Menelisik Pergerakan Medan Tempur dan Politik Terkini Perang Ukraina
Setelah serangan mendadak Ukraina di wilayah Kursk di Rusia, medan tempur dan pergerakan politik perang Ukraina meningkat. Menanggapi operasi tentara Ukraina di wilayah Kursk, Rusia meningkatkan serangan darat dan udara di Ukraina timur serta infrastruktur ekonomi, industri, dan militer Ukraina.
Rusia dan Ukraina telah merilis laporan berbeda tentang pergerakan lapangan di medan perang. Rusia menuduh sekutu Barat Ukraina berkolaborasi langsung dengan Ukraina dalam serangan terhadap Kursk.
Namun Rusia tidak mengancam akan bereaksi dan memperluas perang jika anggota NATO masuk secara langsung, tidak seperti sebelumnya.
Sekutu Barat Ukraina bersikeras untuk terus mendukung Ukraina.
“Ukraina mempunyai hak untuk membela diri dan menurut hukum internasional, hak ini tidak dapat diganggu gugat,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada mingguan Jerman Welt am Sonntag, saat menjelaskan bahwa aliansi tersebut tidak mengetahui rencana Ukraina sebelum serangan terhadap Kursk dan tidak berperan dalam serangan tersebut.
“Saat ini dukungan militer kami kepada Ukraina telah mencapai lebih dari 43 miliar euro,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell pada pertemuan informal para menteri pertahanan UE.
Pentagon mengatakan dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan AS menegaskan kembali dukungan Washington yang tak tergoyahkan terhadap Kiev selama pertemuan dengan timpalannya dari Ukraina, sambil mengutuk Rusia.
Ada juga perkembangan pesat di Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengganti komandan Angkatan Udara setelah jatuhnya pesawat tempur F-16 pertama.
Sementara itu, pasukan Rusia meningkatkan tekanan terhadap tentara Ukraina di front timur.
Perluasan operasi militer Rusia telah menuai kritik luas terhadap Zelenskyy atas operasinya di wilayah Kursk.
“Banyak warga Ukraina merayakan serangan tentara terhadap Kursk pada tanggal 6 Agustus, dengan harapan bahwa pertaruhan tersebut akan memaksa Moskow untuk mengarahkan sumber dayanya ke medan baru dan mengubah arah perang menguntungkan Ukraina. Namun kemajuan Rusia di wilayah utama Donetsk telah memicu kecaman luas terhadap presiden Ukraina, dengan para kritikus berpendapat bahwa posisi Ukraina telah dilemahkan oleh pengerahan ribuan tentara Ukraina dalam serangan ke Kursk,” lapor Financial Times.
Citra satelit yang dianalisis oleh para peneliti dari kelompok Blackbird yang berbasis di Finlandia menunjukkan pasukan Rusia saat ini hanya berjarak delapan kilometer dari Pokrovsk.
Alexander Kovalenko, seorang analis militer dari Intelligence Resistance Group yang berbasis di Kiev menggambarkan situasi di wilayah tersebut sebagai “kegagalan pertahanan total”.
“Tentara biasa yang memegang posisi tidak bisa disalahkan, tapi masalahnya adalah kesalahan mereka yang mengambil keputusan untuk tentara,” tulisnya dalam pesan Telegram, merujuk pada Presiden Zelensky.
Faktanya, operasi kejutan tentara Ukraina di wilayah Kursk memiliki dua sisi.
Di satu sisi, ini adalah upaya untuk mempertahankan kartu dalam kemungkinan perundingan perdamaian, dan di sisi lain, ini adalah pertaruhan yang diambil Ukraina dengan operasi ini, yaitu melemahkan posisi tentara Ukraina di Front Timur dalam menghadapi tentara Rusia.
Rob Lee, pakar senior di Foreign Policy Research Institute's mengaitkan kemajuan baru Rusia di Ukraina timur dengan "kurangnya infanteri Ukraina yang berpengalaman dan pengalihan sumber daya untuk serangan Kursk, dan mengatakan, Ukraina mengalokasikan pasukan cadangannya ke Kursk, sehingga menyisakan lebih sedikit pilihan untuk mengisi kesenjangan di tempat lain. Selain itu, beberapa brigade yang lebih berpengalaman telah digantikan oleh unit yang lebih baru dan kurang berpengalaman.
Rusia tidak mungkin membiarkan Ukraina menggunakan operasi di wilayah Kursk sebagai alat dalam negosiasi potensial. Perkembangan lapangan dan politik dalam beberapa hari mendatang akan menentukan prospek perang Ukraina.(sl)