Iran Aktualita, 22 Januari 2022
Perkembangan di Iran selama sepekan terakhir diwarnai sejumlah isu penting seperti seputar kunjungan Presiden Raisi ke Rusia.
Selain itu, masih ada lainnya seperti kunjungan Menlu Abdollahian ke Cina, Khandouzi: Implementasi Perjanjian 25 Tahun Iran-China Tahap Negosiasi, Shamkhani: Implementasi Perjanjian 25 tahun Iran-China, Strategis ! Iran Kecam Ledakan Teror di Lahore Pakistan, Iran, Rusia dan Cina Gelar Latihan Militer Gabungan, Iran: Blokade dan Perang Bukan Solusi Atasi Krisis Yaman, Iran Kembangkan Sistem Pertahanan Udara 3D.
Kunjungan Presiden Raisi ke Rusia
Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi tiba di Moskow, ibu kota Rusia pada Rabu 19 Januari 2022. Lawatan ini atas undangan resmi dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Sayid Ebrahim Raisi dan rombongan disambut Menteri Energi Rusia yang juga Ketua Komisi Ekonomi Bersama Rusia-Iran, Nikolay Shulginov.
Delegasi Iran dalam kunjungan ke Rusia yang dipimpin Presiden Raisi terdiri dari Menteri Luar Negeri, Menteri Perminyakan, Menteri Ekonomi dan Menteri Keuangan.
Presiden Iran, dalam kerangka kebijakan pemerintah untuk memaksimalkan kerja sama dengan negara-negara tetangga dan negara kawasan, sebelum Rusia, juga melakukan kunjungan ke Tajikistan dan Turkmenistan.
Sementara itu, Presiden Raisi hari Rabu, 19 Januari 2022 dilaporkan bertemu dengan tuan rumah Presiden Vladimir Putin di Moskow membahas berbagai isu penting di tingkat regional dan internasional sebagai dasar kerja sama kedua pihak.
Presiden Raisi mengatakan, "Hubungan Iran-Rusia berada di jalur hubungan strategis."
Raisi juga menggambarkan interaksi maksimum dengan negara-negara tetangga dan sekutu sebagai salah satu prioritas kebijakan luar negeri Republik Islam Iran.
"Memperkuat kerja sama bilateral antara Iran dan Rusia akan meningkatkan perekonomian kedua negara, sekaligus mendorong penguatan keamanan regional dan global," ujar Raisi.
Di bagian lain statemennya, Presiden Iran menyebut kerja sama antara Tehran dan Moskow dalam perang melawan terorisme di Suriah merupakan pengalaman yang sukses.
Raisi menggambarkan pembicaraan Astana sebagai kerangka kerja yang cocok untuk solusi diplomatik dalam masalah Suriah.
Mengenai masalah perbatasan yang tidak dapat diganggu gugat di Kaukasus serta kedaulatan nasional dan geopolitik kawasan, Presiden Iran menekankan urgensi kerja sama untuk pembangunan ekonomi kawasan.
Menurutnya, pengaruh NATO di Kaukasus dan Asia Tengah mengancam kepentingan bersama negara-negara merdeka.
Raisi dalam pertemuan tersebut juga menyinggung masalah Afghanistan dengan menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk menjaga stabilitas dan keamanan yang berkesinambungan di Afghanistan adalah dengan membentuk pemerintahan yang inklusif dengan kehadiran semua kelompok etnis.
Kunjungan Menlu Iran ke Cina
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Hossein Amir-Abdollahian yang berkunjung ke Beijing bersama delegasi tinggi atas undangan sejawatnya, Wang Yi, Jumat (14/1/2022) di tweetnya menulis, "Kedua pihak di kunjungan ini mencapai kesepakatan bahwa hari Jumat adalah awal pelaksanaan kesepakatan kerja sama strategis kedua negara."
Kunjungan ini penting dari dua sisi mengingat agenda perundingan di Beijing dan kesepakatan Iran dan Cina:
Pertama, level tinggi hubungan ekonomi Iran dan Cina dalam koridor dokumen komprehensif kerja sama sangat urgen.
Hubungan Iran-Cina bersifat berlapis dan mendalam serta memiliki dimensi yang berbeda. Dokumen komprehensif kerja sama Iran-Cina dalam hal ini adalah peta jalan yang lengkap. Dalam dokumen ini, perhatian khusus diberikan pada sektor ekonomi, yang merupakan poros utama dokumen, dan ada perhatian khusus di berbagai bidang, dan partisipasi Iran dalam gagasan “One Belt One Road” (OBOR) Cina. Iran adalah penghubung antara Laut Kaspia dan Teluk Persia dan Laut Oman. Posisi istimewa ini telah membuat partisipasi dalam rencana ekonomi jangka menengah dan panjang Iran menarik dan memotivasi investor asing, termasuk Cina.
Dimensi kedua urgensitas kunjungan ini; Adanya level tinggi kerja sama di hubungan politik Tehran dan Beijing. Iran dan Cina sebagai dua negara penting dan berpengaruh di sistem internasional, memiliki kepentingan dan tujuan bersama untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang dan menjaga stabilitas serta keamanan kawasan dan menentang unilateralisme. Dengan demikian, isu-isu penting menjadi agenda kerja diplomasi kedua negara di tingkat regional dan internasional.
Khandouzi: Implementasi Perjanjian 25 Tahun Iran-China Tahap Negosiasi
Menteri Ekonomi dan Keuangan Republik Islam Iran mengatakan, implementasi perjanjian 25 tahun antara Iran dan China sedang dalam tahap negosiasi.
Menteri Ekonomi dan Keuangan Iran, Seyed Ehsan Khandouzi hari Minggu (16/1/2022) mengatakan, "Berbagai kementerian sedang melakukan negosiasi dengan pihak-pihak terkait China untuk mengimplementasikan perjanjian 25 tahun, sehingga perjanjian ini dapat diterapkan,".
"Masing-masing kementerian telah melakukan negosiasi dengan pihak China di bidang yang terkait dengan mereka untuk mencapai kesepakatan," ujar Menkeu Iran.
"Sejauh ini, perjanjian ini belum mencapai tahap kesimpulan dan implementasi akhir, dan masalah ini memerlukan negosiasi awal. Selama kunjungan baru-baru ini Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian ke China dan pembicaraan dengan rekannya dari Cina, persiapan yang diperlukan telah dilakukan," tegasnya.
Menurut Khandouz, kementerian masing-masing masuk sesuai dengan kontrak di wilayah mereka dan memulai pekerjaan dengan perinciannya masing-masing.
Shamkhani: Implementasi Perjanjian 25 tahun Iran-China, Strategis !
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran, Ali Shamkhani menyebut dimulainya implementasi perjanjian 25 tahun antara Iran dan China sebagai keberhasilan strategis bagi Tehran.
Ali Shamkhani di akun Twitternya pada hari Senin (17/1/2022) mengatakan, "Implementasi perjanjian 25 tahun antara Iran dan China sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia berlangsung ketika AS melanjutkan tekanan maksimumnya terhadap Iran demi menekan interaksi ekonomi dengan dunia. Oleh karena, ini adalah keberhasilan strategis bagi Tehran,".
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melakukan perjalanan ke Beijing atas undangan resmi sejawatnya dari China, Wang Yi, dan memimpin delegasi politik dan ekonomi tingkat tinggi Iran.
Pada hari Jumat, Abdollahian menyaksikan dimulainya pelaksanaan perjanjian 25 tahun antara Iran dan China.
Menurut Saeed Khatibzadeh, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, perjanjian 25 tahun Iran-China sebagai peta jalan kedua negara dan mempromosikan hubungan kemitraan yang komprehensif dan strategis.
Iran Kecam Ledakan Teror di Lahore Pakistan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengecam serangan teror di Lahore, Pakistan yang menewaskan serta melukai sejumlah warga Pakistan.
Saeed Khatibzadeh, Kamis (20/1/2022) menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban, dan pemerintah Pakistan.
Ia menambahkan, "Aksi teror semacam ini kembali menegaskan pentingnya memerangi kelompok teroris untuk mewujudkan perdamaian dan ketenangan di kawasan."
Sebelumnya, Duta Besar Iran untuk Pakistan Mohammed Ali Hosseini di akun Twitternya menulis, "Berita mengerikan membuat saya bersedih, ledakan bom di salah satu pusat perbelanjaan Anar Kali di Lahore, Pakistan."
"Selain mengecam aksi teror keji ini, saya mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban, dan mendoakan korban luka agar segera pulih," imbuhnya.
Sebuah ledakan bom mengguncang pusat perbelanjaan Anar Kali di kota Lahore, Negara Bagian Punjab, Pakistan. Ledakan ini menewaskan dua orang dan melukai sedikitnya 25 orang lain.
Iran, Rusia dan Cina Gelar Latihan Militer Gabungan
Tiga negara, Iran, Cina dan Rusia menggelar "Latihan Gabungan Koridor Keamanan Maritim 2022" di Samudra Hindia Utara.
Juru Bicara Latihan Gabungan Koridor Keamanan Maritim 2022, Laksamana Mostafa Tajaldin dalam konferensi pers dengan mitranya dari Rusia menjelaskan pelaksanaan manuver militer yang akan dimulai besok (Jumat,21/1/2022) di Samudra Hindia Utara dengan partisipasi Iran, China dan Rusia.
Tajaldin mengatakan, "Ini adalah latihan gabungan ketiga yang akan diadakan dengan kehadiran Iran, China dan Rusia, dan akan berlanjut di masa mendatang,".
"Selain unit permukaan dan udara Angkatan Laut Republik Islam Iran bersama Angkatan Laut Korps Garda Revolusi Islam Iran, unit angkatan laut China dan Rusia juga akan berpartisipasi dalam menuver militer ini," ujarnya.
Latihan Gabungan Koridor Keamanan Maritim 2022 mengusung slogan "Bersama Wujudkan Perdamaian dan Keamanan" yang dilaksanakan di area seluas 17.000 kilometer persegi, dengan pesan perdamaian dan persahabatan.
Mengenai tujuan digelarnya latihan militer gabungan ini, Laksamana Tajaldin menambahkan, “Tujuan diadakannya latihan ini untuk memperkuat keamanan dan fondasinya di kawasan, serta memperluas kerja sama multilateral antara ketiga negara, sekaligus menunjukkan itikad baik dan kemampuan Iran, China dan Rusia untuk bersama-sama mendukung perdamaian dunia, keamanan maritim dan menciptakan komunitas maritim yang memiliki masa depan yang sama,".
Manuver militer gabungan ini menunjukkan berbagai latihan taktis, termasuk penyelamatan kapal terapung, melepaskan kapal yang dibajak, menembak sasaran tertentu, menembak sasaran udara di malam hari, dan latihan taktis dan operasional lainnya.
Selain itu, bertujuan untuk memperkuat keamanan perdagangan maritim internasional, memerangi pembajakan dan terorisme maritim, bertukar informasi di bidang penyelamatan maritim, dan bertukar pengalaman operasional dan taktis.
Iran: Blokade dan Perang Bukan Solusi Atasi Krisis Yaman
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengumumkan kesiapan Tehran untuk berpartisipasi dalam inisiatif apa pun yang akan mengakhiri perang tujuh tahun di Yaman.
"Iran selalu mendukung solusi politik dengan mengakhiri blokade terhadap rakyat Yaman, mengakhiri perang, dan menjaga integritas teritorial negara itu," ujarnya dalam konferensi pers hari Selasa (18/1/2022) seperti dilaporkan IRIB.
Dia menambahkan Iran juga menggarisbawahi perlunya mencegah eskalasi bencana kemanusiaan di Yaman.
Khatibzadeh menandaskan Republik Islam Iran selalu percaya bahwa krisis Yaman merupakan masalah internal dan harus diselesaikan oleh orang Yaman sendiri tanpa campur tangan asing.
"Tidak ada krisis regional yang dapat diselesaikan melalui perang dan kekerasan, sementara perdamaian dan stabilitas dapat dicapai di kawasan dengan menghindari berlanjutnya ketegangan dan siklus kekerasan," tuturnya.
Khatibzadeh mencatat bahwa blokade Yaman dan perang bukanlah solusi untuk mengakhiri krisis dan tindakan seperti itu hanya akan meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Pernyataan ini disampaikan sehari setelah pasukan Yaman melancarkan serangan rudal dan drone terhadap sejumlah sasaran di Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab (UEA).
Yaman mengatakan serangan itu sebagai balasan atas dukungan UEA dalam perang yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Iran Kembangkan Sistem Pertahanan Udara 3D
Komandan Pasukan Pertahanan Udara Militer Iran mengatakan pihaknya sedang mengembangkan dan mengoperasikan sistem pertahanan udara tiga dimensi (3D).
"Radar Iran dapat mendeteksi dan mencegat setiap objek yang terbang dengan tingkat ketinggian berapapun," kata Brigadir Jenderal Alireza Sabahifard seperti dilansir IRNA, Minggu (16/1/2022).
"Pertahanan Udara Militer Iran saat ini memainkan peran utama di bidang kekuatan pertahanan di kawasan. Sistem penerbangan apa pun dengan tingkat ketinggian berapapun dapat dideteksi dan dicegat oleh sistem radar kami," tambahnya.
Brigjen Sabahifard menjelaskan, selama perang yang dipaksakan oleh musuh (Perang Irak-Iran), mereka berpikir bahwa militer Iran dan peralatannya tidak siap, tetapi dunia melihat bangsa Iran berperang melawan musuh selama delapan tahun pertahanan suci dan kami menang.
"Hari ini, dengan mengandalkan para tentara muda, kami sedang mengembangkan dan mengoperasikan sistem pertahanan udara tiga dimensi," ungkapnya.
"Kemampuan tempur pertahanan sedang meningkat dari waktu ke waktu, dan semua peralatan kami diproduksi di dalam negeri oleh para pemuda Iran,” pungkas Brigjen Sabahifard.