya jika dia kalah dalam pemilihan presiden pada November.
Warta Berita hari ini, Sabtu, 3 Oktober 2020.