Cina: AS Bertanggung Jawab atas Meningkatnya Ketegangan Perdagangan
-
Bendera Cina dan AS
Pars Today - Beijing menyebut tarif terbaru Presiden AS terhadap barang-barang Cina munafik dan menganggap Washington bertanggung jawab atas meningkatnya ketegangan perdagangan.
Menurut laporan Pars Today mengutip IRNA, Donald Trump pada hari Jumat (10/10/2025) memberlakukan tarif baru 100 persen atas barang-barang impor Cina ke Amerika Serikat, beserta kontrol ekspor baru atas perangkat lunak utama, yang berlaku efektif 1 November.
Trump menyebut pembatasan baru ekspor logam tanah jarang dari Beijing sebagai alasan langkah tersebut.
Ketegangan perdagangan yang kembali terjadi antara Cina dan Amerika Serikat telah membebani Wall Street.
Ketegangan ini juga telah menurunkan saham-saham perusahaan teknologi besar dan mengkhawatirkan perusahaan-perusahaan asing yang bergantung pada pengolahan logam tanah jarang Cina.
Ketegangan tersebut dapat menggagalkan pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping, yang dijadwalkan akhir bulan ini.
Pernyataan dari Kementerian Perdagangan Cina pada hari Minggu (12/10) merupakan tanggapan langsung pertama Beijing terhadap unggahan panjang Trump di media sosial pada hari Jumat.
Dalam twit tersebut, Trump menuduh Beijing meningkatkan ketegangan perdagangan setelah gencatan senjata selama enam bulan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
“Hubungan kami dengan Cina sangat baik selama enam bulan terakhir, yang membuat aksi perdagangan ini semakin mengejutkan,” tambah Trump dalam pesannya.
Kementerian Perdagangan Cina menyatakan dalam sebuah pernyataan panjang bahwa pengendalian ekspornya terhadap mineral tanah jarang mengikuti serangkaian langkah AS sejak perundingan perdagangan bilateral di Madrid bulan lalu.
Beijing mencontohkan penambahan perusahaan Cina ke daftar hitam perdagangan AS dan pengenaan biaya pelabuhan oleh Washington terhadap kapal-kapal yang menuju Cina.
Kemendag Cina menyatakan, "Tindakan AS telah sangat merugikan kepentingan Cina dan merusak suasana negosiasi ekonomi dan perdagangan bilateral, dan Cina dengan tegas menentangnya."
Beijing menolak untuk secara eksplisit mengaitkan tindakan AS dengan pembatasan ekspor unsur tanah jarang, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut diambil karena kekhawatiran tentang penggunaan material ini untuk keperluan militer di tengah "konflik militer yang berulang".(sl)